KATEGORI : Inovasi Pendidikan

KONSEP DASAR INOVASI PENDIDIKAN

06 October 2020 15:06:18 Dibaca : 31531

KONSEP DASAR INOVASI PENDIDIKAN

Kata”innovation” (bahasa Inggris) sering diterjemahkan segala hal yang baru atau pembaharuan (S. Wojowasito, 1972), tetapi ada yang menjadikan kata innovation menjadi kata Indonesia yaitu”inovasi”. Inovasi kadang-kadang juga dipakai untuk menyatakan penemuan, karena hal yang baru itu hasil penemuan. Kata penemuan juga sering digunakan untuk menterjemahkan kata dari bahasa Inggris”discovery” dan”invention”. Ada juga yang mengkaitkan antara pengertian inovasi dan modernisasi, karena keduanya membicarakan usaha pembaharuan.

Untuk memperluas wawasan serta memperjelas pengertian inovasi pendidikan, maka perlu dibicarakan dulu tentang pengertian discovery, invention, innovation, dan modernisasi sebelum membicarakan tentang pengertian inovasi pendidikan

A. Pengertian Discovery, Invention, dan Innovation

Discovery, invention, dan Innovation dapat diartikan dalam Bahasa Indonesia ”penemuan”, maksudnya ketiga kata tersebut mengandung arti ditemukannya sesuatu yang baru, baik sebenarnya barangnya itu sendiri sudah ada lama kemudian baru diketahui atau memang benar-benar baru dalam arti sebelumnya tidak ada. Demikian pula mungkin hal yang baru itu diadakan dengan maksud untuk mencapai tujuan tertentu. Inovasi dapat menggunakan diskoveri 4 atau invensi. Untuk jelasnya marilah kita bicarakan ketiga pengertian tersebut satu persatu.

Diskoveri (discovery) adalah suatu penemuan sesuatu yang sebenarnya benda atau hal yang ditemukan itu sudah ada, tetapi belum diketahui orang. Misalnya penemuan benua Amerika. Sebenarnya benua Amerika itu sudah lama ada, tetapi baru ditemukan oleh Columbus pada tahun 1492, maka dikatakan Columbus menemukan benua Amerika, artinya orang Eropa yang pertama menjumpai benua Amerika.

Invensi (invention) adalah suatu penemuan sesuatu yang benar-benar baru, artinya hasil kreasi manusia. Benda atau hal yang ditemui itu benar-benar sebelumnya belum ada, kemudian diadakan dengan hasil kreasi baru. Misalnya penemuan teori belajar, teori pendidikan, teknik pembuatan barang dari plastik, mode pakaian, dan sebagainya. Tentu saja munculnya ide atau kreativitas berdasarkan hasil pengamatan, pengalaman, dari hal-hal yang sudah ada, tetapi wujud yang ditemukannya benar-benar baru.

Inovasi (innovation) ialah suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat), baik itu berupa hasil invention maupun diskoveri. Inovasi diadakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan suatu masalah tertentu. 5 Agar memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang pengertian inovasi dan juga guna memperluas wawasan perhatian, beberapa definisi inovasi yang dibuat para ahli dikemukakan di bawah ini:

1. An innovation is an idea for accomplishing some recognition social and in a new way or for a means of accomplishing some social (Donald P. Ely 1982, Seminar on Educational Change).

2. An innovation is any idea, practice, or mate artifact perceived to be new by the relevant unit of adopt. The innovation is the change object. A change isthe altera in the structure of a system that requires or could be required relearning on the part of the actor (s) in response to a situation. The requirements of the situation often involve a res to a new requirement is an inventive process producing an invention. However, all innovations, since not everything an individual or formal or informal group adopt is perceived as new. (Zaltman, Duncan, 1977:12)

3. The term innovation is usually employed in three different contexts. In one context it is synonymeus with invention; that is, it refers to a creative process whereby two or more existing concepts or entities are combined in some novel way to produce a configuration not previously known by the person involved. A person or organization performing this type of activity is usually said to be innovative. Most of the literature on creativity treats the term innovation in this fashion. (Zaltman, Duncan, Holbek, 1973:7).

4.    Innovation Is the creative selection, organization and utilization of human and material resources in new and unique ways which will result in the attainment of a higher level of achievement for the defined goals and objectives. (Huberman, 1973:5)

5.    Innovation is a species of the genus “change”. Generally speaking it seems useful to define an innovation as a deliberate, novel, specific change, which is thought to be more efficacious in accomplishing the goal of system. From the point of view of this book (innovation in education), it seem helpful to consider innovations as being willed and planned for rather than as accruing haphazardly. (Matthew B. Miles, 1964:14).

6.    An innovation is an idea, practice, or object that is perceived as new by an individual or other unit of adoption. It matters little, so far as human behavior is concerned, whether or not an idea is “objectively” new as measured by the lapse of time since its first use or discovery. The perceived newness of the idea for the individual determines his or her reaction to it. If the idea seems new to the individual, it is an innovation. (M. Rogers, 1983:11).

Dari beberapa definisi inovasi yang dibuat para ahli tersebut, dapat diketahui bahwa tidak terjadi perbedaan yang mendasar tentang pengertian inovasi antara satu dengan yang lain. Jika terjadi ketidaksamaan hanya dalam susunan kalimat atau penekanan maksud, tetapi pada dasarnya pengertiannya sama. Semua definisi tersebut menyatakan bahwa inovasi adalah suatu ide, hal-hal yang praktis, metode, cara, barang-barang buatan manusia, yang diamati atau dirasakan sebagai suatu yang baru bagi seseorang atau kelompok orang (masyarakat). Hal yang baru itu dapat berupa hasil invensi atau diskoveri, yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan masalah.

B.   Inovasi dan Modernisasi

Pada waktu membicarakan inovasi sering orang mengajukan pertanyaan tentang modernisasi, karena antara keduanya tampak persamaan yaitu kedua- duanya merupakan perubahan sosial. Agar dapat mengetahui apa perbedaan dan juga kaitan antara inovasi dan modernisasi, perlu dipahami apa inovasi dan apa modernisasi, baru kemudian dicari kaitan antara keduanya. Inovasi telah dibicarakan maka sekarang dibicarakan modernisasi.

