Sains Dibalik Kecerdasan Akal Imitasi

11 December 2025 17:26:33 Dibaca : 29 Kategori : Kimia Komputasi

Artificial Intelligence (AI), diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia dengan beberapa istilah, yaitu kecerdasan buatan, kecerdasan artifisial. Belakangan ada yang menerjemahkannya dengan Akal Imitasi, biar akronimnya selaras dengan bahasa asalnya, AI. Dalam artikel ini saya menggunakan istilah yang terakhir, akal imitasi.

Perkembangan teknologi AI telah merevolusi banyak bidang, mulai dari kesehatan hingga pendidikan, dan dari pertahanan hingga aplikasi komersial, baik sipil maupun militer. AI bekerja dengan dua langkah yaitu (1) meniru pola dari data yang diberikan; (2) belajar dari pola tersebut melalui pemrosesan komputer berkecepatan tinggi. Bisa dikatakan, AI dilatih dengan menganalisis data dalam jumlah sangat besar (big data) seperti gambar, teks, atau angka menggunakan algoritma khusus yang dijalankan di komputer super cepat.  

Kebanyakan (kita) pengguna AI tidak menyadari jika AI lahir dari perpaduan berbagai ilmu pengetahuan (sains). AI tidak ajaib. Menurut Golec (2025), secara umum AI dibangun di atas tiga ilmu dasar:  

  1. Statistik. AI menggunakan ilmu hitung peluang dan data untuk menemukan pola tersembunyi. Contohnya, saat mengelompokkan pelanggan berdasarkan kebiasaan belanja (clustering). Juga Memprediksi cuaca besok dari data historis (time series). Atau memisahkan email spam dari pesan penting dengan teorema Bayes. Statistik juga membantu AI menghindari kesalahan dengan menyeimbangkan "terlalu kaku" vs "terlalu gegabah" dalam mengambil keputusan.
  2. Neurosains (Ilmu Saraf). AI meniru cara kerja otak manusia. Contohnya: Jaringan saraf tiruan (artificial neural network) dirancang menyerupai sel-sel otak yang saling terhubung.  Contoh lain adalah Teknologi pengenalan wajah di ponsel yang kita miliki. Itu terinspirasi dari cara mata dan otak memproses gambar (Convolutional Neural Network).
  3. Pembelajaran Mendalam (Deep Learning). Ini adalah "otak" AI yang paling canggih. Ia bekerja dengan lapisan-lapisan analisis (seperti menyaring informasi bertahap) untuk memahami data rumit (foto, video, atau percakapan).  Contoh aplikasinya yang banyak digunakan hari ini:  ChatGPT , aplikasi diagnosa penyakit dari foto sinar-X, fitur pengenal wajah di media sosial.  

   Meski AI hebat dan cerdas, semua kendalinya ada di tangan manusia (baca: pengguna)!

 

 

 

AI