PENDIDIKAN BERBASIS KONDISI SOSIAL MASYARAKAT

31 January 2013 14:42:44 Dibaca : 3489

PENDIDIKAN BERBASIS KONDISI SOSIAL MASYARAKAT

Oleh Arwildayanto, S.Pd, M.Pd

 

Proses pendidikan yang ideal seharusnya mencerminkan kehidupan dan kondisi-kondisi sosial suatu masyarakat; karena program pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kondisi sosial, institusi sosial, hubungan sosial, yang semuanya akan memberikan arah bagi kemajuan dunia pendidikan.

Oleh karena itu aspek sosial sangat penting dalam pendidikan, terutama bagi pemerhati, sekaligus pelaku pendidikan (stakeholders pendidikan). Kajian tentang aspek sosial dalam pendidikan, menurut M.P. Hunt dalam bukunya “Foundation of Education”, bertujuan melihat dan memahami dimensi-dimensi sosial dalam kehidupan masyarakat, dimana mereka hidup dan untuk apa mereka hidup. Kajian tentang kehidupan sosial dalam masyarakat dikaji supaya kita mendapatkan memahami secara menyeluruh (utuh) dan komprehensif tentang aspek sosial serta hubungannya dengan pendidikan yang kita laksanakan

Adapun alasan lain pentingnya kajian sosial dalam pendidikan, adalah menghubungkan pengetahuan kita tentang masyarakat dengan pendidikan sebagai institusi. Kajian ini berguna untuk memelihara sinergitas dan pengembangan masyarakat sekaligus diharapkan kajian ini mampu menghubungkan pemahaman kita yang masih terpecah-pecah menjadi sesuatu yang utuh.

Selanjutnya para pendidik dapat memahami isu-isu sosial yang berkembang di masyarakat, terutama menyangkut perubahan sosial (modernization development) sebagai bentuk kepedulian dan social control. Disamping itu masyarakat yang pluralistik, multikultural akan cepat memahami berbagai perubahan, agar orang tidak kehilangan pegangan dan arah kehidupan masa depan.

Perhatian pendidikan terhadap fenomena sosial menurut Talcot Parson dalam bukunya Toward a General Theory of Action (1962) menyatakan bahwa a social aspect having the three properties of collective goal, shared goals, and being a single system of interaction with boundaries defined by incumbency in the roles contituting the system, we be called a collectivity. The Action collectivity may be viewed as the action in concert of a plurality of individual actors”. Pemahaman Parson menunjukkan bahwa aspek sosial lebih terfokus pada dimensi kehidupan masyarakat, lembaga sosial dalam masyarakat, serta perbedaan dan peran individu dalam masyarakat. Aspek sosial (kemasyarakatan) merupakan bagian yang penting untuk digali dalam pendidikan, termasuk diperhatikan secara seksama supaya pendidikan tidak menjadi menara gading ditengah masyarakatnya dan melahirkan karakter bangsa berupa muncul kesalehan sosial yang lebih tinggi. Apalagi ditengah hiruk-pikuk bencana alam, ancaman luar neger berupa keamanan negara, perekonomian nasional. Semua fenomena sosial yang terjadi mesti dihadapi dengan meningkatkan kesalehan sosial melalui proses pendidikan yang terintegrasi dengan fenomena sosial yang sesungguhnya.

Kajian aspek sosial dalam pendidikan melahirkan berbagai istilah penting sebagai pencerminan dinamika masyarakat dari dahulu sampai sekarang. Dinamika itu mencerminkan adanya proses perubahan baik yang bersifat evolusioner maupun revolusioner yang terjadi terhadap berbagai unsur-unsur institusi sosial seperti pada sistem norma, personal, dan peralatan fisik. Kesemua aspek-aspek sosial tersebut memberikan peran pengendalian sosial, mendorong orang-orang tertentu untuk bereaksi menentang institusi tertentu (karena sudah usang) dan berusaha merumuskan pola perilaku baru, dan mengharmoniskan berbagai badan dalam konsfigurasi secara keseluruhan. Kajian aspek sosial dalam pendidikan akan mendorong terjadinya perubahan dalam masyarakat. Semua perubahan sosial yang terjadi memiliki tujuan antara lain jangka panjang, penemuan (discovery), penciptaan (invention), penanaman, dokrinasi dan diffusi. Untuk mencapai tujuan itu pendidikan harus mampu mengasah kemampuan kritis generasi muda, dan berupaya menghasilkan orang-orang yang berkemauan untuk merubah atau menciptakan pranata sosial baru yang lebih cocok dengan tuntutan zaman. Konsekuensi dari kemauan itu mengharuskan pendidikan membuka pintu untuk menuju ke dunia modern, dengan menekankan penting pendidikan dilakukan dalam kerangka mengelaborasi berbagai ilmu pengetahuan, melakukan penyesuian nilai-nilai (adjusted) dan sikap-sikap yang mendukung pembangunan, dan penguasaan berbagai keterampilan dalam menggunakan teknologi maju untuk mempercepat proses pembangunan sosial. Produk pendidikan ini berharap hadirnya pranata masyarakat yang menurut Daniel Bell disebut “post-industrial society” atau Information Society yang dipopulerkan oleh John Naisbitt dan Alvin Toffler.

Kehadiran masyarakat Information Society dengan mobilitas yang tinggi memiliki peradaban yang ditandai dengan penggunaan elektronika, komputer, robot, sinar laser, optik, komunikasi, jejaring sosial, energi alternatif, ilmu samudera dan manufaktur di angkasa luar, perekayasaan ekologis, dan pertaniaan ekosistem; semuanya merefleksikan loncatan kualitatif pengetahuan manusia yang sekarang sedang diterjemahkan ke dalam penerapan ekonomi sehari-hari. Perubahan kondisi sosial dalam masyarakat itu lebih dikenal sebagai Revolusi industri kedua atau Gelombang Ketiga Untuk mencapai cita-cita pembangunan menuju masyarakat modernis yang memiliki peradaban, Hagen dalam bukunya On The Theory of the Social Change, How Economic Growth Bagins. memberikan saran-saran supaya pengelolaan pendidikan harus mampu melahirkan manusia yang kreatif ditandai dengan kepribadian yang inovatif, terbuka terhadap pengalaman baru, imajinatif, percaya diri dan yakin pada penilaian sendiri, satisfaction to problem solving, kesadaran akan kewajiban dan tanggungjawab untuk berhasil, smart, proaktif, 7) punya persepsi bahwa dunia ini merupakan tantangan dan orang harus terus-menerus berusaha untuk mencapai keberhasilan.

Pendalaman teori di atas akan memperlihatkan suatu mata rantai hubungan antara struktur sosial dengan tingkah laku orang yang membentuk suatu kepribadian. Dengan kata lain pendidikan berpengaruh dalam membangun kepribadian dari generasi ke generasi berikutnya untuk memahami kondisi sosial masyarakatnya yang ada di lingkungannya. (Dosen Universitas Negeri Gorontalo)