Istilah (term) “modern” mempunyai berbagai macam arti dan juga mengandung berbagai macam tambahan arti (connotations). Istilah moden ini digunakan tidak hanya untuk orang-orang tetapi juga untuk bangsa, sistem politik, ekonomi lembaga seperti rumah sakit, sekolah, perguruan tinggi, perumahan, pakaian, serta bebagai macam kebiasaan. Pada umumnya kata modern digunakan untuk menunjukkan terjadinya perubahan ke arah yang lebih baik, lebih maju dalam arti lebih menyenangkan, lebih meningkatkan kesejahteraan hidup.

Dengan cara baru (modern) sesuatu akan lebih efektif dan efisien untuk mencapai tujuan. Misalnya dalam perkembangan transportasi, karena kuda lebih modern dari pada gerobak yang ditarik orang, tetapi mobil lebih modern daripada kereta kuda, pesawat lebih modern daripada mobil. Jadi “modern” dari satu segi dapat diartikan sesuatu yang baru dalam arti lebih maju atau lebih baik daripada yang sudah ada. Baik dalam arti lebih memberikan kesejahteraan atau kesenangan bagi kehidupan.

Eissentadt menjelaskan bahwa menurut sejarahnya modernisasi adalah proses perubahan sistem sosial, ekonomi, dan politik, yang telah berkembang di Eropa Barat dan Amerika Utara dari abad ke 17 sampai abad ke 19, dan kemudian telah berkembang pula di berbagai Negara di Eropa. Dalam abad ke 19 dan 20 berkembang pula ke Amerika Selatan, Asia, dan Afrika. Proses perkembangan atau perubahan itu berlangsung secara bertahap, dan tidak semua masyarakat berkembang dalam tahap urutan yang sama.

Jadi modernisasi pada dasarnya merupakan proses perkembangan, secara kebetulan Eropa Barat dan Amerika Utara telah berkembang lebih dahulu, dan sekarang bangsa dari dunia ketiga sedang berjuang untuk menyamakan diri mencapai status kehidupan modern. Dengan kata lain modernisasi adalah bekerja sama dengan dunia dengan maksud agar dapat meningkatkan hal-hal yang esensial dalam kehidupan, walaupun mungkin juga terjadi kekacauan atau perpecahan. (M. Francais Abraham, 1980:4).

1.    Agar lebih jelas dan lebih luas wawasan serta pemahaman kita tentang pengertian, batasan atau definisi modernisasi, perhatikan beberapa definisi atau pengertian modernisasi yang dikemukakan para ahli berikut ini. Moore. What is involved in modernization is a “total transformation of a traditional or pre-modern society into the types of technology and associated social organization that characterize the “advanced” economically 9 prosperous, and relatively politically stableations of the western world. But what exactly does (or should) modernization mean?. Unquestionably, the people of the third world nations tend to know very well that people in industrialized societies have a higher standard of living, and they tend to want better services (such as education, and medical care) and more material wealth. Unquestionably, too, the masses and the leaders in these countries want political and economic equality with the other nations of the world. (Donald P Ely, 1982, Seminar on Educational Change)

2.    Everett Rogers. Modernization in the process by which individuals change from a traditional way of life to a more complex, technologically advanced, and rapidly changing style of life. (Francis Abraham, 1980:5).

3.    Black. Modernization is the process by which historically evolved institutions are adapted to the rapidly change functions that reflect the unprecedented increase in man’s knowledge, permitting control over his environment, that accompanied the scientific revolution (Francis Abraham, 1980:5)

4.    Lerner. Modernization is simply “ a secular trend unilateral direction from traditional to participant life ways”. (Francis Abraham, 1980:5)

5.    Marion Levy, takes “the measure of modernization the rational inanimate to animate source of power. The higher that ratio, higher is the degree of modernization”. (Francis Abraham, 1980:5)

6.    And Chodak identifies three types of modernization, named (1) Industrial modernization which arises out of the necessity, (2) Acculturative 10 modernization which is the creation of semi-developmental, buffer culture, which result from the super-position of the foreign culture on the traditional culture; (3) Induced modernization which consists of organized effort aimed at infrastructure building and planned socio-economy development. (Francis Abraham, 1980:5)

7.    Inkeles, described modernity in terms of a number of psychological variables that constitute a kind of mentality characteristic the typical modern man (Francis Abraham, 1980:5)

Dari beberapa definisi atau pendapat tentang modernisasi yang dikemukakan oleh para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa semuanya sependapat modernisasi adalah proses perubahan sosial dari masyarakat tradisional (yang belum modern) ke masyarakat yang lebih maju (masyarakat industri yang sudah modern). Di antara tanda-tanda masyarakat yang sudah maju (modern) ialah bidang ekonomi telah makmur, bidang politik sudah stabil, terpenuhi pelayanan kebutuhan pendidikan dan kesehatan.

Perbedaan rumusan definisi modernisasi antara para ahli tersebut hanya perbedaan penekanan. Ada yang menekankan pada perubahan sosial secara menyeluruh, seperti yang dikemukakan More, Black, and Chodak, mereka ini mengartikan modernisasi sebagai proses perubahan kehidupan masyarakat. Sedangkan Rogers, Lerner, dan Inkeles menekankan pada perubahan pribadi (individu), artinya perubahan individu dari gaya atau pola hidup tradisional ke gaya atau pola hidup modern.

1.    Perubahan sikap, sifat atau gaya hidup individu terjadi sebagai akibat terjadinya perubahan kehidupan masyarakat yakni dari masyarakat tradisional ke masyarakat yang sudah maju (industri). Inkeles mengemukakan secara detail tentang ciri-ciri manusia modern, berdasarkan penelitiannya pada masyarakat yang industrinya sudah maju. Antara lain ia mengemukakan bahwa ada 12 aspek yang menjadi tanda (karakteristik) manusia modern yaitu: Bersikap terbuka trehadap pengalaman baru, artinya jika menghadapi tawaran atau ajakan hal-hal yang baru yang lebih menguntungkan untuk kehidupannya akan selalu mau memikirkan dan kemudian mau menerimanya, tidak menutup diri terhadap perubahan.

