KATEGORI : Artikel Mahasiswa

Kemajuan teknologi pada era digital telah membawa perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk di bidang kesehatan dan terutama farmasi. Kata teknologi sendiri berasal dari bahasa Prancis, “La Technique”, yang berarti proses atau cara rasional untuk mewujudkan suatu tujuan. Teknologi pada hakikatnya hadir sebagai sarana untuk memudahkan manusia dalam beraktivitas, meningkatkan efisiensi, serta memperluas peluang dalam berbagai sektor. Seiring berjalannya waktu, masyarakat semakin bergantung pada teknologi, baik anak-anak maupun orang dewasa. Perubahan menuju era digital telah memaksa semua lapisan masyarakat untuk beradaptasi agar tetap relevan dan mampu bertahan, termasuk dalam memanfaatkan perkembangan teknologi untuk meningkatkan pelayanan farmasi.

Di tengah kemajuan dunia digital, teknologi memberikan berbagai manfaat mendasar, mulai dari komunikasi, akses informasi, hingga efisiensi bisnis. Namun, manfaat tersebut menjadi semakin penting ketika diterapkan pada sektor farmasi. Teknologi tidak hanya mempermudah pekerjaan tenaga kesehatan, tetapi juga memperluas akses masyarakat terhadap pelayanan farmasi yang aman, cepat, dan efektif.

Pertama, komunikasi yang lebih mudah menjadi faktor penting dalam pelayanan farmasi. Teknologi memungkinkan apoteker berkomunikasi dengan pasien melalui aplikasi konsultasi kesehatan, telefarmasi, atau pesan singkat. Pasien dapat berkonsultasi mengenai penggunaan obat, efek samping, hingga interaksi obat tanpa harus datang langsung ke apotek. Hal ini sangat membantu masyarakat yang tinggal di daerah terpencil atau pesisir, yang seringkali memiliki akses terbatas terhadap fasilitas kesehatan.

Kedua, akses informasi yang semakin luas membantu apoteker dan masyarakat memperoleh pengetahuan yang akurat mengenai obat dan terapi. Internet menyediakan sumber informasi ilmiah, pedoman penggunaan obat, dan jurnal farmasi terbaru yang sangat berguna bagi tenaga kefarmasian dalam memberikan pelayanan berdasarkan bukti ilmiah (evidence-based). Bagi masyarakat, informasi yang mudah diakses membantu meningkatkan literasi kesehatan sehingga penggunaan obat menjadi lebih rasional.

Selanjutnya, teknologi juga mempermudah perdagangan dan distribusi obat. Platform digital memudahkan pemesanan obat secara daring melalui apotek online yang terverifikasi. Sistem pengiriman yang terintegrasi membuat obat dapat diterima pasien dengan cepat tanpa harus menempuh perjalanan jauh. Kemudahan ini sangat menguntungkan masyarakat di wilayah yang minim fasilitas farmasi.

Kemajuan teknologi juga mendukung efisiensi proses bisnis di apotek. Penggunaan perangkat lunak manajemen apotek membantu dalam pencatatan stok obat, pemantauan tanggal kedaluwarsa, hingga pengelolaan keuangan. Dengan adanya otomasi, risiko kesalahan seperti medication error dapat dikurangi, dan pelayanan kepada pasien menjadi lebih cepat dan akurat. Tidak hanya itu, teknologi digital turut meningkatkan daya saing dan kualitas layanan farmasi. Apotek yang memanfaatkan teknologi seperti sistem antrean digital, layanan telekonsultasi, atau pembayaran elektronik mampu memberikan pelayanan yang lebih modern dan nyaman bagi masyarakat.

Hal ini sekaligus meningkatkan kepercayaan pasien dan mendorong perkembangan sektor farmasi di era global. Di sisi lain, teknologi juga membuka peluang dalam inovasi dan kreativitas di bidang farmasi. Misalnya, penggunaan perangkat lunak untuk merancangkemasan obat, pembuatan edukasi kesehatan berbasis video, dan pengembangan manajemen penggunaan obat bagi pasien penyakit kronis. Tenaga farmasi dapat berkolaborasi secara daring untuk berbagi ide dan menemukan solusi terhadap permasalahan kesehatan masyarakat.

