KARAKTERISTIK DAN STRATEGI INOVASI PENDIDIKAN
KARAKTERISTIK INOVASI PENDIDIKAN
Cepat lambatnya penerimaan inovasi oleh masyarakat luas dipengaruhi oleh karakteristik inovasi itu sendiri. Everett M. Rogers (1993:14-16) mengemukakan karakteristik inovasi yang dapat mepengaruhi cepat atau lambatnya penerimaan inovasi sebagai berikut:
1. Keuntungan Relatif
Keuntungan relatif yaitu sejauh mana inovasi dianggap menguntungkan bagi penerimanya.Tingkat keuntungan atau pemanfaatan suatu inovasi dapat diukur berdasarkan nilai ekonominya, atau mungkin dari faktor status sosial (gengsi), kesenangan, kepuasan, atau karena memunyai komponen yang sangat penting.Makin menguntungkan bagi penerima makin cepat tersebarnya inovasi.
2. Kompatibel (compatibility)
Kompatibel ialah tingkat kesesuaian inovasi dengan nilai (values), pengalaman lalu, dan kebutuhan dari penerima. Inovasi yang tidak sesuai dengan nilai atau norma yang diyakini oleh penerima tidak akan diterima secepat inovasi yang sesuai dengan norma yang ada. Misalnya penyebarluasan penggunaan alat kontrasepsi di masyarakat yang keyakinan agamanya melarang penggunaan alat tersebut, maka tentu saja penyebar inovai makin terhambat.
3. Kompleksitas (complexity)
Kompleksitas adalah tingkat kesukaran untuk memahami dan menggunakan inovasi bagi penerima. Suatu inovasi yang mudah dimengerti dan mudah digunakan oleh penerima akan cepat tersebar, sedangkan inovasi yang sukar dimengerti atau sukar digunakan oleh penerima akan lambat proses penyebarannya. Misalnya masyarakat pedesaan yang tidak mengetahui tentang teori penyebaran bibit penyakit melalui kuman, diberitahu oleh penyuluh kesehatan agar membiasakan memasak air yang akan diminum, karena air yang tidak dimasak jika diminum dapat menyebabkan sakit perut. Tentu saja ajakan itu sukar diterima. Makin mudah dimengerti suatu inovasi akan makin cepat diterima oleh masyarakat.
4. Trialabilitas (trialabillity)
Trialabilitas ialah dapat dicoba atau tidaknya suatu inovasi oleh penerima. Suatu inovasi yang dicoba akan cepat diterima oleh masyarakat daripada inovasi yang tidak dapat dicoba terlebih dahulu. Misalnya penyebarluasan penggunaan bibit unggul padi gogo akan cepat diterima oleh masyarakat jika masyarakat dapat mencoba dulu menanam dan dapat melihat hasilnya.
5. Dapat Diamati (observabillity)
Ialah mudah tidaknya diamati suatu hasil inovasi. Suatu inovasi yang hasilnya mudah diamati akan makin cepat diterima oleh masyarakat, dan sebaliknya inovasi yang sukar diamati hasilnya, akan lama diterima oleh masyarakat. Misalnya penyebarluasan penggunaan bibit unggul padi, karena petani dapat dengan mudah melihat hasil padi yang menggunakan bibit unggul tersebut, maka mudah untuk memutuskan mau menggunakan bibit unggul yang diperkenalkan.Tetapi mengajak petani yang buta huruf untuk mau belajar membaca dan menulis tidak dapat segera dibuktikan karena para petani sukar untuk melihat hasil yang nyata menguntungkan setelah orang tidak buta huruf lagi. Zaltman, Duncan, dan Holbek mengemukakan bahwa cepat lambatnya proses penerimaan (adopsi), maka kita lihat secara singkat atribut inovasi yang dikemukakan Zaltman sebagai berikut:
1. Pembiayaan (cost)2. Balik modal (returns to investment)3. Efisiensi4. Resiko dari ketidakpastian5. Mudah dikomunikasikan6. Kompatibilitas7. Kompleksitas8. Status ilmiah9. Kadar keaslian10. Dapat dilihat kemanfaatannya11. Dapat dilihat batas sebelumnya12. Keterlibatan sasaran perubahan13. Hubungan interpersonal14. Kepentingan umum atau pribadi (publicness versus privateness)15. Penyuluh inovasi (gatekeepers)
STRATEGI INOVASI PENDIDIKAN
Salah satu faktor yang ikut menentukan evektifitas pelaksanaan program perubahan sosial adalah ketepatan penggunaan strategi, tetapi memilih strategi yang tepat bukan pekerjaan yang mudah.Sukar untuk memilih satu strategi tertentu guna mencapai tujuan atau target perubahan sosial tertentu karena sebenarnya berbagai macam strategi itu terletak pada suatu continuum dari tingkat yang paling lemah (sedikit) tekanan paksaan dari luar, kea rah yang paling banyak (kuat) tekanan (paksaan) dari luar.
Biasanya sukar menentukan bahwa suatu strategi tertentu ada pendidikan, bujukan, fasilitas atau paksaan (power), karena pada kenyataannya tidak ada batasan yang jelas untuk membeda-bedakan strategi tersebut.Misalnya strategi fasilitatif mungkin juga digunakan dalam strategi pendidikan atau mungkin juga digunakan dalam strategi bujukan. Namun demikian jika pelaksanaan program perubahan sosial memahami barbagai macam strategi, akan dapat memilih dan menetukan strategi mana yang akan diutamakan untuk mencapai suatu tujuan perubahan sosial tertentu, walaupun sebenarnya ia akan mengkombinasikan berbagai macam strategi.
Ada 4 macam strategi prubahan sosial yaitu:
a. Strategi Fasilitatif
Pelaksanaan program perubahan siosial dengan menggunakan strategi fasilitatif artinya untuk mencapai tujuan perubahan sosial yang ditentukan, diutamakan penyediaan fasilitas dengan maksud agar program perubahan sosial akan berjalan dengan mudah dan lancar. Strategi fasilitatif ini akan dapat dilaksanakan dengan tepat jika diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Strategi fasilitatif dapat digunakan dengan tepat jika sasaran perubahan (klien):
- Mengenal masalah yang dihadapi serta menyadari perlunya mencari target perubahan (tujuan).
- Merasa perlu adanya perubahan atau perbaikan
- Bersedia menerima bantuan dari luar dirinya
- Memiliki kemauan untuk berpartisipasi dalam usaha merubah atau memperbaiki dirinya.
2. Sebaiknya strategi fasilitatif dilaksanakan dengan disertai program menimbulkan kesadaran pada klien atas tersedianya fasilitas atau tenaga bantuan yang diperlukan.
3. Strategi fasilitatif tepat juga digunakan sebagai kompensasi motivasi yang rendah terhadap usaha perubahan sosial
4. Menyediakan berbagai fasilitas akan sangat bermanfaat bagi usaha perbaikan sosial jika klien menghendaki bebagai macam kebutuhan untuk memenuhi tuntutan perubahan sosial yang diharapkan.
5. Penggunaan strategi fasilitatif dapat juga dengan cara menciptakan peran yang baru dalam masyarakat jika ternyata peran yang sudah ada di masyarakat tidak sesuai dengan penggunaan sumber atau fasilitas yang diperlukan.
b. Strategi Pendidikan
Perubahan sosial didefinisikan sebagai pendidikan atau pengajaran kembali (re-education) (Zaltman, Ducan, 1977:111).Pendidkan juga dipakai sebagai strategi untuk mencapai tujuan perubahan sosial. Dengan menggunakan strategi pendidikan bararti untuk mengadakan perubahan sosial dengan cara menyampaikan fakta dengan maksud orang akan menggunakan fakta atau informasi itu untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan.
Agar penggunaan strategi pendidikan dapat berlangsung secara efektif, perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
-Strategi pendidikan akan dapat digunakan secara tepat dalam kondisi dan situasi sebagai berikut:
1. Apabila perubahan sosial yang diinginkan, tidak harus terjadi dalam waktu yang singkat (tidak ingin segera cepat berubah)
2. Apabila sasaran perubahan (klien) belum memiliki keterampilan atau pengetahuan tertentu yang diperlukan untuk melaksanakan program perubahan sosial.
3. Apabila menurut perkiraan akan terjadi penolakan yang kuat oleh klien terhadap perubahan yang diharapkan
4. Apabila dikehendaki perubahan yang sifatnya mendasar dari pola tingkah laku yang sudah ada ke tingkah laku yang baru.
5. Apabila alasan atau latar belakang perlunya perubahan telah diketahui dan dimengerti atas dasar sudut pandang klien sendiri, serta diperlukan adanya control dari klien
- Strategi pendidikan untuk melaksanakan program perubahan akan efektif jika:
1. Digunakan untuk menanamkan prinsip-prinsip yang perlu dikuasai untuk digunakan sebagai dasar tindakan selanjutnya sesuai dengan tujuan perubahan sosial yang akan dicapai.
2. Digunakan untuk menjaga agar klien tidak menolak perubahan atau kembali ke keadaan sebelumnya.
- Strategi pendidikan akan kurang efektif jika:
1. Tidak tersedia sumber yang cukup untuk menunjang kegiatan pendidikan
2. Digunakan dengan tanpa dilengkapi dengan strategi yang lain.
c. Strategi Bujukan
Program perubahan sosial dengan menggunakan strategi bujukan, artinya untuk mencapai tujuan perubahan sosial dengan cara membujuk, agar sasaran perubahan (klien) mau mengikuti perubahan sosial yang direncanakan.
Untuk berhasilnya penggunaan strategi bujukan perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
- Strategi bujukan tepat digunakan bila klien (sasaran perubahan):
1. Tidak berpartisipasi dalam proses perubahan sosial
2. Diajak untuk mengalokasikan sumber penunjang perubahan dari suatu kegiatan atau program ke kegiatan atau program yang lain.
- Strategi bujukan tepat digunakan jika:
1. Masalah dianggap kurang penting atau atau jika cara pemecahan masalah kurang efektif
2. Pelaksanaan program perubahan tidak memiliki alat kontrol secara langsung terhadap klien
d. Strategi Paksaan
Pelaksanaan program perubahan sosial dengan menggunakan strategi paksaan, artinya dengan cara memaksa klien (sasaran perubahan) untuk mencapai tujuan perubahan.
Penggunaan strategi paksaan perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. Strategi paksaan dapat digunakan apabila partisipasi klien terhadap proses perubahan sosial rendah dan tidak mau meningkatkan partisipasinya.
2. Strategi paksaan juga tepat digunakan apabila klien tidak merasa perlu untuk berubah atau tidak menyadari perlunya perubahan sosial
3. Strategi paksaan tidak efektif jika klien tidak memiliki sarana penunjang untuk mengusahakan perubahan dan peaksanan perubahan jika tidak mampu mengadakannya
4. Strategi paksaan dapat digunakan jika klien sukar untuk mau menerima perubahan sosial artinya sukar dipengaruhi
5. Strategi paksaan dapat juga digunakan untuk menjamin keamanan percobaan perubahan sosial yang telah direncanakan
DAFTAR PUSTAKA
Everett. M. Rogers. 1983. Diffusion of Innovations. London: The Free Press.
Gerald Zaltman and Robert Duncan. 1977. Strategies for Planned Change. A Wiley Interscience Publication John Wiley and Sons, New York. London, Sydney, Toronto.
http://rinimucimut18.blogspot.com/2015/04/makalah-inovasi-pendidikan strategi.html?m=1
http://fdj-indrakurniawan.blogspot.com/2012/04/makalah-strategi-inovasi pendidikan.html?m=1