PANDANGAN TEKNIK PENA (PENDEKATAN EMOSIONAL DENGAN NARASI DAN ANALOGI) TERHADAP PERILAKU SALAH SUAI

29 April 2025 19:32:49 Dibaca : 3 Kategori : TEORI DAN TEKNIK KONSELING

By. Jumadi Mori Salam Tuasikal

              Dalam teknik PENA (Pendekatan Emosional dengan Narasi dan Analogi), perilaku salah suai dipahami dan tidak dilihat sebagai gangguan tetap atau sesuatu yang melekat pada individu, tetapi lebih sebagai hasil dari narasi atau cerita tertentu yang dibentuk dalam kehidupan individu tersebut sebagai bagian dari narasi hidup yang bisa berubah. Konseling naratif membantu individu untuk mengeksplorasi dan mendekonstruksi narasi dominan yang mengarah pada perilaku salah suai, serta membangun cerita baru yang lebih memberdayakan dan membawa perubahan. Dengan demikian, teknik PENA mengedepankan pendekatan yang lebih manusiawi dan penuh empati, dengan mempercayai bahwa setiap individu memiliki kekuatan untuk menulis ulang cerita hidupnya. Berikut adalah pandangan teknik PENA terhadap perilaku salah suai:

1. Perilaku Salah suai Sebagai Narasi yang Tersisa

              Dalam kerangka teknik PENA, perilaku salah suai bukanlah suatu kondisi tetap atau karakteristik yang melekat pada individu. Sebaliknya, perilaku ini dilihat sebagai sebuah narasi hidup tertentu, baik pengalaman masa lalu, ketidakmampuan yang terbentuk dari pengalaman-pengalaman hidup tertentu, baik pengalaman masa lalu, ketidakmampuan dalam menghadapi situasi tertentu, atau perasaan dan pemikiran yang tidak diselesaikan. Perilaku tersebut sering kali muncul sebagai akibat dari narasi negatif yang mendominasi pandangan seseorang terhadap dirinya dan dunia di sekitarnya.

2. Externalisasi Masalah

              Salah satu konsep utama dalam teknik PENA adalah externalisasi, yaitu pemisahan antara individu dan masalah yang mereka hadapi. Perilaku salah suai, dalam pandangan ini, tidak dianggap sebagai bagian dari diri seseorang. Sebagai contoh, seseorang yang menunjukkan perilaku depresi atau kecemasan bukanlah "orang yang depresi" atau "orang yang cemas", melainkan "seseorang yang hidup dalam cerita depresi" atau "seseorang yang terperangkap dalam cerita kecemasan". Teknik ini mengurangi stigma dan memungkinkan individu untuk melihat dirinya lebih objektif, sebagai pengarah hidup yang mampu menulis ulang cerita tersebut.

3. Perilaku Salah suai Sebagai Produk Narasi Dominan

              Perilaku salah suai sering kali muncul sebagai bagian dari narasi dominan yang telah terbentuk dalam hidup seseorang. Misalnya, seseorang yang mengalami kegagalan berulang dalam hidupnya mungkin mulai menginternalisasi narasi kegagalan sebagai bagian dari identitasnya. Narasi ini kemudian dapat memengaruhi cara mereka berperilaku, berpikir, dan merasakan. Dalam teknik PENA, konselor membantu individu untuk mengidentifikasi dan mengeksplorasi narasi dominan ini, serta menggali narasi alternatif yang lebih memberdayakan dan membuka ruang untuk perubahan.

4. Perilaku Salah suai sebagai Tanggapan terhadap Kekuatan Sosial dan Budaya

              Teknik PENA juga menyoroti bagaimana perilaku salah suai bisa terjadi akibat tekanan sosial dan budaya yang membentuk narasi individu. Dalam masyarakat, terdapat ekspektasi dan skrip-skrip sosial yang sering kali membatasi ekspresi diri dan kebebasan individu. Misalnya, tekanan untuk menjadi "sempurna" dalam pekerjaan atau hubungan bisa menghasilkan narasi ketidakmampuan atau kecemasan. Dalam konseling, konselor membantu individu untuk menyadari bahwa perilaku salah suai sering kali merupakan respons terhadap struktur sosial dan budaya yang membatasi ekspresi atau kebebasan individu.

