Konsep Psikologi Pendidikan
Konsep Dasar Psikologi Pendidikan
1. Pengertian Psikologi Pendidikan
Psikologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah, psikologi berarti ilmu tentang jiwa atau ilmu jiwa. Defenisi berikut ini menunjukkan beragamnya pendapat para ahli tentang psikologi (Sobur, 2003: 32).
a. Ernesrt Hilgert (1957) dalam bukunya Introduction to Psychology: “Psychology may be defined as the science that studies the behavior of men and other animal” etc. (psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan hewan lainnya).
b. George A. Miller dalam bukunya Psychology and Communication: “Psychology is the science that attempts to describe, predict, and control mental and behavioral events” (Psikologi merupakan ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan, dan mengendalikan peristiwa mental dan tingkah laku).
c. Clifford T. Morgan dalam bukunya Introduction to Psychology: “Psychology is the science of human and animal behavior” (Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan hewan)
d. Robert S. Woodworth dab Marquis DG dalam bukunya Psychology: “Psychology is the scientifict studies of individual activities relation to the inveronment” (Psikologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari aktivitas atau tingkah laku individu dalam hubungan dengan alam sekitar).
Dari beberapa pendapat di atas menunjukkan rentangan makna psikologi dalam berbagai perspektif. Jika dilihat, terdapat beberapa perbedaan makna dari psikologi itu sendiri. Perbedaan tersebut boleh jadi disebabkan karena perkembangan psikologi itu sendiri. Apabila diamati berbagai defenisi psikologi di atas, terutama defenisi dari Morgan dan Hilgert, ternyata bahwa studi psikologi tidak hanya terbatas pada tingkah laku manusia saja, tetapi juga tingkah laku hewan. Hal ini semakin dipertegas oleh Chaplin (dalam Sobur, 2003: 33) dalam Dictionary of psychology, yang mendefenisikan psikologi sebagai “…the science of human and animal behavior, the study of organism in all its variety and complexity as it respond to the flux andflow of the physical and social events which make up the environment” (…psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang perilaku manusia dan hewan, juga penyelidikan terhadap organisme dalam segala ragam dan kemitraannya ketika mereaksi arus dan perubahan alam sekitar dan peristiwa-peristiwa kemasyarakatan yang mengubah lingkungan).
Jadi pada dasarnya, psikologi itu menyentuh banyak bidang kehidupan dan organisme, baik manusia maupun hewan. Namun, meskipun demikian, secara lebih spesifik psikologi sering dikaitkan dengan kehidupan organisme manusia. Psikologi beserta sub-sub ilmunya, pada dasarnya mempunyai hubungan dengan ilmu-ilmu lainnya. Misalnya hubungan psikologi dengan sosiologi, antropologi, ilmu politik, ilmu komunikasi, biologi, ilmu alam, filsafat, dan ilmu pendidikan. Hubungan ini biasanya bersifat timbal balik.
Salah satu contohnya adalah hubungan psikologi dengan ilmu pendidikan, sehingga lahirlah namanya psikologi pendidikan. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk memanusiakan manusia. Artinya, ditujukan untuk membentuk sikap dan mental peserta didik ke arah yang lebih baik. Sebagaimana yang dijelaskan di dalam UU RI No. 20 Tahun 2003, bahwa: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Dari penjelasan tersebut terlihat bahwa pskologi sangat diperlukan dalam mengembangkan potensi diri peserta didik.
Dari penjelasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa psikologi pendidikan adalah disiplin ilmu yang mempelajari tentang pemahaman gejala kejiwaan dalam tigkah laku manusia untuk kepentingan mendidik atau membina perkembangan kepribadian manusia. Jadi segala gejala-gejala yang berhubungan dengan proses pendidikan dipelajari secara mendalam pada psikologi pendidikan.
2. Hubungan Psikologi dengan Ilmu Pendidikan
Psikologi dan ilmu pendidikan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, karena antara psikologi dengan ilmu pendidikan mempunyai hubungan timbal balik. Ilmu pendidikan sebagai suatu disiplin bertujuan memberikan bimbingan hidup manusia sejak ia lahir sampai mati. Pendidikan tidak akan berhasil dengan baik jika tidak dibarengi dengan psikologi. Demikian pula watak dan kepribadian seseorang ditunjukkan oleh psikologi. Oleh karena begitu eratnya hubungan antara psikologi dengan ilmu pendidikan, maka lahirlah yang namanya psikologi pendidikan.
Dasar-dasar psikologis ini sangat dibutuhkan para pendidik untuk mengetahui prilaku anak didiknya, apakah anak didiknya dalam keadaan yang baik saat berlangsungnya kegiatan pembelajaran, atau dalam keadaan yang tidak baik. Kalau demikian, pendidik sangat membutuhkan pengetahuan ini untuk mengatasi anak didik yang seperti itu dan memotivasinya agar tetap dalam keadaan yang semangat dalam belajar. Selain untuk mengetahui prilaku anak didiknya, dasar-dasar psikologis ini juga dapat mengendalikan prilaku para pendidik dan memberikan prilaku yang lebih bijaksana dalam menghadapi keanekaragaman karakteristik anak didiknya. Seorang pendidik memang sangat membutuhkan pengetahuan seperti ini, agar dalam proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan dan tentunya dapat berhasil mencapai tujuan dengan cemerlang sesuai dengan lembaga pendidikan itu.
Reber (dalam Sobur, 2003: 71) menyebut psikologi pendidikan sebagai subdisiplin ilmu psikologi yang berkaitan dengan teori dan masalah kependidikan yang berguna dalam hal-hal berikut:
Penerapan dalam prinsip-prinsip belajar dalam kelasPengembangan dan pembaruan kurikulumUjian dan evaluasi bakat dan kemampuanSosialisasi proses dan interaksi dengan pendayagunaan ranah kognitifPenyelenggaraan pendidikan keguruan.Dari penjelasan tersebut, maka jelas bahwa adanya keterkaitan antara psikologi dengan ilmu pendidikan, yang mana fokus utama dari psikologi pendidikan ini adalah interaksi pendidik dan peserta didik.
3. Kontribusi Psikologi Pendidikan bagi Teori dan Praktek Pendidikan
a. Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum merupakan salah satu usaha untuk mencapai tujuan pendidikan Nasional. Pengembangan kurikulum dilaksanakan karena pengembangan kurikulum merupakan bagian yang sangat esensial dalam proses pembelajaran, karena dalam proses pembelajaran itu tedapat empat bagian penting dalam kurikulum meliputi: tujuan, isi/materi, strategi pembelajaran, dan evaluasi. Keempat bagian tersebut saling berkaitan untuk mencapai tujuan pendidikan Nasional.Pengembangan kurikulum tidak dilaksanakan hanya sesuai dengan kehendak seseorang atau suatu pihak, tetapi harus berpijak pada landasan-landasan (filosofis, psikologis, sosiologis, dan IPTEK) dan prinsip-prinsip (umum dan khusus) yang telah ada.
