Dalam percakapan sehari-hari, istilah inklusi dan inklusif sering kali digunakan secara bergantian, bahkan dianggap memiliki arti yang sama. Padahal, keduanya memiliki perbedaan makna yang penting untuk dipahami, terutama dalam konteks sosial, pendidikan, maupun kebijakan publik.

Lalu, mana yang lebih tepat digunakan: inklusi atau inklusif?

Makna Bahasa: Inklusi vs Inklusif

Secara bahasa, inklusi adalah kata benda yang merujuk pada proses atau keadaan memasukkan seseorang atau sesuatu ke dalam suatu kelompok atau sistem. Sementara itu, inklusif adalah kata sifat yang menggambarkan suatu hal yang bersifat terbuka dan menerima keberagaman.

Misalnya:

  • Sekolah ini menerapkan pendidikan inklusi bagi anak-anak berkebutuhan khusus.
  • Lingkungan kerja yang inklusif membuat setiap karyawan merasa dihargai.

Dari contoh tersebut, tampak jelas bahwa inklusi adalah proses atau kebijakan, sedangkan inklusif adalah sifat dari lingkungan, pendekatan, atau sikap individu.

Lebih dari Sekadar Kata

Perdebatan antara inklusi dan inklusif bukan hanya soal tata bahasa, melainkan menyangkut sikap dan implementasi kebijakan. Kita bisa saja menyusun kebijakan inklusi, tetapi jika tidak dibarengi dengan sikap inklusif, maka kebijakan tersebut hanya akan menjadi formalitas.

Dalam dunia pendidikan, misalnya, sekolah yang mengklaim diri sebagai sekolah inklusi belum tentu benar-benar inklusif dalam praktiknya. Bisa jadi anak-anak yang berbeda secara fisik, mental, atau sosial hanya “dimasukkan” ke kelas reguler tanpa dukungan dan pendekatan yang tepat dari guru dan teman-temannya.

Begitu pula di tempat kerja, banyak institusi mencantumkan komitmen terhadap inklusi dalam dokumen kebijakan, namun lingkungan kerjanya belum tentu terbuka dan ramah terhadap karyawan dari latar belakang minoritas, difabel, atau kelompok rentan lainnya.

Inklusi Butuh Sikap Inklusif

Kebijakan inklusi tanpa sikap inklusif seperti rumah tanpa penghuni: ada bangunannya, tetapi kosong makna. Oleh karena itu, inklusi harus dimulai dari sikap inklusif setiap individu. Dari cara kita menyapa orang yang berbeda, dari keberanian mendengarkan tanpa menghakimi, hingga komitmen kita menciptakan ruang yang aman bagi semua.

Sikap inklusif berarti berani membuka diri terhadap perbedaan. Tidak sekadar "menerima" orang lain, tetapi mengakui bahwa keberagaman memperkaya kehidupan bersama.

Kesimpulan: Dua Kata, Satu Semangat

Jadi, mana yang lebih penting: inklusi atau inklusif?

Jawabannya adalah keduanya saling melengkapi. Inklusi adalah tujuan, inklusif adalah jalannya. Tanpa sikap inklusif, inklusi hanya menjadi jargon. Sebaliknya, tanpa arah inklusi, sikap inklusif bisa kehilangan pijakan kebijakan.

Di era yang semakin plural ini, kita tidak cukup hanya memahami arti kata. Kita perlu menghidupkan nilai-nilai inklusi dalam setiap tindakan kita, dimulai dari sikap yang inklusif—baik di rumah, di sekolah, di tempat kerja, maupun di ruang-ruang publik.

Karena pada akhirnya, masyarakat yang adil dan beradab dibangun oleh mereka yang memilih untuk tidak mengecualikan siapa pun.

Environmental Mastery sebagai Indikator Kesehatan Mental

03 December 2024 10:27:13 Dibaca : 125

Environmental mastery adalah kapasitas untuk mengatur lingkungannya secara efektif. Dimensi ini digambarkan sebagai adanya suatu perasaan kompeten dan memiliki minat yang besar terhadap hal-hal di luar dirinya. Jadi, bagaimana individu menjalani aktifitas-aktifitas di lingkungannya yang penting menjadi salah satu hal untuk melihat kedewasaan.