Dalam dunia pendidikan, teknologi sangat membantu proses pembelajaran farmasi. Mahasiswa farmasi dapat mengakses jurnal ilmiah, mengikuti webinar, menggunakan simulasi laboratorium virtual, dan berkolaborasi melalui platform digital. Hal ini mempercepat penyebaran pengetahuan dan meningkatkan kualitas pendidikan farmasi di Indonesia. Secara keseluruhan, kemajuan teknologi telah memberikan dampak signifikan dalam memperluas akses pelayanan farmasi, baik untuk masyarakat maupun tenaga kesehatan. Teknologi membawa perubahan positif dalam cara konsultasi, pengelolaan obat, distribusi obat, pendidikan, serta peningkatan kualitas  layanan.

Dengan pemanfaatan yang tepat dan bertanggung jawab, teknologi dapat menjadi jembatan untuk mewujudkan pelayanan farmasi yang lebih merata, efisien, dan berbasis kebutuhan masyarakat di era digital.

 

Tulisan ini dibuat sebagai tugas literasi digital farmasi :

  1. SITI SUSANTI LANTAPA 08201325002
  2. AISA ABDULLAH HAMJATI 08201325003
  3. NIKMA DAENG BELLA 082013250010
  4. DIZYA RADISTI LALU 082013250012
  5. SRI AMELIA DJAFAR 082013250013

Kemajuan Teknologi Dalam Bidang Farmasi

03 December 2025 09:15:05 Dibaca : 58

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata teknologi mengandung arti metode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis, ilmu pengetahuan terapan atau keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. Kemajuan teknologi dan pengaruhnya terhadap keberlangsungan kehidupan manusia merupakan hal yang tak dapat dihindari. Para ahli memiliki pengertian tersendiri mengenai teknologi. Ahli sosiologi berpendapat bahwa teknologi merupakan suatu kumpulan alat,aturan dan juga prosedur yang merupakan penerapan dari sebuah pengetahuan ilmiah terhadap sebuah pekerjaan tertentu dalam suatu kondisi yang dapat memungkinkan terjadinya pengulangan.

Saat ini, dinegara Indonesia kita dapat menyaksikan dan merasakan secara langsung dampak dari kemajuan teknologi ini. Kemajuan teknologi seperti pada televisi, smartphone, dll. Kini internet dapat digunakan tidak hanya pada masyarakat kota melainkan hingga ke pelosok negeri. Akibatnya yaitu segala bentuk informasi baik yang positif maupun negatif, dapat dengan mudah di akses oleh masyarakat. Dan di akui atau tidak, perlahan-lahan mulai mengubah pola hidup dan pola pemikiran masyarakat khususnya masyarakat pedesaan dengan segala image yang menjadi ciri khas mereka. Kemajuan teknologi dalam beberapa dekade terakhir telah merevolusi sistem penghantaran obat dengan memungkinkan pembuatan sediaan yang disesuaikan secara personal dan sesuai dengan kebutuhan usia.

Sebagai mahasiswa farmasi, memahami kemajuan teknologi berarti menyadari bahwa nanti kita akan bekerja di bidang yang sangat mengandalkan ketelitian dan informasi yang akurat. Teknologi membantu kita belajar lebih efisien, mulai dari mencari jurnal ilmiah, menonton animasi proses kerja obat, sampai mengikuti simulasi pembuatan obat yang dilakukan secara digital. Teknologi membuat kita tidak hanya memahami teori, tetapi juga bisa melihat langsung penerapannya. Namun, memahami teknologi tidak hanya soal memakainya, tetapi juga tahu kapan dan bagaimana menggunakannya dengan benar. Dalam farmasi, kesalahan kecil bisa berdampak besar, jadi kemampuan menggunakan teknologi secara tepat sangat penting. Selain mendukung pembelajaran, kemajuan teknologi juga membuka banyak peluang untuk mahasiswa farmasi. Sekarang kita bisa belajar tentang bioteknologi, farmasi klinis, hingga pengembangan vaksin dengan cara yang lebih mudah diakses.