Kajian psikologi pendidikan dalam kaitannya dengan pengembangan kurikulum pendidikan terutama berkenaan dengan pemahaman aspek-aspek perilaku dalam konteks pembelajaran. Terlepas dari berbagai aliran psikologi yang mewarnai pendidikan, pada intinya kajian psikologis ini memberikan perhatian terhadap bagaimana input, proses dan output pendidikan dapat berjalan dengan tidak mengabaikan aspek perilaku dan kepribadian peserta didik.
Secara psikologis, manusia merupakan individu yang unik. Manusia sebagai makhluk yang unik, memiliki karakteristik masing-masing, kemampuan yang berbeda, serta kebutuhan yang berbeda pula. Maka bukanlah hal yang mengejutkan jika ada sekelompok siswa yang tidak cocok dengan sistem pendidikan formal. Jika siswa tidak dapat mengikuti pendidikan formal di sekolah karena alasan tertentu, ia berhak untuk memilih pendidikan alternatif lain yang dapat memenuhi haknya sebagai warga negara untuk belajar, karena setiap anak berhak mendapatkan pendidikan, dalam bentuk apapun. Dengan demikian, kajian psikologis dalam pengembangan kurikulum seyogyanya memperhatikan keunikan yang dimiliki oleh setiap individu, baik ditinjau dari segi tingkat kecerdasan, kemampuan, sikap, motivasi, perasaaan serta karakterisktik-karakteristik individu lainnya.
Kurikulum pendidikan seyogyanya mampu menyediakan kesempatan kepada setiap individu untuk dapat berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya, baik dalam hal subject matter maupun metode penyampaiannya. Secara khusus, dalam konteks pendidikan di Indonesia saat ini, kurikulum yang dikembangkan saat ini adalah kurikulum 2013, yang pada intinya diperlukan tidak hanya pengetahuan saja, tetapi sikap, keterampilan dan pengetahuan. Sebenarnya ketiga domain ini sudah ada pada kurikulum sebelumnya, tetapi ternyata belum membawa dampak yang cukup signifikan, karena apa yang ada belum diimplementasikan secara utuh. Kurikulum 2013 dirancang untuk mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik. Berdasarkan penjelasan di atas, terlihat bahwa psikologi pendidikan sangat berkontribusi dalam pengembangan kurikulum.
b. Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Pengembangan Program Pendidikan
Kontribusi psikologi pendidikan terhadap pengembangan program pendidikan antara lain sebagai berikut.
1) Pengembangan program pendidikan, misalnya penyusunan jadwal pelajaran, jadwal ujian, dst. Hal ini tidak bisa lepas dari aspek psikologis peserta didik;
2) Untuk menyusun jadwal pelajaran diperlukan pengetahuan psikologi pendidikan.Tingkat kesukaran mata pelajaran berbeda-beda untuk setiap mata pelajaran. Agar seluruh materi pelajaran dapat diterima dengan baik oleh siswa, perlu penyusunan jadwal pelajaran dengan mempertimbangkan tingkat kesukarannya baik urutannya maupun waktunya. Misalnya mata pelajaran matematika ditempatkan pada jam pertama agar dapat diterima dengan baik oleh siswa, sedangkan mata pelajaran seni ditempatkan pada jam terakhir untuk meningkatkan gairah belajar siswa yang sudah lelah oleh berbagai materi pelajaran yang berat sebelumnya
3) Penentuan jurusan atau program;
4) Pengembangan program harus mengacu pada upaya pengembangan kemampuan potensial peserta didik.
c. Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Sistem Pembelajaran
Kajian psikologi pendidikan telah melahirkan berbagai teori yang mendasari sistem pembelajaran.Kita mengenal adanya sejumlah teori dalam pembelajaran.Terlepas dari kontroversi yang menyertai kelemahan dari masing masing teori tersebut, pada kenyataannya teori-teori tersebut telah memberikan sumbangan yang signifikan dalam proses pembelajaran. Di samping itu, kajian psikologi pendidikan telah melahirkan pula sejumlah prinsip-prinsip yang melandasi kegiatan pembelajaran. Kontribusi psikologi pendidikan terhadap sistem pembelajaran adalah dalam hal:
1) pemilihan teori belajar yang akan diaplikasikan;
2) pemilihan model-model pembelajaran;
3) pemilihan media dan alat bantu pembelajaran; dan
4) penentuan alokasi waktu belajar dan pembelajaran.
d. Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Sistem Evaluasi
Penilaiain pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam pendidikan guna memahami seberapa jauh tingkat keberhasilan pendidikan. Melalui kajian psikologis kita dapat memahami perkembangan perilaku apa saja yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pendidikan atau pembelajaran tertentu. Di samping itu, kajian psikologis telah memberikan sumbangan nyata dalam pengukuran potensi-potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik, terutama setelah dikembangkannya berbagai tes psikologis, baik untuk mengukur tingkat kecerdasan, bakat maupun kepribadian individu lainnya. Ada sejumlah tes psikologis yang saat ini masih banyak digunakan untuk mengukur potensi seorang individu. Pemahaman kecerdasan, bakat, minat dan aspek kepribadian lainnya melalui pengukuran psikologis, memiliki arti penting bagi upaya pengembangan proses pendidikan individu yang bersangkutan sehingga pada gilirannya dapat dicapai perkembangan individu yang optimal.
Oleh karena itu, betapa pentingnya penguasaan psikologi pendidikan bagi kalangan pendidik dalam melaksanakan tugas profesionalnya, karena pendidik harus mampu memahami perubahan yang terjadi pada diri individu, baik perkembangan maupun pertumbuhannya. Atas dasar itu pula pendidik perlu memahami landasan pendidikan dari sudut psikologis. Dengan demikian, psikologi adalah salah satu landasan pokok dari pendidikan. Antara psikologi dengan pendidikan merupakan satu kesatuan yang sangat sulit dipisahkan. Subyek dan obyek pendidikan adalah manusia, sedangkan psikologi menelaah gejala-gejala psikologis dari manusia. Dengan demikian, keduanya menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
4. Metode-metode dalam Psikologi Pendidikan
Metode (Yunani: methodos) adalah cara atau jalan (Sobur: 2003: 42). Dalam konteks ilmiah, metode menyangkut cara kerja, yaitu cara kerja untuk memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.
Ilmu pengetahuan psikologi secara metodis dan secara prinsipil sangat berbeda dengan ilmu pengetahuan alam (Kartono, 1981: 15). Penyebabnya adalah pada ilmu pengetahuan alam orang meneliti objeknya secara murni ilmiah dengan menggunakan hukum-hukum dan gejala-gejala penampakan yang dapat diamati dengan cermat. Sebaliknya psikologi berusaha mempelajari diri manusia bukan sebagai objek murni, tetapi meninjau manusia dalam kemanusiaannya, mempelajari manusia sebagai subjek yang aktif dan mempunyai sifat-sifat tertentu. Psikologi mempunyai banyak metode. Beberapa diantaranya dapat diuraikan sebagai berikut.
Metode EksperimentalMetode ekperimental merupakan observasi atau pengamatan terhadap suatu kejadian atau gejala yang berlangsung di bawah kondisi atau syarat tertentu. Dalam psikologi, metode ini bermaksud menyelidiki pengaruh kondisi tertentu terhadap tingkah laku individu.
Metode Non Eksperimen1) Metode Observasi
Metode observasi dalam psikologi banyak dilakukan untuk mempelajari tingkah laku anak-anak, interaksi sosial, aktivitas keagamaan, peperangan, aktivitas kejahatan, dan kejadian lain yang tidak dapat dieksperimenkan. Pada hakikatnya, metode eksperimen merupakan metode observasi yang dibatasi dengan menciptakan kondisi-kondisi tertentu.
2) Metode Studi Kasus
Metode ini terutama digunakan oleh dokter atau ahli psikologi klinis ketika mereka mengobati pasien. Si ahli psikologi mencoba untuk mengkontruksi kehidupan masa lalu subjek berdasarkan ingatannya, laporan anggota keluarga, dan rekaman lain.
Studi kasus dalam psikologi merupakan suatu penjelasan tentang seseorang dalam suatu situasi, dan suatu rekonstruksi dan interpretasi terhadap suatu episode penting dalam kehidupan seseorang. Studi kasus tidak harus tentang seseorang yang menyimpang atau situasi yang tidak biasa, tapi bisa tentang seseorang yang biasa dalam situasi yang biasa, misalnya bagaimana cara seseorang mengatasi masalahnya dalam pekerjaan. Studi kasus biasanya penelaahan secara mendalam terhadap suatu episode singkat, penting, atau kritis dalam kehidupan seseorang.
3) Metode Survey
Survey adalah suatu metode yang bertujuan mengumpulkan sejumlah besar variabel mengenai sejumlah besar individu melalui alat pengukur wawancara (Vrendenbregt, 1981: 44).
Defenisi tersebut dapat diurakan sebagai berikut:
a) Individu adalah satuan penelitian. Data dikumpulkan melalui individu dengan tujuan agar melalui generalisasi, kita dapat menarik kesimpulan mengenai suatu kelompok masyarakat.
b) Variabel yang dikumpulkan dalam metode survey pada prinsipnya tidak terhingga banyaknya, mulai dari variabel seperti latar belakang responden berupa jenis kelamin, agama, dll, sampai sikap dan pandangan responden, lingkungan sosial manusia, kelakuan manusia, dan juga mengenai ciri-ciri khas demografis dari suatu kelompok manusia.
c) Alat pegukur yang dipakai adalah wawancara berupa daftar pertanyaan yang berbentuk suatu schedule atau suatu kuisiner, yang biasanya sangat berstruktur.
Pada dasarnya, survey mempunyai dua lingkup, yaitu survey sensus dan survey sampel.Sensus adalah survey yang meliputi seluruh populasi yang diinginkan; sedangkan survey sampel adalah survey yang hanya dilakukan pada sebagian kecil dari suatu populasi yang bersifat representative.
Survey berguna bagi politikus dan pengiklan, serta bermanfaat juga bagi ahli psikologi, terutama jika hendak meneliti topic-topik seperti efek perumahan pada kemampuan membaca atau berbagai cara mendisiplinkan anak pada berbagai etnis.
4) Metode Korelational
Metode ini digunakan untuk meneliti hubungan di antara berbagai variabel. Dengan kata lain,metode korelasional bermaksud mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berhubungan dengan variasi-variasi atau lebih faktor lain berdasarkan koefisien korelasinya (Usman & Akbar, 1996: 5).
Pengertian dan Hakikat Belajar
1. Pengertian Belajar
Berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada proses belajar yang dialami siswa sebagai peserta didik. Adapun proses belajar yang dilakukan seseorang, tergantung dari pandangannya tentang aktivitas belajar. Ada orang yang berpandangan bahwa belajar adalah suatu kegiatan menghafal fakta-fakta, sehingga seseorang sudah merasa puas bila mampu menghafal sejumlah fakta di luar kepala. Ada pula yang berpandangan bahwa belajar adalah suatu aktivitas latihan, sehingga untuk memperoleh kemajuan, seseorang melatih diri dengan berbagai aspek tingkah laku meskipun tidak memiliki pengetahuan mengenai arti, hakikat, dan tujuan keterampilan tersebut.
Para ahli berusaha merumuskan tentang belajar. Di bawah ini dikemukan beberapa pengertian tentang belajar (Sobur, 2003: 219).
Dalam bukunya Conditioning and Instrumental Learning (1967), Walker mengemukakan arti belajar dengan kata-kata yang singkat, yakni “Perubahan perbuatan sebagai akibat dari pengalaman”.T Morgam, dalam Introduction to Psychology (1961), merumuskan belajar sebagai “Suatu perubahan yang reatif menetap dalam tingkah laku sebagai akibat atau hasil dari pengalaman yang lalu”.Crow & Crow, dalam buku Educational Psychologi (1958), menyatakan “Belajar adalah memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap”.Hilgard & Bower dalam Theories of Learning, mengemukakan “Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dan perubahan tingkah laku tersebut tidak dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan respons pembawaan, kematangan, atau keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, atau pengaruh obat).Sedangkan menurut Howard L. Kingskey (dalam Djamarah, 2011: 13) mengatakan bahwa “Learning is the process by which behavior (in the broader sense) is originated or changed through practice or training” (Belajar adalah suatu proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau dirubah melalui praktek atau latihan).
Berdasarkan beberapa defenisi belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang diperoleh dari pengalaman sebelumnya melalui praktik atau latihan.
2. Hakikat Belajar
Hakikat belajar sangat penting diketahui untuk dijadikan pegangan dalam memahami secara mendalam masalah belajar. Dari sejumlah pengertian belajar yang telah diuraikan ada kata yang sangat penting untuk dibahas, yaitu kata “Perubahan”. Ketika kata “Perubahan” dibicarakan dan dipermasalahkan, maka pembicaraan sudah menyangkut permasalahan mendasar dari masalah belajar. Apapun formasi kata dan kalimat yang dirangkai oleh para ahli untuk memberikan pengertian belajar, maka intinya tidak lain adalah masalah “Perubahan” yang terjadi dalam diri individu yang belajar.
Oleh karena itu, seorang yang melakukan aktivitas belajar dan diakhir dari aktivitasnya itu telah memperoleh perubahan dalam dirinya dengan pemilikan pengalaman baru, maka individu itu dikatakan telah belajar.Tapi perlu diingatkan, bahwa perubahan yang terjadi akibat belajar adalah perubahan yang bersentuhan dengan aspek kejiwaan dan mempengaruhi tingkah laku. Jadi, hakikat belajar adalah perubahan dan tidak setiap perubahan adalah sebagai hasil belajar.
3. Ciri-ciri Belajar
a. Perubahan yang terjadi secara sadar.
b. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional.
c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif.
d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara.
e. Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah.
f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.
4. Teori-teori Belajar
a. Teori belajar behavioristik, ini adalah sebuah teori yang berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Agar perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan, diperlukan penggunaan pengulangan dan pelatihan. Penerapan teori behavioristik mengharapkan hasil berupa terbentuknya perilaku yang diinginkan. Penguatan positif akan diberikan pada perilaku yang diinginkan dan sebaliknya perilaku yang tidak atau kurang sesuai akan mendapatkan penilaian atau penghargaan negatif. Teori ini dicetuskan oleh Gage dan Berliner mengenai perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman menggunakan model stimulus – respon. Orang yang belajar diposisikan sebagai individu yang pasif dan menggunakan metode pelatihan untuk memicu respon atau perilaku tertentu. Evaluasi dan penilaian pada teori behavioristik akan didasarkan pada perilaku yang tampak. Guru tidak akan banyak memberikan ceramah, namun akan memberikan instruksi singkat yang diikuti dengan pemberian contoh melalui simulasi atau dari guru sendiri.
b.Teori belajar kognitif, proses belajar akan berjalan dengan baik apabila materi pelajaran yang diberikan secara berkesinambungan dan beradaptasi dengan tepat dengan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa sebelumnya. Dalam teori ini, ilmu pengetahuan tersebut akan dibangun dalam diri seseorang melalui proses interaksi yang berhubungan dan berkesinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak berjalan sepotong – sepotong melainkan bersambung dan menyeluruh. Guru bukanlah sumber pembelajaran utama dan bukan kepatuhan siswa yang akan dituntut dalam teori ini , melainkan refleksi mengenai apa yang dilakukan siswa mengenai yang diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Evaluasi dalam teori belajar ini bukanlah bertumpu pada hasil namun pada seberapa sukses siswa mengorganisasi pengalaman belajar yang didapatnya. Peneliti yang mengembangkan macam – macam teori belajar dalam psikologi berupa teori belajar kognitif yaitu Ausubel, Bruner dan Gagne. Masing – masing peneliti menekankan pada aspek yang berbeda. Ausubel menekankan aspek pengelolaan atau organizer yang merupakan pengaruh utama terhadap belajar. Bruner memfokuskan pada pengelompokan atau penyediaan bentuk konsep sebagai suatu jawaban bagaimana peserta didik dapat memperoleh informasi dari lingkungan.
c.Teori belajar humanistik. Tujuan dari proses belajar adalah untuk memanusiakan manusia itu sendiri. Proses belajar akan dianggap berhasil ketika pelajar telah dapat memahami lingkungannya serta dirinya sendiri, dan berusaha untuk mencapai aktualisasi diri dengan sebaik – baiknya. Teori ini akan mengambil sudut pandang dari pelaku belajar dan bukan dari pengamat. Guru berperan sebagai fasilitator untuk memberikan motivasi dan kesadaran mengenai makna kehidupan pada siswa. Pelaku utama dalam teori ini adalah siswa yang dapat memaknai proses pengalaman belajarnya dengan sendirinya. Karena itu, faktor emosional dan pengalaman emosional siswa sangat penting dalam peristiwa pembelajaran sebab tanpa adanya motivasi dan keinginan dari pihak siswa maka asimilasi pengetahuan baru ke dalam kognitif yang dimiliki siswa tidak akan terjadi. Teori ini menyatakan bahwa teori belajar apapun dapat dimanfaatkan asalkan bertujuan untuk memanusiakan manusia agar dapat mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri pelajar secara optimal. Teori ini merangkum dan memanfaatkan kelebihan serta kekurangan berbagai teori belajar untuk mencapai tujuannya.
d.Teori Belajar Konstruktivistik. Satu lagi teori belajar dalam psikologi adalah teori belajar konstruktivistik yang menyatakan bahwa permasalahan dimunculkan dari pancingan secara internal, dan muncul karena terbangun berdasarkan pengetahuan yang direkonstruksi sendiri oleh para siswa sedikit demi sedikit, dan hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak datang secara tiba – tiba. Dalam teori ini sangat dipercaya bahwa siswa mampu mencari sendiri masalahnya, menyusun pengetahuannya sendiri melalui kemampuannya berpikir dan tantangan yang dihadapi oleh para siswa, dapat menyelesaikan dan membuat konsep mengenai keseluruhan pengalaman yang berupa kenyataan dan teori dalam satu bangunan yang utuh. Teori ini diartikan sebagai upaya untuk membangun susunan hidup yang berbudaya modern. Pengetahuan tidak dianggap sebagai seperangkat fakta, konsep ataupun kaidah yang sudah siap untuk diambil dan diingat begitu saja melainkan harus direkonstruksi oleh manusia dan diberi makna yang didapat melalui pengalaman yang nyata. Siswa akan lebih paham dengan teori ini karena terlibat langsung dalam membina pengetahuan baru dan akan mampu mengaplikasikan dalam semua situasi. Jika siswa terlibat dalam knsep belajar secara langsung maka mereka akan dapat mengingat informasi dan konsep lebih lama.
e. Teori Belajar Gestalt. Kata Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang artinya ‘bentuk atau konfigurasi’. Merupakan teori belajar menurut para ahli , teori gestalt menyatakan bahwa seseorang memperoleh pengetahuan melalui sensasi atau informasi dengan melihat struktur secara menyeluruh lalu untuk menyusunnya lagi dalam struktur yang lebih berbentuk sederhana sehingga struktur tersebut akan lebih mudah dipahami. Kemudian, pokok dari pandangan Gestalt adalah bahwa obyek atau suatu peristiwa dipandang sebagai keseluruhan yang terorganisasi.
f. Teori Belajar Kecerdasan Ganda. Kecerdasan merupakan suatu kemampuan untuk memecahkan masalah atau menghasilkan sesuatu hal yang dibutuhkan dalam suatu latar budaya tertentu. Orang dikatakan cerdas apabila ia mampu memecahkan masalah yang dihadapi dalam hidupnya dan menghasilkan sesuatu yang berguna dalam hidupnya dan orang lain. Hasil penelitian dari Howard Gardner mengenai kecerdasan ganda menunjukkan bahwa tidak ada kegiatan manusia satupun yang hanya menggunakan satu macam kecerdasan saja melainkan menggunakan seluru kecerdasan yang dimiliki manusia yang bekerja sama sebagai kesatuan yang utuh dan terpadu, yang komposisinya berbeda pada masing – masing orang. Kecerdasan lainnya akan dikontrol oleh kecerdasan yang paling menonjol dalam memecahkan suatu masalah.
g. Teori Belajar Sosial. Pokok dari teori belajar sosial adalah bahwa manusia belajar melalui pengamatan yang dilihatnya terhadap perilaku orang lain. Pakar yang banyak melakukan riset tentang teori belajar sosial adalah Albert Bandura dan Bernard Weiner. Teori ini merupakan perluasan dari teori konstruktivisme yang memperluas fokusnya dari pembelajaran individual kepada pembelajaran kolaboratif dan sosial. Anak – anak dan orang dewasa akan belajar banyak dari melakukan pengamatan dan imitasi ini. Bahkan, tipe belajar ini memainkan peranan yang penting dalam cara membentuk karakter anak usia dini dan juga dalam tahap perkembangan anak.
h. Teori Belajar Van Hiele. Van Hiele adalah seorang guru berkebangsaan Belanda yang meneliti aspek pembelajaran dalam pelajaran geometri, dan menemukan bahwa ada tahap – tahap perkembangan mental anak dalam mempelajari geometri. Kesimpulan dari beberapa penelitian yang dilakukannya melahirkan beberapa kesimpulan yang berkaitan denga tahap – tahap perkembangan kognitif anak dalam memahami pelajaran geometri. Lima tahap pengenalan geometri menurut Van Hiele yaitu pengenalan, analisis, pengurutan, deduksi dan akurasi.
i. Teori Belajar Revolusi Sosiokultural. Arah dari pembahasan teori belajar ini adalah lepada dua teori belajar menurut para ahli yaitu teori Piagetin dan teori Vygotsky. Menurut Piaget, perkembangan kognitif adalah suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis dalam perkembangan syaraf seseorang, dan demikian kegiatan belajar akan terjadi seiring dengan pola tahap perkembangan tertentu sesuai dengan usia seseorang. Sedangkan Vygotsky menyatakan bahwa untuk mengerti pikiran seseorang maka diperlukan pengetahuan mengenai latar sosial budaya dan sejarah kehidupannya. Yang berarti bahwa untuk memahami pikiran seseorang bukan dengan cara meneliti apa yang ada pada otak atau jiwanya melainkan pada asal usul dari tindakan yang dilakukannya secara sadar berdasarkan sejarah dan latar belakang kehidupannya.
j. Teori Belajar SibernetikTeori ini merupakan teori belajar yang relatif baru jika dibandingkan dengan teori – teori lainnya. Belajar adalah pengolahan informasi, begitulah yang dinyatakan oleh teori ini. Yang lebih penting dari proses belajar adalah sistem informasi yang diproses dan dipelajari siswa. Pendapat lain dari teori ini bahwa tidak ada satupun proses pembelajaran yang cocok digunakan dalam segala situasi dan semua siswa, sebab bagaimana cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi. Belajar adalah proses yang berlangsung tidak hanya di dalam kelas saja melainkan akan berlangsung seumur hidup manusia. Manfaat psikologi pendidikan bagi guru atau pengajar sangat besar. Pentingnya mengetahui dasar – dasar psikologi pendidikan bagi guru dan juga macam – macam teori belajar dalam psikologi serta jenis – jenis metode pembelajaran akan berperan besar dalam menyampaikan materi pembelajaran dan informasi yang harus diterima siswa serta untuk mempermudah mencapai tujuan pembelajaran tersebut
5. Jenis-jenis Belajar
Walaupun belajar dikatakan berubah, namun untuk mendapatkannya bermacam-macam caranya. Setiap perbuatan belajar mempunyai ciri-ciri masing-masing.
a. Belajar Arti Kata-kata
Maksud dari belajar arti kata-kata adalah orang mulai menangkap arti yang terkandung dalam kata-kata yang digunakan. Pada awalnya, suatu kata sudah dikenal, akan tetapi belum ddiketahui artinya. Misalnya pada anak kecil. Seorang anak kecil sudah mengetahu kata “Ibu”, akan tetapi dia belum mengenal apa arti dari kata-kata tersebut. Namun, lama kelamaan dia juga mengetahui arti kata tersebut. Setiap pelajar atau mahasiswa pasti belajar arti kata-kata tertentu yang belum diketahui. Mengerti arti kata-kata merupakan hal yang paling penting agar tidak salah dalam menggunakan kata-kata tersebut.
b. Belajar Kognitif
Belajar kognitif penting dalam belajar. Dalam belajar, seseorang tidak bisa melepaskan diri dari kegiatan belajar kognitif, karena belajar kognitif bersentuhan dengan masalah mental.Objek-objek yang diamati dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan, atau lambang yang merupakan sesuatu bersifat mental.
c. Belajar Menghafal
Menghafal adalah suatu aktivitas menanamkan suatu materi verbal dalam ingatan, sehingga nantinya dapat diingat kembali secara harfiah dan adanya skema kognitif. Dalam menghafal ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan, yaitu mengenai tujuan, pengertian, perhatian, dan ingatan. Efektif tidaknya dalam menghafal dipengaruhi oleh syaraf tersebut.
d. Belajar TeoritisTujuannya adalah untuk menempatkan semua data dan fakta (pengetahuan) dalam suatu kerangka organisasi mental, sehingga dapat dipahami dan digunakan untuk memecahkan masalah, seperti yang terjadi dalam bidang-bidang ilmiah.
e. Belajar Konsep
Konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Orang yang memiliki konsep mampu mengadakan abstraksi terhadap objek-objek yang dihadapi, sehingga objek ditempatkan dalam golongan tertentu.
f. Belajar Kaidah
Belajar kaidah termasuk dari jenis belajar kemahiran intelektual yang dikemukakan oleh Gagne. Belajar kaidah adalah bila dua konsep atau lebih dihubungkan satu sama lain, terbentuk suatu kesatuan yang mempresentasikan suatu keteraturan. Orang yang sudah mempelajari suatu kaidah, mampu menghubungkan beberapa konsep.
g. Belajar Berpikir
Dalam belajar ini, orang dihadapkan pada suatu masalah yang harus dipecahkan, tetapi tanpa melalui pengamatan dan reorganisasi dalam pengamatan. Konsep Dewey tentang berpikir menjadi dasar untuk pemecahan masalah adalah sebagai berikut (Djamaris, 2011:34):
1) adanya kesulitan yang dirasakan dan kesadaran akan adanya masalah;
2) masalah itu diperjelas dan dibatasi;
3) mencari informasi atau data dan kemudian data tersebut diorganisasikan;
4) mencari hubungan-hubungan untuk merumuskan hipotesis, kemudian hipotesis itu dinilai, diuji agar dapat ditentukan diterima atau ditolak; dan
5) penerapan pemecahan terhadap masalah yang dihadapi sekaligus berlaku sebagai pengujian kebenaran pemecahan tersebut untuk data sampai pada kesimpulan
h. Belajar Keterampilan Motorik
Orang yang memiliki suatu keterampilan motorik, mampu melakukan suatu rangkaian gerak-gerik jasmani dalam urutan tertentu, dengan mengadakan koordinasi antara gerak-gerak berbagai anggota badan secara terpadu. Keterampilan semacam itu disebut “motoric”, karena otot, urat dan persendian terlibat secara langsung, sehingga keterampilan sungguh-sungguh berakar dalam kejasmanian.
i. Belajar Estetis
Belajar ini bertujuan untuk membentuk kemampuan menciptakan dan menghayati keindahan dalam berbagai bidang kesenian.
6. Aktivitas-aktivitas Belajar
a. Mendengarkan.
b. Memandang
Memandang adalah mengarahkan penglihatan ke suatu objek. Tetapi perlu dingat bahwa tidak semua memandang termasuk ke dalam aktivitas belajar. Aktivitas memandang dalam hal ini adalah aktivitas memandang yang bertujuan sesuai dengan kebutuhan untuk mengadakan perubahan tingkah laku yang positif.
c. Meraba, membau, dan mencicipiAktivitas-aktivitas ini dapat dikatakan belajar, jika semua aktivitas ini didorong oleh kebutuhan, motivasi untuk mencapai tujuan dengan menggunakan situasi tertentu untuk memperoleh perubahan tingkah laku.
d. Menulis dan mencatat
Menulis dan mencatat adalah kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam aktivitas belajar. Mencatat yang termasuk ke dalam aktivitas belajara yaitu apabila dalam mencatat orang mengetahui kebutuhan dan tujuannya, serta menggunakan seperangkat tertentu agar catatan itu nantinya berguna bagi pencapaian tujuan belajar.
e. Membaca. Membuat Ikhtisar atau Ringkasan dan Menggaris bawahi. Mengamati tabel-tabel, diagram-diagram dan bagan-baganh. Menyusun paper atau kertas kerjai. Mengingatj. Berpikirk. Latihan atau praktek
7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
a. Faktor Internal
Faktor internal, yaitu faktor yang berada dalam diri individu yang meliputi dua faktor, diantaranya faktor psikis dan faktor fisik.
1) Faktor Fisik
Faktor fisik dapat dikelompokkan lagi menjadi beberapa kelompok, yaitu faktor kesehatan, cacat yang dibawa anak saat dalam kandungan. Misalnya, anak yang kurang sehat atau kurang gizi, daya tanggap dan kemampuan belajarnya akan kurang dibandingkan dengan anak yang sehat.
2) Faktor Psikis
· Faktor intelegensi atau kemampuan
Kenyataan menunjukkan, ada orang yang dikaruniakan kemampuan tinggi, sehingga mudah mempelajari sesuatu.Dan sebaliknya, ada orang yang dikaruniakan kemampuan rendah, sehingga sulit untuk mempelajari sesuatu.
· Faktor perhatian dan minat
Bagi seorang anak, mempelajari suatu hal yang menarik perhatian akan lebih mudah diterima daripada mempelajari hal yang tidak menarik perhatian mereka.
· Faktor bakat
· Faktor motivasi
· Faktor kamatangan
Kematangan adalah tingkat perkembangan pada individu atau organ-organnya sehingga sudah berfungsi sebagaimana mestinya.Kita tentu tidak bisa melatih anak yang baru berumur 5 bulan untuk belajar berjalan. Kalaupun kita paksa, anak itu tetap tidak akan sanggup melakukannya, karena untuk bisa berjalan, ia memerlukan kematangan potensi-potensi fisik dan psikisnya.
· Faktor kepribadian
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri anak. Yang termasuk ke dalam foktor eksternal adalah sebagai berikut:
1) Faktor Keluarga
Menurut pandangan sosiologis, keluarga adalah lembaga sosial terkecil dari masyarakat. Dalam hubungan dengan belajar, faktor keluarga merupakan salah satu penentu yang berpengaruh dalam belajar, diantaranya adalah:
a) Faktor ekonomi keluarga
b) Hubungan emosional anak dan orang tua
c) Cara mendidik anak
2) Faktor Lingkungan Sekolah
Faktor lingkungan sosial sekolah, seperti para guru, pegawa administrasi, dan teman-teman sekolah dapat mempengaruhi semangat belajar anak. Sebagai contoh: Sikap, dan cara mengajar guru yang baik akan meningkatkan semangat belajar anak.
3) Faktor Lingkungan Lain
Anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang baik, memiliki intelegensi yang baik, bersekolah di suatu sekolah yang keadaan guru-gurunya serta alat-alat pelajarannya baik, belum tentu pula menjamin anak belajar dengan baik.Masih ada faktor penentu lainnya yang mempengaruhi hasil belajarnya. Misalnya karena jarak antara rumah dan sekolah yang terlalu jauh, sehingga memerlukan kendaraan untuk menempuh perjalanan yang jauh yang dapat melelahkan anak, dan ini dapat berakibat pada proses dan hasil belajar anak. Selain itu, faktor teman bergaul dan aktivitas dalam masyarakat dapat pula mempengaruhi kegiatan belajar anak.
PEMBELAJARAN
1. Hakikat Pembelajaran
Dalam hal belajar peran guru adalah membelajarkan siswa untuk belajar. Dengan kata lain guru adalah subjek pembelajar siswa. Belajar yang dilakukan oleh siswa berkaitan erat dengan usaha pembelajaran yang dilakukan oleh guru.Peran guru dalam kegiatan pembelajaran sangat penting lebih-lebih bila para peserta didik kurang menyadari arti pentingnya belajar bagi masa depannya. Pembelajaran merupakan salah satu faktor yang sangat strategis dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Guru bertugas untuk menyusun program pembelajaran yang menguntungkan bagi proses belajar peserta didik.
Dewasa ini dalam hal pembelajaran selalu dikaitkan dengan konstruktivisme. Konstruktivisme menjadi kata kunci dalam hampir setiap pembicaraan mengenai pembelajaran. Para ahli konstruktivisme menekankan pentingnya upaya-upaya untuk mengaktifkan struktur kognitif siswa agar dapat membangun makna dari apa yang dipelajari. Battencourt (Paulina Pannen dkk, 2001) menyatakan bahwa konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri. Pengetahuan merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif dari kenyataan yang terjadi melalui serangkaian aktivitas seseorang (peserta didik). Filsafat Konstruktivisme menjadi landasan bagi banyak strategi pembelajaran, terutama yang dikenal dengan nama student-centered learning, belajar yang berorientasi pada peserta didik, yang mengutamakan keaktifan peserta didik dalam mengkonstruksikan pengetahuan berdasarkan interaksinya dalam pengalaman belajar yang diperoleh dan atau difasilitasi pendidik.
Proses belajar yang merupakan proses internal peserta didik adalah sesuatu yang tidak dapat diamati, namun dapat dipahami oleh guru. Perilaku belajar tersebut merupakan respon peserta didik terhadap tindak pembelajaran guru. Kaitan antara belajar dan pembelajaran sangat erat. Guru seyogyanya merancang proses pembelajaran sesuai dengan fase-fase perkembangan siswa. Di samping itu guru selalu berusaha untuk melakukan perbaikan pembelajaran secara berkelanjutan, artinya bahwa proses pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya harus selalu disesuaikan dengan kemajuan-kemajuan atau perubahan-perubahan yang terjadi. Cara-cara yang diusulkan untuk perbaikan proses pembelajaran bagi guru adalah melalui penelitian tindakan kelas. Belajar dan pembelajaran merupakan dua hal yang terkait erat. Bila teori belajar menerangkan bagaimana terjadinya belajar maka teori pembelajaran menerangkan bagaimana pembelajaran bisa mempermudah terjadinya belajar .
Lefrancois (1972:129) menyatakan bahwa pembelajaran atau instruction : as the arrrangement of the learning situation in such a way that learning is facilitated. Selanjutnya Gagne melihat dua hal penting tentang arrangement of the learningsituation yaitu yang melibatkan management of learning dan yang melibatkan condition of learning. Yang pertama menjawab pertanyaan tentang motivasi, minat dan perhatian, evaluasi hasil belajar, dan laporan tentang hasil. Pertanyaan ini secara relatif tidak tergantung dari isi yang dipelajari atau syarat yang diperlukan untuk belajar. Pelaksanaan condition of learning melibatkan prosedur yang erat berkaitan dengan isi (content).
Menurut Bettencourt (dalam Paulina Pannen dkk, 2001) bagi konstruktivisme, pembelajaran bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari pendidik kepada peserta didik melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan peserta didik membangun sendiri pengetahuannya. Pembelajaran berarti partisipasi pendidik bersama peserta didik dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, bersikap kritis, dan mengadakan justifikasi. Jadi pembelajaran adalah bentuk belajar sendiri. Tugas pendidik adalah membantu peserta didik agar mampu mengkonstruksi pengetahuannya sesuai dengan situasinya yang konkret. Pembelajaran pada dasarnya suatu proses kegiatan guru yang ditujukan kepada siswa dalam menyampaikan pesan berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan serta membimbing dan melatih agar siswa belajar. Dengan demikian, guru harus menciptakan suatu kondisi lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Guru melakukan kegiatan pembelajaran atau membelajarkan siswa sedangkan siswa melakukan kegiatan belajar.
2. Prinsip-prinsip Pembelajaran
Menurut Piaget (Dimyati & Mudjiono, 1994 : 13-14), pembelajaran terdiri dari empat langkah berikut :
Langkah satu: menentukan topik yang dapat dipelajari oleh anak sendiri. Penentuan topik tersebut dibimbing dengan beberapa pertanyaan sebagai berikut.1) Pokok bahasan manakah yang cocok untuk eksperimentasi ?
2) Topik manakah yang cocok untuk pemecahan masalah dalam situasi kelompok ?
3) Topik manakah yang dapat disajikan pada tingkat manipulasi fisik sebelum secara verbal ?
Langkah dua: memilih atau mengembangkan aktivitas kelas dengan topik tertentu. Hal ini dibimbing dengan pertanyaan sebagai berikut.1) Apakah aktivitas itu memberi kesempatan untuk melaksanakan metode eksperimen ?
2) Dapatkah kegiatan itu menimbulkan pertanyaan siswa ?
3) Dapatkah siswa membandingkan berbagai cara bernalar dalam mengikuti kegiatan di kelas?
4) Apakah masalah tersebut merupakan masalah yang tidak dapat dipecahkan atas dasar pengisyaratan perseptual?
5) Apakah aktivitas itu dapat menghasilkan aktivitas fisik dan kognitif?
6) Dapatkah kegiatan siswa itu memperkaya konstruk yang sudah dipelajari?
Langkah tiga: mengetahui adanya kesempatan bagi guru untuk mengemukakan pertanyaan yang menunjang proses pemecahan masalah. Bimbingan pertanyaan sebagai berikut.1) Pertanyaan lanjut yang memancing berpikir seperti “bagaimana jika“.
2) Memperbandingkan materi apakah yang cocok untuk menimbulkan pertanyaan spontan?
Langkah empat: menilai pelaksanaan tiap kegiatan, memperhatikan keberhasilan dan melakukan revisi. Bimbingan pertanyaan sebagai berikut.1) segi kegiatan apakah yang menghasilkan minat dan keterlibatan siswa yang besar?
2) segi kegiatan manakah yang tak menarik, dan apakah alternatifnya?
3) apakah aktivitas itu memberi peluang untuk mengembangkan siasat baru untuk penelitian atau meningkatkan siasat yang sudah dipelajari?
4) apakah kegiatan itu dapat dijadikan modal pembelajaran lebih lanjut?
Secara singkat Piaget menyarankan agar dalam pembelajaran guru memilih masalah yang berciri kegiatan prediksi, eksperimentasi, dan eksplanasi.Dalam hal pemebelajaran yang perlu mendapatkan perhatian adalah bahwa bagaimana agar siswa sebagai subjek dapat belajar. Guru tugasnya menyediakan kemudahan agar siswa mudah belajar. Titik beratnya pada siswa. Pembelajaran berorientasi pada siswa, bukan pada guru. Bagaimana pembelajaran mempermudah terjadinya belajar? Guru perlu memahami teori dan prinsip-prinsip belajar yang kemudian digunakan untuk menentukan prosedur pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran, pengetahuan tentang teori dan prinsip-prinsip belajar dapat membantu guru dalam memilih tindakan yang tepat. Jerome Bruner (1960) mengemukakan perlunya ada teori pembelajaran yang akan menjelaskan asas-asas untuk merancang pembelajaran yang efektif di kelas.
Menurut pandangan Bruner, teori belajar itu bersifat deskriptif, sedangkan teori pembelajaran itu preskriptif.Beberapa prinsip belajar menjadi dasar tindak pembelajaran. Dengan kata lain prinsip-prinsip belajar merupakan patokan tindak pemebalajaran guru, atau prinsip-prinsip belajar memiliki implikasi kuat bagi tindak pemeblajharan guru. Menurut Dimjati dan Mudjiono, (1994: 56-60), terdapat 7 prinsip-prinsip belajar yang kemudian berimplikasi pada prinsip-prinsip pembelajaran yaitu : (1) Perhatian dan motivasi; (2) Keaktifan; (3) Keterlibatan langsung (berpengalaman); (4) Pengulangan; (5) Tantangan; (6) Balikan dan Penguatan; dan (7) Perbedaan Individual.
3. Metode Pembelajaran
Menentukan bagaimana cara-cara pembelajaran yang baik bukanlah suatu hal yang mudah. Banyak penelitian yang telah digunakan oleh para ahli psikologi untuk menentukan cara-cara pembelajaran yang baik. Metode dan teknik pembelajaran adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Operasionalisasi dari satu atau lebih metode-metode pembelajaran direalisasikan dalam kegiatan pembelajaran berdasarkan strategi pembelajaran yang telah ditetapkan.