2.    Selalu siap menghadapi perubahan sosial, artinya siap untuk menerima perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat, misalnya partisipasi dalam bidang politik, peningkatan kesempatan kerja bagi wanita, perpindahan penduduk, pergaulan atau hubungan orang tua dengan pemuda dan sebagainya. Manusia modern siap untuk memahami perubahan yang terjadi di sekitarnya.

3.    Berpandangan yang luas, artinya pendapat-pendapatnya tidak hanya berdasarkan apa yang ada pada dirinya, tetapi mau menerima pendapat yang datang dari luar dirinya serta dapat memahami adanya perbedaan pandangan dengan orang lain. Ia dapat memahami sikap orang lain yang berbeda dengan dirinya.

4.    Mempunyai dorongan ingin tahu yang kuat. Manusia modern akan selalu berusaha memperoleh informasi tentang apa yang terjadi di lingkungannya dan juga informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan kehidupannya.

5.    Manusia modern lebih berorientasi pada masa sekarang dan masa yang akan datang daripada masa yang lampau. Manusia modern tidak hanya akan mengenang kejayaan atau kegagalan masa lalu, tetapi lebih aktif untuk berfikir bagaimana masa sekarang dan yang datang.

6.    Manusia modern berorientasi dan juga percaya pada perencanaan baik jangka panjang maupun jangka pendek. Kehidupan manusia moden selalu direncanakan sebelumnya melalui perencanaan jangka pendek maupun jangka panjang.

7.    Manusia modern lebih percaya pada hasil perhitungan manusia dan pemikiran manusia daripada takdir atau pembawaan. Ia percaya bahwa manusia dapat mengontrol kejadian di sekitarnya.

8.    Manusia modern menghargai ketrampilan teknik dan juga menggunakannya sebagai dasar pemberian imbalan.

9.    Wawasan pendidikan dan pekerjaan. Manusia modern memiliki wawasan yang lebih maju tentang pendidikan dan pekerjaan. Pendidikan di sekolah formal lebih ditekankan untuk menguasai ketrampilan membaca, menulis dan berhitung daripada untuk melaksanakan pendidikan agama atau moral, karena ilmu pengetahuan dan teknologi yang akan dapat dipakai untuk memecahkan masalah kehidupan. Demikian pula manusia modern akan memiliki pekerjaan yang dapat memberi keuntungan walaupun mungkin melanggar sangsi kepercayaan tradisional.

10.  Manusia modern menyadari dan menghargai kemuliaan orang lain terutama orang yang lemah seperti wanita, anak-anak, dan bawahannya.

11.  Memahami perlunya produksi. Manusia modern dalam mengambil keputusan akan mempertimbangkan juga sejauh mana dampak terhadap hasil produksi dari suatu industri (ia sebagai pegawai perusahaan ikut menyadari akan kepentingan perusahaan).

Berdasarkan uraian tersebut kini tiba saatnya untuk membicarakan kaitan antara inovasi dan modernisasi. Inovasi dan modernisasi keduanya merupakan perubahan sosial, perbedaannya hanya pada penekanan ciri dari perubahan itu. Inovasi menekankan pada ciri adanya sesuatu yang diamati sebagai sesuatu yang baru bagi individu atau masyarakat sedangkan modernisasi menekankan pada adanya proses perubahan dari tradisional ke modern, atau dari yang belum maju ke yang sudah maju.

Jadi dapat disimpulkan bahwa diterimanya suatu inovasi sebagai tanda adanya modernisasi. Misalnya untuk meningkatkan kesejahteraan perlu diadakan transmigrasi. Transmigrasi merupakan hal yang baru bagi masyarakat, maka transmigrasi adalah suatu inovasi. Masyarakat yang sudah mau menerima ide transmigrasi dan mau melaksanakan transmigrasi berarti sudah memenuhi ciri masyarakat modern yang siap menghadapi perubahan dan meninggalkan pola pikir tradisi yang bersemboyan (bahasa Jawa) ”mangan ora 14 mangan yen kumi” artinya meskipun tidak makan asal tetap berkumpul dengan sesama saudara.

C.   Pengertian Inovasi Pendidikan

Inovasi pendidikan adalah inovasi dalam bidang pendidikan atau inovasi untuk memecahkan masalah pendidikan. Jadi inovasi pendidikan ialah suatu ide, barang, metode, yang dirasakan atau diamati sebagai hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) baik berupa hasil invensi atau diskaveri, yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan atau untuk memecahkan masalah pendidikan.

Pendidikan adalah suatu sistem, maka inovasi pendidikan mencakup hal- hal yang berhubungan dengan komponen sistem pendidikan, baik sistem dalam arti sekolah, perguruan tinggi atau lembaga pendidikan yang lain, maupun sistem dalam arti yang luas misalnya sistem pendidikan nasional. Mattew B. Miller menjelaskan pengertian inovasi pendidikan sebagai berikut: ”To give more concreteness the universe called ”educational innovations” some samples are described billow. They are organized according to the aspect of a social system which they appear to be most clearly associated. In most cases social system involved should be taken to be that of a school or cell although some innovations take place within the context of many larger systems.”

Berikut ini contoh-contoh inovasi pendidikan dalam setiap komponen pendidikan atau komponen sistem sosial sesuai dengan yang dikemukakan oleh B. Miles, dengan perubahan isi disesuaikan dengan perkembangan pendidikan dewasa ini.

1.    Pembinaan personalia. Pendidikan yang merupakan bagian dari sistem sosial tentu menentukan personal (orang) sebagai komponen sistem. Inovasi yang sesuai dengan komponen personel misalnya: peningkatan mutu guru, sistem kenaikan pangkat, aturan tata tertib siswa, dan sebagainya.

2.    Banyaknya personal dan wilayah kerja. Sistem sosial tentu menjelaskan tentang berapa jumlah personalia yang terikat dalam sistem serta dimana wilayah kerjanya. Inovasi pendidikan yang relevan dengan aspek ini misalnya: berapa ratio guru siswa pada satu sekolah dalam sistem PAMONG pernah diperkenalkan ini dengan ratio 1 : 200 artinya satu guru dengan 200 siswa). Sekolah Dasar di Amerika satu guru dengan 27 siswa, perubahan besar wilayah kepenilikan, dan sebagainya.