5. Dekonstruksi Narasi Negatif

              Salah satu tujuan dalam teknik PENA adalah dekonstruksi narasi negatif yang dapat mempengaruhi perilaku salah suai. Individu sering kali tidak menyadari bahwa mereka hidup dalam narasi yang merugikan dan menahan potensi mereka. Misalnya, seseorang yang merasa selalu gagal dalam hubungan mungkin telah menginternalisasi narasi bahwa "saya tidak layak dicintai" atau "hubungan saya pasti gagal". Melalui teknik PENA, individu diberi kesempatan untuk mengeksplorasi dan mendekonstruksi narasi ini untuk mencari alternatif yang lebih memberdayakan.

6. Pemaknaan Ulang Pengalaman

              Dalam pandangan teknik PENA, pengalaman negatif yang menghasilkan perilaku salah suai, seperti trauma, kegagalan, atau konflik, tidak dipandang sebagai sesuatu yang permanen. Individu dapat diberi ruang untuk memaknai ulang pengalaman-pengalaman tersebut dan melihatnya dari sudut pandang yang lebih produktif. Sebagai contoh, seseorang yang merasa gagal setelah kehilangan pekerjaan dapat memaknai ulang pengalaman tersebut sebagai kesempatan untuk menemukan karir baru atau untuk belajar hal-hal baru tentang dirinya.

7. Fokus pada Kekuatan dan Potensi

              Teknik PENA tidak terfokus hanya pada masalah atau perilaku salah suai, tetapi lebih kepada kekuatan dan potensi yang dimiliki individu. Dalam banyak kasus, perilaku salah suai muncul karena seseorang merasa tidak mampu mengakses kekuatan dalam dirinya. Melalui konseling naratif, individu didorong untuk melihat kembali cerita-cerita tentang kekuatan dan keberhasilan mereka yang mungkin tersembunyi dalam narasi dominan yang negatif.

8. Menghormati Cerita Personal

              Dalam teknik PENA, penting untuk menghormati setiap cerita yang dibawa oleh individu. Meskipun perilaku salah suai sering kali terkait dengan trauma atau pengalaman negatif, setiap individu memiliki hak untuk bercerita tentang pengalaman mereka. Konselor berperan sebagai pendengar aktif yang membantu individu menelusuri dan menggali cerita-cerita ini untuk mencari makna dan pelajaran yang dapat membawa mereka pada pemulihan dan perubahan perilaku.

9. Pembentukan Narasi yang Lebih Positif dan Produktif

              Setelah narasi dominan dan masalah yang terkait dengan perilaku salah suai ditemukan dan didekonstruksi, konselor dan klien bekerja bersama untuk membentuk narasi baru yang lebih positif dan produktif. Perubahan ini bukan hanya tentang perilaku yang berbeda, tetapi tentang cara pandang baru terhadap diri, orang lain, dan dunia di sekitar mereka. Dengan membangun cerita yang lebih positif, individu dapat merubah perilaku salah suai menjadi peluang untuk pertumbuhan dan perkembangan pribadi.

10. Perilaku Salah suai sebagai Manifestasi dari Identitas yang Terkunci

              Kadang-kadang, perilaku salah suai dapat dipahami sebagai manifestasi dari identitas yang terkunci dalam narasi tertentu. Misalnya, seseorang yang merasa selalu gagal dalam kehidupan pribadi atau profesional mungkin telah membangun identitas diri sebagai "orang yang tidak sukses". Konseling naratif bertujuan untuk membuka kunci identitas ini dan membiarkan individu merangkai kembali cerita hidup mereka dengan cara yang lebih fleksibel dan memungkinkan bagi perubahan.