Kita bisa mengikuti kursus online, belajar dari penelitian paling baru, atau melihat langsung bagaimana industri farmasi bekerja melalui video dan simulasi. Hal ini membuat kita semakin sadar bahwa farmasi bukan hanya soal meracik obat, tetapi juga soal berpikir ilmiah, memecahkan masalah, dan ikut berkontribusi pada kesehatan masyarakat. Pada akhirnya, memahami kemajuan teknologi bagi mahasiswa farmasi berarti siap menghadapi dunia kerja yang terus berubah dan berkembang. Teknologi akan menjadi bagian dari setiap langkah yang kita ambil, mulai dari belajar di kampus sampai bekerja nanti. Karena itu, penting bagi kita untuk terbuka terhadap perkembangan baru, mau belajar, dan memanfaatkan teknologi sebagai alat untuk menjadi tenaga kesehatan yang lebih kompeten.

Dengan begitu, kita bukan hanya mengikuti perubahan, tetapi juga bisa menjadi bagian dari generasi yang mendorong kemajuan dunia farmasi ke arah yang lebih baik.

 

Tulisan ini dibuat sebagai tugas literasi digital kefarmasian 

Mahasiswa angkatan 2025 Farmasi UNG

  1. Siti Mutia Pado (08201325004)
  2. Siti Nurrizqia Pakaya (08201325005)
  3. Tri Wulandi Muhsadi (08201325008)
  4. Faras Esta lamaga (08201325015)
  5. Rahma M. Solag (08201325018)
  6. Fahriyanto Usman (08201325021)

Inovasi Layanan Kesehatan Masyarakat Pasca Gempa Bumi

20 October 2025 14:12:08 Dibaca : 126

Gempa bumi dasyat yang mengguncang wilayah tersebut telah meninggalkan luka yang begitu mendalam bagi Masyarakat setempat yang mengalami kejadian gempa bumi. Selain kerusakan fisik yang nyata, dampak psikologis dan social yang ditimbulkan juga membutuhkan penangganan  yang serius. Dalam situasi darurat seperti ini, inovasi layanan menjadi acuan dalam proses pemuihan dan membangun Kembali kehidupan Masyarakat terdampak 

Langkah pertama dalam layanan Kesehatan pasca gempa bumi Adalah respon yang cepat dan efektif dari lokasi kejadian. Tim medis dan relawan harus segera diterjunkan ke wilayah terdampak untuk melakukan evakuasi dan memberikan pertolongan pertama kepada korban. Inovasi dalam hal ini dapat berupa penggunaan teknologi untuk memetakan wilayah berdampak dan mengidentifikasi korban yang membutuhkan pertolongan. Selain itu, penggunaan ambulans yang dilengkapi dengan peralatan medis yang canggih untuk membantu Masyarakat untuk mendapatkan penangganan yang optimal selama proses evakuasi 

Setelah korban dievakuasi ke fasilitas Kesehatan, pelayanan medis komprehensif dan berkelanjutan harus segera diberikan. Pelayanan ini mencakup penangganan luka-luka fisik, pemberian obat-obatan, serta Tindakan bedah jika diperlukan. Hal ini memungkinkan tenaga medis dilapangan untuk mendapatkan konsultasi dan dukungan dari tim medis Kesehatan, sehingga kualitas pelayanan medis yang diberikan dapat ditingkatkan. Selain itu, penggunaan rekam medis elektronik juga sangat penting untuk memastikan informasi medis korban tercatat dengan baik dan dapat diakses oleh tensgs medis yang berbeda.

Dampak Psikologis gempa bumi sering kali lebih lama dan lebih sulit untuk diatasi dari pada dampak fisik. Oleh karena itu, dukungan psikologis yang memadai sangat penting untuk membantu korban memulihkan trauma dan Kembali menjalani kehidupan normal. Inovasi dalam hal ini dapat berupa penggunaan terapi kelompok untuk memberikan dukungan emosional kepada korban. Selain itu, penggunaan aplikasi mobile yang berisi informasi tentang cara mengatasi trauma dan stres juga dapat membantu korban untuk mengelola emosi mereka secara mandiri.

Pemulihan pasca gempa bumi bukan hanya tanggung jawab pemerintah dan organisasi kemanusiaan, tetapi juga membutuhkan partisipasi aktif dari Masyarakat. Oleh karena itu, pemberdayaan Masyarakat terjadi kunci untuk memastikan pemulihan jangka Panjang yang berkelanjutan.  Inovasi dalam hal ini dapat berupa pelatihan keterampilan bagi Masyarakat yang berdampak, sehingga mereka dapat memperoleh penghasilan dan membangun Kembali kehidupan mereka. Selain itu, pembentukan kelompok-kelompok swadaya Masyarakat juga dapat membantu Masyarakat untuk saling mendukung dan memcahkan masalah yang mereka hadapi   

Sehingga inovasi layanan Kesehatan pasca gempa bumi merupakan kunci untuk mempercepat proses pemulihan dan membangun Kembali kehidupan Masyarakat yang terdampak gempa bumi.   Respon cepat dan efektif dilokasi kejadian, pelayanan medis komprehensif dan berkelanjutan, dukungan psikologis untuk memulihkan trauma, serta pemberdayaan Masyarakat untuk pemulihan trauma, serta pemberdayaan Masyarakat untuk pemulihan jangka Panjang, merupakan elemen-elemen penting yang harus diperhatikan untuk Masyarakat tersebut. Dengan kerja sama yang baik antara pemerintah, organisasi kemanusiaan, dan Masyarakat, kita dapat memastikan bahwa gempa bumi mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan untuk membangun Kembali kehidupan mereka sedia kala.

 

Tugas Literasi Digital 

Kelas S1 A 2025

1. Aisyah Diastuty Bumulo

2. Devi Haselia Lamode 

3. Intan Saskia Ali 

4. Yassarah Hafizhah Pateda 

5. Dwi purwanti

 

Dalam disiplin farmasi fisika, tegangan permukaan dan tegangan antar-muka merupakan konsep fundamental yang secara langsung memengaruhi keberhasilan formulasi sistem disperse, khususnya emulsi dan suspensi. Sifat fisik ini mencerminkan gaya kohesi dan adhesi antar molekul, yang menentukan stabilitas termodinamika dari campuran fase yang berbeda, seperti cair-cair (emulsi) maupun padat-cair (suspensi).

Tegangan permukaan mengacu pada gaya internal antar molekul dalam suatu cairan yang menyebabkan permukaannya cenderung mengecil atau membentuk area minimum. Sementara itu, tegangan antar-muka mengacu pada gaya interaksi di antara dua fase yang tidak saling larut sempurna, seperti air dan minyak. Dalam sistem emulsi, tegangan antar-muka yang tinggi dapat menyebabkan pemisahan fase yang cepat (koalesensi), sedangkan pada suspensi, hal ini dapat mempercepat proses pengendapan partikel padat.

Oleh karena itu, penurunan tegangan antar-muka menjadi salah satu strategi formulasi yang utama. Penggunaan surfaktan atau agen pengemulsi bertujuan menurunkan energi antar muka dan menstabilkan sistem dengan membentuk lapisan film pelindung di antara dua fase. Dalam formulasi emulsi, surfaktan memungkinkan dispersi fase terdispersi menjadi tetesan kecil yang stabil dalam fase kontinu. Stabilitas kinetik ini penting untuk menghindari fenomena seperti kremasi, flokulasi, atau pemisahan fase.

Pada sistem suspensi, tegangan antar-muka antara partikel padat dan medium cair dapat menyebabkan partikel saling aglomerasi atau menggumpal. Penambahan agen pembasah dan penstabil membantu menurunkan energi antar muka, meningkatkan pembasahan partikel, serta mencegah penggumpalan. Efektivitas suspensi sangat tergantung pada interaksi antara fase padat dan cair ini, serta kestabilan dispersinya selama penyimpanan dan penggunaan.