3.    Fasilitas fisik. Sistem sosial termasuk juga sistem pendidikan mendayagunakan berbagai sarana dan hasil teknologi untuk mencapai tujuan. Inovasi pendidikan yang sesuai dengan komponen ini misalnya: perubahan bentuk tempat duduk (satu anak satu kursi dan satu meja), perubahan pengaturan dinding ruangan (dinding batas antar ruang dibuat yang mudah dibuka, sehingga pada diperlukan dua ruangan dapat disatukan), perlengkapan perabot laboratorium bahasa, penggunaan CCTV (TVCT- Televisi Stasiun Terbatas), dan sebagainya.

4.    Penggunaan waktu. Suatu sistem pendidikan tentu memiliki perencanaan penggunaan waktu. Inovasi yang relevan dengan komponen ini misalnya: pengaturan waktu belajar (semester, catur wulan, pembuatan jadwal pelajaran yang dapat memberi kesempatan mahasiswa untuk memilih waktu sesuai dengan keperluannya, dan sebagainya.

5.    Perumusan tujuan. Sistem pendidikan tentu memiliki rumusan tujuan yang jelas. Inovasi yang relevan dengan komponen ini, misalnya: perubahan tujuan tiap jenis sekolah (rumusan tujuan TK, SD disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan tantangan kehidupan), perubahan rumusan tujuan pendidikan nasional dan sebagainya.

6.    Prosedur. Sistem pendidikan tentu mempunyai prosedur untuk mencapai tujuan. Inovasi pendidikan yang relevan dengan komponen ini misalnya: penggunaan kurikulum baru, cara membuat persiapan mengajar, pengajaran individual, pengajaran kelompok, dan sebagainya.

7.    Peran yang diperlukan. Dalam sistem sosial termasuk sistem pendidikan diperlukan kejelasan peran yang diperlukan untuk melancarkan jalannya pencapaian tujuan inovasi yang relevan dengan komponen ini, misalnya: peran guru sebagai pemakai media (maka diperlukan keterampilan menggunakan berbagai macam media), peran guru sebagai pengelola kegiatan kelompok, guru sebagai anggota team teaching, dan sebagainya.

8.    Wawasan dan perasaan. Dalam interaksi sosial biasanya berkembang suatu wawasan dan perasaan tertentu yang akan menunjang kelancaran pelaksanaan tugas. Kesamaan wawasan dan perasaan dalam melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan pendidikan yang sudah ditentukan akan mempercepat tercapainnya tujuan. Inovasi yang relevan dengan bidang ini misalnya: wawasan pendidikan seumur hidup, wawasan pendekatan keterampilan proses, perasaan cinta pada pekerjaan guru, kesediaan berkorban, kesabaran sangat diperlukan untuk menunjang pelaksanaan kurikulum SD yang disempurnakan, dan sebagainya.

9.    Bentuk hubungan antar bagian (mekanisme kerja). Dalam sistem pendidikan perlu ada kejelasan hubungan antara bagian atau mekanisme kerja antara bagian dalam pelaksanaan kegiatan untuk mencapai tujuan. Inovasi yang relevan dengan komponen ini misalnya: diadakan perubahan pembagian tugas antara seksi di kantor departemen pendidikan dan mekanisme kerja antar seksi, di perguruan tinggi diadakan perubahan hubungan kerja antara jurusan, fakultas, dan biro registrasi tentang pengadministrasian nilai mahasiswa, dan sebagainya.

10.  Hubungan dengan sistem yang lain. Dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan dalam beberapa hal harus berhubungan atau bekerja sama dengan sistem yang lain. Inovasi yang relevan dengan bidang ini misalnya: dalam pelaksanaan usaha kesehatan sekolah bekerjasama atau berhubungan dengan Departemen Kesehatan, data pelaksanaan KKN harus kerjasama dengan Pemerintah Daerah setempat, dan sebagainya.

11.  Strategi. Yang dimaksud dengan strategi dalam hal ini ialah tahap-tahap kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan inovasi pendidikan. Adapun macam dan pola strategi yang digunakan sangat sukar untuk diklasifikasikan, tetapi secara kronologis biasanya menggunakan pola urutan sebagai berikut:

a)    Desain. Ditemukannya suatu inovasi dengan perencanaan penyebarannya berdasarkan suatu penelitian dan obeservasi atau hasil penilaian terhadap pelaksanaan sistem pendidikan yang sudah ada.

b)    Kesadaran dan perhatian. Suatu potensi yang sangat menunjang berhasilnya inovasi ialah adanya kesadaran dan perhatian sasaran inovasi (baik individu maupun kelompok) akan perlunya inovasi. Berdasarkan kesadaran itu mereka akan berusaha mencari informasi tentang inovasi.

c)    Evaluasi. Para sasaran inovasi mengadakan penilaian terhadap inovasi tentang kemampuannya untuk mencapai tujuan, tentang kemungkinan dapat terlaksananya sesuai dengan kondisi situasi, pembiayaannya dan sebagainya.

d)    Percobaan. Para sasaran inovasi mencoba menerapkan inovasi untuk membuktikan apakah memang benar inovasi yang dinilai baik itu dapat diterapkan seperti yang diharapkan. Jika ternyata berhasil maka inovasi akan diterima dan terlaksana dengan sempurna sesuai strategi inovasi yang telah direncanakan.

 

DAFTAR PUSTAKA

Abraham, F. (1980). Perspective on Modernization toward General Theory of Third World Development. Washington: University Press of America.

Everett. M. Rogers. 1983. Diffusion of Innovations. London: The Free Press.

Gerald Zaltman and Robert Duncan. 1977. Strategies for Planned Change. A Wiley Interscience Publication.

Gerald Zaltman, Rober Duncan, Johny Holbek. 1973. Innovation and Organization. A Wiley-Interscience Publication.

Huberman. (1973). Solving Educational Problems. New York: Praegar Publisher.

