Peran Interaksi Pelarut dan Zat Terlarut dalam Farmasi Fisika: Fondasi Formulasi Sediaan Farmasi yang Efektif

08 June 2025 23:57:40 Dibaca : 52 Kategori : Artikel Mahasiswa

Dalam ranah farmasi fisika, pemahaman terhadap interaksi antara pelarut dan zat terlarut merupakan landasan krusial dalam pengembangan sediaan farmasi yang stabil, efektif, dan dapat diandalkan. Interaksi ini tidak hanya menentukan kelarutan suatu zat aktif, tetapi juga berdampak langsung pada stabilitas kimia dan fisik serta bioavailabilitas dari produk akhir yang dikonsumsi oleh pasien.

Pada tingkat molekuler, pelarut memainkan peran penting dalam mendispersikan zat terlarut melalui pembentukan ikatan hidrogen, interaksi van der Waals, dan medan elektrostatik. Jenis pelarut yang digunakan—baik itu polar seperti air, atau non-polar seperti etanol dan propilen glikol—dapat secara signifikan mempengaruhi sejauh mana suatu zat terlarut dapat larut dan tetap stabil dalam sistem. Hal ini menjadi sangat penting dalam formulasi obat-obatan yang memiliki profil kelarutan rendah (poorly water-soluble drugs), di mana pemilihan sistem pelarut yang tepat dapat menjadi pembeda antara produk yang terapetik dan produk yang gagal secara farmasetik.

Lebih lanjut, interaksi ini juga menentukan kecenderungan suatu zat untuk mengalami degradasi atau perubahan fisik selama penyimpanan. Ketidaksesuaian antara pelarut dan zat terlarut dapat mempercepat proses degradasi oksidatif atau hidrolitik, yang pada akhirnya menurunkan potensi obat. Oleh karena itu, studi pendahuluan mengenai kompatibilitas pelarut-zat terlarut menjadi tahapan wajib dalam pengembangan formulasi.

Dari sisi biofarmasetika, interaksi ini berdampak pada seberapa cepat dan seberapa banyak zat aktif dilepaskan dari sediaan dan diserap ke dalam sistem sistemik. Pelarut yang mampu membentuk kompleks atau mikroemulsi, misalnya, dapat meningkatkan kelarutan zat aktif secara signifikan dan memperbaiki profil bioavailabilitas, terutama untuk rute pemberian oral dan parenteral.

Dengan kompleksitas interaksi yang terjadi, farmasis dituntut untuk tidak hanya menguasai aspek kimia fisikanya, tetapi juga memiliki pemahaman mendalam tentang perilaku molekul dalam lingkungan pelarut tertentu. Pendekatan berbasis ilmu seperti solubility parameter theory, Hansen solubility parameters, hingga quantum chemistry simulation kini digunakan untuk memprediksi dan mengoptimalkan interaksi ini secara lebih presisi dan efisien.

Secara keseluruhan, interaksi antara pelarut dan zat terlarut bukanlah sekadar fenomena kimia biasa, melainkan suatu fondasi ilmiah yang menentukan keberhasilan sebuah sediaan farmasi dalam memberikan manfaat terapetik yang optimal kepada pasien.

By :  Kelompok 1 Prodi D3 Farmasi