Pemahaman terhadap dinamika tegangan permukaan juga membantu dalam prediksi perilaku sistem saat berada dalam tubuh manusia. Misalnya, formulasi emulsi mikro atau nanoemulsi dapat mempengaruhi absorpsi zat aktif melalui membran biologis dengan lebih efisien, karena luas permukaan kontak yang meningkat dan penetrasi antar sel yang lebih baik.

Dalam praktik formulasi, pengukuran tegangan permukaan dan antar-muka dilakukan secara kuantitatif menggunakan metode seperti du Noüy ring method, Wilhelmy plate, atau teknik pendeteksian tetesan. Data ini digunakan untuk mengoptimalkan pemilihan eksipien dan desain sistem disperse dengan pendekatan ilmiah berbasis bukti (evidence-based formulation).

Dengan demikian, tegangan permukaan dan antar-muka bukan hanya konsep teoritis, melainkan komponen teknis yang sangat menentukan stabilitas, kehomogenan, dan efektivitas sistem farmasi disperse. Memahami dan mengontrol parameter ini menjadi salah satu indikator keberhasilan formulasi sediaan yang aman, efektif, dan berkualitas tinggi.

 

By : Kelompok 2 Prodi D3 Farmasi

Dalam ranah farmasi fisika, pemahaman terhadap interaksi antara pelarut dan zat terlarut merupakan landasan krusial dalam pengembangan sediaan farmasi yang stabil, efektif, dan dapat diandalkan. Interaksi ini tidak hanya menentukan kelarutan suatu zat aktif, tetapi juga berdampak langsung pada stabilitas kimia dan fisik serta bioavailabilitas dari produk akhir yang dikonsumsi oleh pasien.

Pada tingkat molekuler, pelarut memainkan peran penting dalam mendispersikan zat terlarut melalui pembentukan ikatan hidrogen, interaksi van der Waals, dan medan elektrostatik. Jenis pelarut yang digunakan—baik itu polar seperti air, atau non-polar seperti etanol dan propilen glikol—dapat secara signifikan mempengaruhi sejauh mana suatu zat terlarut dapat larut dan tetap stabil dalam sistem. Hal ini menjadi sangat penting dalam formulasi obat-obatan yang memiliki profil kelarutan rendah (poorly water-soluble drugs), di mana pemilihan sistem pelarut yang tepat dapat menjadi pembeda antara produk yang terapetik dan produk yang gagal secara farmasetik.

Lebih lanjut, interaksi ini juga menentukan kecenderungan suatu zat untuk mengalami degradasi atau perubahan fisik selama penyimpanan. Ketidaksesuaian antara pelarut dan zat terlarut dapat mempercepat proses degradasi oksidatif atau hidrolitik, yang pada akhirnya menurunkan potensi obat. Oleh karena itu, studi pendahuluan mengenai kompatibilitas pelarut-zat terlarut menjadi tahapan wajib dalam pengembangan formulasi.

Dari sisi biofarmasetika, interaksi ini berdampak pada seberapa cepat dan seberapa banyak zat aktif dilepaskan dari sediaan dan diserap ke dalam sistem sistemik. Pelarut yang mampu membentuk kompleks atau mikroemulsi, misalnya, dapat meningkatkan kelarutan zat aktif secara signifikan dan memperbaiki profil bioavailabilitas, terutama untuk rute pemberian oral dan parenteral.

Dengan kompleksitas interaksi yang terjadi, farmasis dituntut untuk tidak hanya menguasai aspek kimia fisikanya, tetapi juga memiliki pemahaman mendalam tentang perilaku molekul dalam lingkungan pelarut tertentu. Pendekatan berbasis ilmu seperti solubility parameter theory, Hansen solubility parameters, hingga quantum chemistry simulation kini digunakan untuk memprediksi dan mengoptimalkan interaksi ini secara lebih presisi dan efisien.

Secara keseluruhan, interaksi antara pelarut dan zat terlarut bukanlah sekadar fenomena kimia biasa, melainkan suatu fondasi ilmiah yang menentukan keberhasilan sebuah sediaan farmasi dalam memberikan manfaat terapetik yang optimal kepada pasien.

By :  Kelompok 1 Prodi D3 Farmasi