Miles, M. B. (1964). Innovation in Education. New York: Bureau of Publication.

Everett M. Rogers. 1983. Diffusion of Innovations. London: The Free Press.

Wojowasito, S. 1972. Kamus Bahasa Indonesia. Bandung: Shinta Dharma Bandung

https://www.tintapendidikanindonesia.com/2016/09/konsep-dasar-inovasi-pendidikan.html

http://rizalaziz.blogspot.com/2010/

KARAKTERISTIK DAN STRATEGI INOVASI PENDIDIKAN

06 October 2020 14:24:36 Dibaca : 48774

KARAKTERISTIK INOVASI PENDIDIKAN

Cepat lambatnya penerimaan inovasi oleh masyarakat luas dipengaruhi oleh karakteristik inovasi itu sendiri. Everett M. Rogers (1993:14-16) mengemukakan karakteristik inovasi yang dapat mepengaruhi cepat atau lambatnya penerimaan inovasi sebagai berikut:

1. Keuntungan Relatif

Keuntungan relatif yaitu sejauh mana inovasi dianggap menguntungkan bagi penerimanya.Tingkat keuntungan atau pemanfaatan suatu inovasi dapat diukur berdasarkan nilai ekonominya, atau mungkin dari faktor status sosial (gengsi), kesenangan, kepuasan, atau karena memunyai komponen yang sangat penting.Makin menguntungkan bagi penerima makin cepat tersebarnya inovasi.

2. Kompatibel (compatibility)

Kompatibel ialah tingkat kesesuaian inovasi dengan nilai (values), pengalaman lalu, dan kebutuhan dari penerima. Inovasi yang tidak sesuai dengan nilai atau norma yang diyakini oleh penerima tidak akan diterima secepat inovasi yang sesuai dengan norma yang ada. Misalnya penyebarluasan penggunaan alat kontrasepsi di masyarakat yang keyakinan agamanya melarang penggunaan alat tersebut, maka tentu saja penyebar inovai makin terhambat.

3. Kompleksitas (complexity)

Kompleksitas adalah tingkat kesukaran untuk memahami dan menggunakan inovasi bagi penerima. Suatu inovasi yang mudah dimengerti dan mudah digunakan oleh penerima akan cepat tersebar, sedangkan inovasi yang sukar dimengerti atau sukar digunakan oleh penerima akan lambat proses penyebarannya. Misalnya masyarakat pedesaan yang tidak mengetahui tentang teori penyebaran bibit penyakit melalui kuman, diberitahu oleh penyuluh kesehatan agar membiasakan memasak air yang akan diminum, karena air yang tidak dimasak jika diminum dapat menyebabkan sakit perut. Tentu saja ajakan itu sukar diterima. Makin mudah dimengerti suatu inovasi akan makin cepat diterima oleh masyarakat.

4. Trialabilitas (trialabillity)

Trialabilitas ialah dapat dicoba atau tidaknya suatu inovasi oleh penerima. Suatu inovasi yang dicoba akan cepat diterima oleh masyarakat daripada inovasi yang tidak dapat dicoba terlebih dahulu. Misalnya penyebarluasan penggunaan bibit unggul padi gogo akan cepat diterima oleh masyarakat jika masyarakat dapat mencoba dulu menanam dan dapat melihat hasilnya.

5. Dapat Diamati (observabillity)

Ialah mudah tidaknya diamati suatu hasil inovasi. Suatu inovasi yang hasilnya mudah diamati akan makin cepat diterima oleh masyarakat, dan sebaliknya inovasi yang sukar diamati hasilnya, akan lama diterima oleh masyarakat. Misalnya penyebarluasan penggunaan bibit unggul padi, karena petani dapat dengan mudah melihat hasil padi yang menggunakan bibit unggul tersebut, maka mudah untuk memutuskan mau menggunakan bibit unggul yang diperkenalkan.Tetapi mengajak petani yang buta huruf untuk mau belajar membaca dan menulis tidak dapat segera dibuktikan karena para petani sukar untuk melihat hasil yang nyata menguntungkan setelah orang tidak buta huruf lagi. Zaltman, Duncan, dan Holbek mengemukakan bahwa cepat lambatnya proses penerimaan (adopsi), maka kita lihat secara singkat atribut inovasi yang dikemukakan Zaltman sebagai berikut:

1. Pembiayaan (cost)2. Balik modal (returns to investment)3. Efisiensi4. Resiko dari ketidakpastian5. Mudah dikomunikasikan6. Kompatibilitas7. Kompleksitas8. Status ilmiah9. Kadar keaslian10. Dapat dilihat kemanfaatannya11. Dapat dilihat batas sebelumnya12. Keterlibatan sasaran perubahan13. Hubungan interpersonal14. Kepentingan umum atau pribadi (publicness versus privateness)15. Penyuluh inovasi (gatekeepers)

STRATEGI INOVASI PENDIDIKAN

Salah satu faktor yang ikut menentukan evektifitas pelaksanaan program perubahan sosial adalah ketepatan penggunaan strategi, tetapi memilih strategi yang tepat bukan pekerjaan yang mudah.Sukar untuk memilih satu strategi tertentu guna mencapai tujuan atau target perubahan sosial tertentu karena sebenarnya berbagai macam strategi itu terletak pada suatu continuum dari tingkat yang paling lemah (sedikit) tekanan paksaan dari luar, kea rah yang paling banyak (kuat) tekanan (paksaan) dari luar.

Biasanya sukar menentukan bahwa suatu strategi tertentu ada pendidikan, bujukan, fasilitas atau paksaan (power), karena pada kenyataannya tidak ada batasan yang jelas untuk membeda-bedakan strategi tersebut.Misalnya strategi fasilitatif mungkin juga digunakan dalam strategi pendidikan atau mungkin juga digunakan dalam strategi bujukan. Namun demikian jika pelaksanaan program perubahan sosial memahami barbagai macam strategi, akan dapat memilih dan menetukan strategi mana yang akan diutamakan untuk mencapai suatu tujuan perubahan sosial tertentu, walaupun sebenarnya ia akan mengkombinasikan berbagai macam strategi.