Kemampuan ini mendeskripsikan individu yang matang sebagai seseorang yang membangun ketertarikan yang kuat di luar diri dan berpartisipasi dalam aktivitas manusia. Individu ini memiliki persepsi yang realistis terhadap lingkungan di sekitarnya, mereka tidak hidup di dunia khayalan dan tidak membelokkan realita untuk menyesuaikannya dengan harapan mereka

Dalam pembahasan penguasaan lingkungan, Buhler (dalam Ryff, 1989) menyatakan bahwa manusia memiliki kecenderungan untuk mengubah dunia di sekelilingnya melalui aktivitas fisik ataupun mental. Seseorang yang sehat secara mental akan mengambil kesempatan-kesempatan yang muncul di lingkungan sekitarnya. Kesimpulannya, perspektif tersebut menyatakan bahwa partisipasi aktif dan penguasaan lingkungan merupakan hal penting bagi seorang individu untuk dapat berfungsi secara maksimal. Kemampuan individu dalam memilih atau menciptakan lingkungan yang sesuai dengan kondisi psikisnya dikatakan sebagai karakteristik dari kesehatan mental. Teori perkembangan manusia menjelaskan dimana dimensi ini sebagai sebuah kemampuan dalam memanipulasi dan mengontrol lingkungan yang kompleks

Kriteria yang ditetapkan dalam dimensi penguasaan lingkungan adalah memiliki rasa penguasaan lingkungan dan kompetensi dalam mengatur lingkungan, mengontrol kelompok aktivitas eksternal yang kompleks, menggunakan kesempatan di sekitar dengan efektif, dapat memilih atau menciptakan konteks yang sesuai dengan kebutuhan dan nilai pribadi. 

Berbeda dengan individu yang memiliki karakteristik penguasaan lingkungan yang baik, individu yang kurang baik dalam penguasaan lingkungan memiliki kesulitan dalam mengatur situasi sehari-hari. Ia tidak dapat mengubah situasi di lingkungannya, tidak peka terhadap kesempatan yang ada di lingkungannya, dan kurang memiliki kontrol terhadap lingkungannya.

Beberapa Tips dalam Personal Growth

28 November 2024 14:39:14 Dibaca : 39

Orang-orang yang memiliki Pertumbuhan Pribadi atau Personal Growth memiliki perasaan perkembangan lebih lanjut; melihat diri sebagai tumbuh dan berkembang, terbuka terhadap pengalaman baru; memiliki rasa menyadari potensi nya; melihat perbaikan dalam diri dan perilaku dari waktu ke waktu, berubah dengan cara yang lebih mencerminkan diri pengetahuan dan efektifitas.

Pertumbuhan pribadi adalah seperti menanam benih di kebun-untuk menuai keuntungan dari apa yang telah anda tabur, anda harus terlebih dahulu menempatkan dalam waktu dan energi. Apakah anda ingin refleksi diri, mengejar kepentingan pribadi, atau mengembangkan jalur karir. Pertimbangkan hal berikut:

1)     Membuat daftar

Tidak peduli seberapa signifikan atau tinggi mereka mungkin tampak, menulis daftar tujuan yang ingin dicapai dalam hidup anda. Merenungkan kemungkinan tanpa khawatir akan menjadi realistis atau praktis, dan tanpa urutan tertentu, tuliskan masing-masing yang menurut anda merasa bisa untuk mencapainya, kemudian cobalah untuk membaca daftar itu setiap waktu dan melihat apakah ada dari daftar tersebut yang perlu untuk dicoret atau ditambahkan.

2)     Cari Mentor dan Coach

Carilah seseorang yang menurut anda dapat memberikan masukan ataupun umpan balik terhadap anda. Mengidentifikasi seseorang yang memiliki pengalaman dengan jalan yang ingin Anda ambil, dan carilah teman bergaul yang bersedia berbagi pengalaman dengan anda serta berbagi saran terhadap anda.

3)     Pelajari Seni Jaringan atau Memperluas Relasi

Caranya adalah keluar dari zona zaman anda dan mulailah memperkenalkan diri dengan orang lain sebanyak mungkin, memperluas wawasan, hindari berbicara tentang diri anda tanpa henti, perkenalkan orang lain kepada teman anda yang menurut anda memiliki kepentingan yang sama, dan lain-lain.

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong