KATEGORI : Cerpen

Pelajaran dari Seekor Tikus

19 October 2025 13:22:09 Dibaca : 7

Pelajaran dari Seekor Tikus

Hujan turun tiba-tiba sore itu, membasahi terminal kota. Aku baru saja pulang dari kampus dan tengah menunggu bus lanjutan menuju rumah. Langit gelap, udara lembap, dan suara hujan menepuk atap terminal seperti denting ritmis yang tak putus. Para penumpang berlarian mencari tempat berteduh. Aku pun ikut menepi ke emperan sebuah toko.

Di depan tempatku berdiri, ada got kecil. Biasanya, saluran air itu tak menarik perhatian siapa pun. Tapi hari itu, air hujan mengalir deras, naik perlahan, lalu membentuk arus kecil yang mulai ganas. Aku memperhatikan aliran itu tanpa maksud apa pun — hanya cara sederhana untuk membunuh waktu.

Lalu sesuatu terjadi.

Seekor tikus muncul dari lubang got. Tubuhnya kecil dan basah, bulunya menempel pada kulitnya. Di mulutnya, ia menggigit leher anaknya yang mungil. Tanpa ragu, tikus itu menerjang arus air yang deras, berenang melawan aliran, dan naik ke daratan di bawah kolong gerobak tua di dekat sana. Sesudah memastikan anaknya selamat, ia kembali ke got, menembus air lagi.

Sekali. Dua kali. Tiga kali. Lima kali. Setiap kali kembali, arus air kian kuat, namun tikus kecil itu tak gentar. Gerakannya cepat, nyaris seperti makhluk yang tahu benar apa yang harus dilakukan. Aku terpaku menyaksikan perjuangan kecil itu.

Pada kali terakhir, ia tak keluar sendirian. Seekor tikus dewasa lain mengikutinya, mungkin pasangannya. Mereka keluar bersama, membawa anak terakhir. Tak lama kemudian, lubang tempat mereka tinggal benar-benar terendam air. Bila mereka terlambat sedikit saja, semuanya mungkin telah hanyut.

Awalnya, aku hanya kaget. Tapi perlahan, rasa kagum mengalir begitu saja. Seekor tikus — makhluk yang sering dianggap kotor dan tak berarti — justru memperlihatkan keteguhan, keberanian, dan kasih sayang yang luar biasa. Ia tidak lari dari bahaya, melainkan menghadapinya demi keluarganya.

Sore itu aku belajar satu hal penting. Semua makhluk hidup, sekecil apa pun, punya cara berpikir dan berjuang sesuai kemampuannya. Mungkin kita tak mengerti sepenuhnya bagaimana mereka hidup, tapi mereka pun memiliki naluri untuk mencinta dan melindungi — sama seperti kita.

Bus yang kutunggu akhirnya datang. Namun pikiranku tertinggal di pinggir got kecil itu, tempat seekor tikus mengajarkan arti perjuangan dan kasih sayang dalam bentuk yang paling sederhana.