Ada 4 macam strategi prubahan sosial yaitu:

a. Strategi Fasilitatif

Pelaksanaan program perubahan siosial dengan menggunakan strategi fasilitatif artinya untuk mencapai tujuan perubahan sosial yang ditentukan, diutamakan penyediaan fasilitas dengan maksud agar program perubahan sosial akan berjalan dengan mudah dan lancar. Strategi fasilitatif ini akan dapat dilaksanakan dengan tepat jika diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Strategi fasilitatif dapat digunakan dengan tepat jika  sasaran perubahan (klien):

  • Mengenal masalah yang dihadapi serta menyadari perlunya mencari target perubahan (tujuan).
  • Merasa perlu adanya perubahan atau perbaikan
  • Bersedia menerima bantuan dari luar dirinya
  • Memiliki kemauan untuk berpartisipasi dalam usaha merubah atau memperbaiki dirinya.

2. Sebaiknya strategi fasilitatif dilaksanakan dengan disertai  program menimbulkan kesadaran pada klien atas tersedianya fasilitas atau tenaga bantuan yang diperlukan.

3. Strategi fasilitatif tepat juga digunakan sebagai kompensasi motivasi yang rendah terhadap usaha perubahan sosial

4. Menyediakan berbagai fasilitas akan sangat bermanfaat bagi usaha perbaikan sosial jika klien menghendaki bebagai macam kebutuhan untuk memenuhi tuntutan perubahan sosial yang diharapkan.

5. Penggunaan strategi fasilitatif dapat juga dengan cara menciptakan peran yang baru dalam masyarakat jika ternyata peran yang sudah ada di masyarakat tidak sesuai dengan penggunaan sumber atau fasilitas yang diperlukan.

b. Strategi Pendidikan

Perubahan sosial didefinisikan sebagai pendidikan atau pengajaran kembali (re-education) (Zaltman, Ducan, 1977:111).Pendidkan juga dipakai sebagai strategi untuk mencapai tujuan perubahan sosial. Dengan menggunakan strategi pendidikan bararti untuk mengadakan perubahan sosial dengan cara menyampaikan fakta dengan maksud orang akan menggunakan fakta atau informasi itu untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan.

Agar penggunaan strategi pendidikan dapat berlangsung secara efektif, perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

-Strategi pendidikan akan dapat digunakan secara tepat dalam kondisi dan situasi sebagai berikut:

1. Apabila perubahan sosial yang diinginkan, tidak harus terjadi dalam waktu yang singkat (tidak ingin segera cepat berubah)

2. Apabila sasaran perubahan (klien) belum memiliki keterampilan atau pengetahuan tertentu yang diperlukan untuk melaksanakan program perubahan sosial.

3. Apabila menurut perkiraan akan terjadi penolakan yang kuat oleh klien terhadap perubahan yang diharapkan

4. Apabila dikehendaki perubahan yang sifatnya mendasar dari pola tingkah laku yang sudah ada ke tingkah laku yang baru.

5. Apabila alasan atau latar belakang perlunya perubahan telah diketahui dan dimengerti atas dasar sudut pandang klien sendiri, serta diperlukan adanya control dari klien

- Strategi pendidikan untuk melaksanakan program perubahan akan efektif jika:

1. Digunakan untuk menanamkan prinsip-prinsip yang perlu dikuasai untuk digunakan sebagai dasar tindakan selanjutnya sesuai dengan tujuan perubahan sosial yang akan dicapai.

2. Digunakan untuk menjaga agar klien tidak menolak perubahan atau kembali ke keadaan sebelumnya.

-  Strategi pendidikan akan kurang efektif jika:

1. Tidak tersedia sumber yang cukup untuk menunjang kegiatan pendidikan

2. Digunakan dengan tanpa dilengkapi dengan strategi yang lain.

c. Strategi Bujukan

Program perubahan sosial dengan menggunakan strategi bujukan, artinya untuk mencapai tujuan perubahan sosial dengan cara membujuk, agar sasaran perubahan (klien) mau mengikuti perubahan sosial yang direncanakan.

Untuk berhasilnya penggunaan strategi bujukan perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

- Strategi bujukan tepat digunakan bila klien (sasaran perubahan):

1. Tidak berpartisipasi dalam proses perubahan sosial

2. Diajak untuk mengalokasikan sumber penunjang perubahan dari suatu kegiatan atau program ke kegiatan atau program yang lain.

- Strategi bujukan tepat digunakan jika:

1. Masalah dianggap kurang penting atau atau jika cara pemecahan masalah kurang efektif

2. Pelaksanaan program perubahan tidak memiliki alat kontrol secara langsung terhadap klien

d. Strategi Paksaan

Pelaksanaan program perubahan sosial dengan menggunakan strategi paksaan, artinya dengan cara memaksa klien (sasaran perubahan) untuk mencapai tujuan perubahan.

Penggunaan strategi paksaan perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

1. Strategi paksaan dapat digunakan apabila partisipasi klien terhadap proses perubahan sosial rendah dan tidak mau meningkatkan partisipasinya.

2. Strategi paksaan juga tepat digunakan apabila klien tidak merasa perlu untuk berubah atau tidak menyadari perlunya perubahan sosial

3. Strategi paksaan tidak efektif jika klien tidak memiliki sarana penunjang untuk mengusahakan perubahan dan peaksanan perubahan jika tidak mampu mengadakannya

4. Strategi paksaan dapat digunakan jika klien sukar untuk mau menerima perubahan sosial artinya sukar dipengaruhi

5. Strategi paksaan dapat juga digunakan untuk menjamin keamanan percobaan perubahan sosial yang telah direncanakan

DAFTAR PUSTAKA

Everett. M. Rogers. 1983. Diffusion of Innovations. London: The Free Press.