Selanjutnya, beberapa metode pembelajaran dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Metode CeramahCeramah merupakan suatu cara penyampaian informasi dengan lisan dari seseorang kepada sejumlah pendengar di suatu ruangan. Kegiatan berpusat pada penceramahdan komunikasi yang terjadi searah dari pembicaraan kepada pendengar. Metode ceramah merupakan metode yang paling banyak dipakai, terutama untuk bidang non esakta.
Kelebihan metode ceramah:
1) Dapat menampung kelas besar, tiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk mendengarkan dan karenanya biaya yang digunakan relatif lebih murah.
2) Konsep yang disajikan secara hirarki akan memberikan fasilitas belajar kepada siswa.
3) Guru dapat memberi tekanan terhadap hal-hal penting, hingga waktu dan energi dapat digunakan sebaik mungkin.
4) Isi silabus dapat diselesaikan dengan lebih mudah, karena guru tidak harus menyesuaikan dengan kecepatan belajar siswa.
5) Kekurangan atau tidak adanya buku pelajaran dan alat bantu pelajaran, tidak menghambat dilaksanakannya pelajaran dengan ceramah.
Kelemahan metode ceramah:
1) Pelajaran berjalan membosankan dan siswa menjadi pasif karena tidak berkesempatan untuk menemukan sendiri konsep yang diajarkan
2) Kepadatan konsep-konsep yang diberikan dapat membuat siswa tidak mampu menguasai bahan yang diajarkan
3) Pengetahuan yang diperoleh melalui ceramah lebih cepat terlupakan
4) Ceramah menyebabkan belajar siswa menjadi “belajar menghafal”.
b. Metode Tanya JawabMetode tanya jawab adalah metode pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan tersebut merupakan perangsang yang baik dalam pemahaman suatu informasi. Umumnya pada setiap kegiatan belajar mengajar selalu ada tanya jawab. Namun, tidak pada setiap kegiatan pembelajaran dapat disebut menggunakan metode tanya jawab. Suatu pengajaran disajikan melalui tanya jawab jika pelajaran disajikan melalui tanya jawab.
Dalam menguasai seni bertanya, diperlukan empat keterampilan bertanya, yaitu sebagai berikut.
1) Kemampuan berpikir cepat dan jelas
2) Pengertian yang tajam tentang nilai relatif dalam menangani pertanyaan dan tanggapan siswa.
3) Keterampilan membuat kalimat bertanya.
4) Percaya diri.
c. Metode DiskusiPembelajaran yang menggunakan metode diskusi merupakan pembelajaran yang bersifat interaktif. Ketika salah satu siswa menyampaikan informasi tertentu, maka yang lain mendengarkan. Dalam diskusi ini diperlukan keaktifan siswa. Ada tiga tujuan pembelajaran yang sesuai dengan penggunaan metode diskusi, yaitu sebagai berikut.
1) Penguasaaan materi pembelajaran.
2) Pembentukan dan modifikasi sikap.
3) Pemecahan masalah.
d.Metode Simulasi
Simulasi adalah tiruan yang hanya pura-pura saja. Metode simulasi ini biasa dilakukan untuk melatih keterampilan tertentu dan memperoleh pemahaman tentang sesuatu konsep tertentu. Bentuk simulasi ini misalnya role playing, sosiodrama dan permainan.
e.Metode Demonstrasi
Metode demostrasi merupakan metode yang dilakukan untuk memperlihatkan cara kerja dan proses terjadinya sesuatu. Metode ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik atas pertanyaan-pertanyaan seperti bagaimana cara mengaturnya, bagaimana proses bekerjanya, bagaimana proses mengerjakannya dan lain-lain.
f. Metode Pemberian Tugas
Dalam meningkatkan pemahaman siswa tentang sesuatu hal, perlu dilakukan dengan pemberian tugas atau pekerjaan tertentu.Pemberian tugas tersebut dilakukan dengan maksud tertentu misalnya melatih analisa siswa tentang pelajaran tertentu, memecahkan masalah, mengklasifikasi masalah dan sebagainya.
4. Pendekatan Pembelajaran
Pada dasarnya belajar dapat dilakukan di mana saja. Saat ini informasi dapat diterima dengan mudah melalui media-media tertentu sebagai sumbernya, misalnya radio, televisi, film, surat kabar, majalah dan lain.lain. Pesan-pesan yang diperoleh melalui informasi yang diterima tadi perlu pengetahuan dan keterampilan dalam mengelolanya. Untuk itu, perlu pemahaman mengenai pendekatan-pendekatan belajar dalam membelajarkan siswa. Pendekatan pembelajaran ini merupakan suatu panutan yang berusaha meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik siswa dalam pengolahan pesan, sehingga tercapai sasaran belajar.
Pendekatan pembelajaran merupakan salah satu cara yang ditempuh guru dalam pelaksanaan pembelajaran, agar konsep yang disajikan dapat diadaptasikan oleh siswa. Beberapa pendekatan pembelajaran adalah pendekatan kontruktivisme, pendekatan problem solving, pendekatan open-ended, dan pendekatan realistic, dan masih banyak lagi pendekatan pembelajaran yang lainnya.
Kesimpulan
Psikologi pendidikan merupakan salah satu disiplin ilmu yang berisi pemaparan tentang pemahaman gejala kejiwaan dalam tigkah laku manusia untuk kepentingan mendidik atau membina perkembangan kepribadian manusia. Semua gejala yang berhubungan dengan proses pendidikan dipelajari secara mendalam pada psikologi pendidikan. Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang diperoleh dari pengalaman sebelumnya melalui praktik atau latihan. Oleh karena itu, belajar terdiri atass beberapa jenis: belajar arti kata, belajar kognitif, belajar menghafal, belajar teoretis, belajar konsep, belajar kaidah, belajar berpikir, belajar keterampilan motorik, dan belajar estetis. Pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan yang dilaksanakan oleh pendidik dalam menyampaikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap kepada siswa. Oleh karena itu, proses pembelajaran dipengaruhi oleh metode yang dapat dipilih oleh pendidik, di antaranya metode ceramah, metode tanya jawab, metode disksusi, metode simulasi, metode demonstrasi, dan metode pemberian tugas.
Referensi
Dimyati dan Mudjiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Proyek Pembinaan dan Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.
Djamarah, Suaiful Bahri. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Kartono, Kartini. 1981. Psikologi Wanita, Gadis Remaja, dan Wanita Dewasa. Bandung: Alumni.
Lefrancois, Guy R. 1972. Psychology for Teaching, A Bear Always Faces the Front. Belmont, California : Wadsworth Publishing Company, Inc.
Paulina Pannen, Dina Mustafa dan Mustika Sekarwinahyu, 2001.Konstruktivisme Dalam Pembelajaran. Proyek Pengembangan Universitas Terbuka, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.
Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.
Usman, Husaini dan Purnomo Setiadi Akbar. 1996. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bina Aksara.
Vredenbregt, J. 1981. Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT Gramedia.