Gerald Zaltman and Robert Duncan. 1977. Strategies for Planned Change. A Wiley Interscience Publication John Wiley and Sons, New York. London, Sydney, Toronto.

http://rinimucimut18.blogspot.com/2015/04/makalah-inovasi-pendidikan strategi.html?m=1

http://fdj-indrakurniawan.blogspot.com/2012/04/makalah-strategi-inovasi pendidikan.html?m=1  

 

 

RPS MK. Inovasi Pendidikan

25 July 2020 12:44:49 Dibaca : 1900

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN

      Jenderal Sudirman No. 6 Telp/Fax 0435-831984-821125 Kota Gorontalo-96128

KONTRAK PERKULIAHAN

 

Mata kuliah                       : Inovasi Pendidikan

Kode Mata Kuliah            :

SKS                                   : 2

Hari                                   : Senin

Dosen Pengampuh            : Dr. Arifin, S.Pd, M.Pd

                                                        Sulkifly, S.E, M.Pd

Jurusan                              : Manajemen Pendidikan

Semester                            : Genap (2019-2020)

                                            

A.    TUJUAN MATAKULIAH

Mata kuliah ini bertujuan untuk membekali para mahasiswa agar memiliki wawasan dan pengetahuan yang komprehensif secara teori maupun empiris tentang kajian inovasi pendidikan baik secara konseptual maupun kontekstual, sehingga mampu berkiprah dan mengikuti perkembangan inovasi pendidikan sesuai dengan perkembangan IPTEK

B.     DESKRIPSI ISI

Dalam perkuliahan inovasi pendidikan menyajikan konsep dasar inovasipendidikan, memberikan gambaran proses inovasi pendidikan, karakteristik inovasi pendidikan, strategi inovasi pendidikan, inovasi dalam bidang ketenagaan, inovasi dalam manajemen pendidikan, inovasi kurikulum, inovasi dalam pembelajaran, dan inovasi teknologi pembelajaran berbasis digital (digital based Learning)

C.    PENDEKATAN PEMBELAJARAN

        Perkuliahan dilaksanakan dengan cara:

  • Pembahasan Buku Sumber
  • Brainstorming, Diskusi kelas dan Meta-Plan
  • Presentase hasil analisis dan pembahasan buku sumber
  • Pelaksanaan tugas khusus

D.    EVALUASI

Keberhasilan mahasiswa dalam perkuliahan ini ditentukan oleh prestasi yang bersangkutan dalam :

1.         Partisipasi di kelas dan kehadiran : Bobot 1

2.         Tugas critical review journal          : Bobot 2        

3.         Ujian Tengah Semester (UTS)      : Bobot 3

4.         Ujian Akhir Semester (UAS)         : Bobot 4

Jumlah                                                      : Bobot 10

 Jumlah (Nilai X Bobot) Untuk menentukan nilai akhir mata kuliah, yaitu NA= Jumlah ( Nilai X Bobot) / Jumlah Bobot  Taraf Penguasaan/kemampuan dinyatakan sebagai berikut :

90-100%                                  =  A

85-89%                                    =  A-

80-84%                                    =  B+

75-79%                                    =  B

70-74%                                    =  B-

65-69%                                    =  C+

60-64%                                    =  C

 E. RINCIAN MATERI PERKULIAHAN

Pokok-pokok materi dalam setiap pertemuan dirancang sebagai berikut:

Bahan: 

1. Konsep Dasar Inovasi Pendidikan;2. Proses Inovasi Pendidikan

3. Karakteristik, strategi penerapan inovasi pendidikan

4. Manajemen Inovasi Pendidikan5. Konsep Model Inovasi Pendidikan6. Akselerasi Program Inovasi Pendidikan

7. Inovasi Bidang Manajemen Organisasi Pendidikan

8. Reformasi dan Inovasi Pendidikan

9. Model Inovasi Pendidikan: Sekolah/Madrasah Unggulan, dan Madrasah Model

10. Monitoring Evaluasi dalam Inovasi Pendidikan

11. Inovasi Bidang Kurikulum dan Pembelajaran

12. Inovasi pengelolaan Peserta Didik

13. Inovasi Bidang Ketenagaan Pendidikan

14. Inovasi dalam pengelolaan Keuangan dan Sapras

15. Inovasi dalam Pengelolaan Husemas

16. Inovasi dalam pengelolaan Iklim dan budaya Sekolah

 

Pertemuan &Topik BahasanI. Pembahasan mata kuliah dan Kontrak Kuliah Konsep Dasar Inovasi Pendidikan;

  • Konsep Discovery, invention, dan innovation
  • Inovasi dan modernisasi
  • Pengertian inovasi Pendidikan

 II. Proses Inovasi Pendidikan

  • Difusi dab diseminasi Inovasi
  • Proses Keputusan Inovasi
  • Proses Inovasi Pendidikan

III. Karakteristik dan Strategi Inovasi Pendidikan

  • Karakteristik Inovasi Pendidikan
  • Strategi Inovasi Pendidikan

IV. Manajemen Inovasi Pendidikan;

  •  Hakikat Manajemen Inovasi Pendidikan
  •  Konsep Manajemen dalam Inovasi Pendidikan
  •  Bidang Kegiatan Manajemen Inovasi Pendidikan
  •  Prosedur Inovasi Pendidikan

V. Konsep Model Inovasi Pendidikan:

 

  • Perencanaan Inovasi Pendidikan
  • Beberapa Model Inovasi Pendidikan

 

VI. Akselerasi Program Inovasi Pendidikan

  • Perlunya Akselerasi Program Inovasi Pendidikan
  • Permasalahan dan Sumber Terjadinya Inovasi
  • Faktor-faktor Pemercepat Inovasi
  • Atribut Inovasi
  • Proses Akselerasi Inovasi

VII. Inovasi Bidang Manajemen Organisasi Pendidikan;

  •  Analisis Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
  • Inovasi dalam Organisasi Pendidikan
  • Keputusan Inovasi dalam Organisasi

VIII. Monitoring Evaluasi dalam Inovasi Pendidikan

  • Hakikat Monitoring Evaluasi
  • Prinsip-prinsip Monitoring dan Evaluasi Program Inovasi
  • Objek Monitoring dan Evaluasi Program
  •  Implementasi Monitoring Evaluasi dalam Inovasi Pendidikan

IX. UJIAN TENGAH SEMESTER

X-XIV. Inovasi Substansi Manajerial Pendidikan (Mini Riset)

  • Inovasi Bidang Kurikulum dan Pembelajaran
  • Inovasi pengelolaan Peserta Didik
  • Inovasi Bidang Ketenagaan Pendidikan
  • Inovasi dalam pengelolaan Keuangan dan Sapras
  • Inovasi dalam Pengelolaan Husemas
  • Inovasi dalam pengelolaan Iklim dan budaya Sekolah

XV. Pemaparan Hasil Mini Riset

XVI. UJIAN AKHIR SEMESTER

E. REFERENSI :

 Abdolmohammadi, M. dan A. Wright. 1987. An Examination of The Effects of Experience and Task. Complexity on Audit Judgments. Abdurrahman An-Nahlawi. 1995.

 Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat, Penj. Shihabuddin. Jakarta: Gema Insani Press.

Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati. 1991. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Rineka Cipta. Abuddin Nata. 2005. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama.

Aditya Media. Nawawi, Hadari. 1989. Organisasi Kelas sebagai Lembaga Pendidikan. Jakarta: Haji Masagung.

Azra, Azyumardi. 2003. Inovasi Kurikulum, Edisi 01/Tahun 2003, Strategi Pengembangan Kurikulum Madrasah Aliyah dalam Era Otonomi Daerah dan Desentralisasi Pendidikan. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Ahmad Djalaluddin. 2007. Manajemen Qur’ani; Menerjemah Ibadah Ilahiyah dalam Kehidupan, Malang: Malang Press.

Ahmad Tafsir. 2001. Ilmu Pendidikan dan Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosadakarya.

___________. 2006. Filsafat Pendidikan Islami: Integrasi Jasmani, Rohani dan Kalbu Memanusiakan Manusia. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Al-Asri Al-Jadid. 1968. Ingklizikh wal Arabiyah. Beirut: Darul Fikr. Alwasilah, Chaedar. 2007. Perspektif Pendidikan Bahasa Inggris di Indonesia dalam Konteks Persaingan Global. Bandung: Andira.

Arifin I. 1994. Penelitian Kualitatif dalam Bidang Ilmu-ilmu Sosial dan Keagamaan. Malang: Kalimasada Press.

Arifin. 2008. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Mengelola Sekolah Berprestasi. Yogyakarta: Aditya Media.

Arifin, Imron. 2008. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Mengelola Sekolah Berprestasi. Yogyakarta: Aditya Media.

Azra, Azyumardi. 1999. Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, Jakarta: Logos.

______________. 2002 Paradigma Baru Pendidikan Nasional: Rekonstruksi dan Demokratisasi. Jakarta:

Kompas Badan Musyawarah Perguruan Tinggi Swasta Indonesia Wilayah Jawa Timur. 1998. Pelatihan Metode Kualitatif. Kumpulan Materi.

Baedhowi. 2008. Peningkatan  Profesionalisme Pendidik dalam upaya mewujudkan Sumberdaya Manusia  Pendidikan yang Unggul dan Mandiri, Makalah disampaikan pada seminar Nasional tanggal 20 Desember 2008. www.ispi.or.id//pendidikan-guru-masadepan-yang-bermakna. diakses 28/5/2012.

Bedjo Siswanto. 1990. Manajemen Modern. Bandung: Sinar Baru.

Blank, W. E. 1982. Handbook For Developing Competency Based Training Program. Englewood Cliff. New Jersey: Prentice Hall. Inc.

Bloom S. Bejamin. 1971. Taxonomy of Objectives the Clasification of Educational Goals, Handbook 1. Cognitive Domain. New York: David Makey Company, Inc. Budi

Wiyono, Bambang. 1999. Metodologi Penelitian Kualitatif. Malang: Universitas Negeri Malang

Budimansyah, Dasim. 2007. Model Pembelajaran Berbasis Portofolio. Bandung: Genesindo.

Bungin, Burhan (Ed.). 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif : Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varia Kontemporer. Jakarta: Raja Gravindo Persada.

Bush, Tony. 2003. Theories of Educational Leadership and Management. London: Sage Publications.

Cece Wijaya dkk. 1992. Upaya Pembaharuan dalam Pendidikan dan Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Choirullah, M. Noor. 1999. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja Karyawan pada Unit Usaha Pondok Pesantren (Studi Kasus Pondok Pesantren Hidayatullah Surabaya). Tesis. PPS. UMM. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

Cicih, Sunarsih. 2006. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar di SD. Bandung: P4TK TK dan PLB. Cotton. 1995. Effective Schooling Practices: A Research Synthesis. Boston: Ally and Bacon.

Danim, Sudarwan. 2002. Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Jakarta: Diknas 2002.

Dawam Raharjo. 1983. Dinamika Pesantren dalam Peta Pembaharuan. Jakarta: LP3ES.

Day, C.P. Whitaker, and D. Whren. 1987. Appraisal and Professional Development in the Primary Schools. Philadelphia: Open University Press.

Degeng, I Nyoman S. 1998. Mencari Paradigma Baru Pemecahan Masalah Belajar. Makalah Pidato pengukuhan Guru Besar IKIP Malang,

Didin Hafidhuddin & Hendri Tanjung. 2003. Manajemen Syari’ah dalam Praktek. Jakarta: GIP.

Djalil, Abdul. 1999. Kepemimpinan dan Inovasi Pendidikan Islam: Studi Kasus pada Madrasah Ibtidaiyah Negeri Malang I. Tesis Konsentrasi Magister Agama. Malang: PPPS Universitas Muhammadiyah Malang.

Djamarah Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

 

Evaluasi:

 Evaluasi dilaksanakan dalam proses perkuliaha dan akhir perkuliahan. Aspek-aspek yang di evaluasi mencakup:

1.      Partisipasi dalam diskusi pembahasan materi (rekaman frekuensi dan bobot partisipasi.

2.      Hasil pembahasan buku sumber (resume pembahasan buku sumber)

3.      Hasil pelaksanaan tugas (ketepatan pengumpulan, wujud karya/hasilnya)

4.      Hasil pemahaman materi (tes tengah semester dan akhir semester)

5.      Produk belajar yang dihasilkan mahasiswa selama mengikuti kuliah ini.