Framing merupakan pendekatan strategis dalam pendidikan yang berfungsi membentuk cara pandang dan interpretasi pemangku kepentingan terhadap isu, kebijakan, dan praktik pendidikan. Dalam konteks transformasi digital pendidikan di Indonesia, framing menjadi instrumen penting untuk mendukung implementasi teknologi yang menunjang pembelajaran mendalam (deep learning). Penelitian ini bertujuan mengembangkan model framing yang dapat memperkuat adopsi teknologi pendidikan di sekolah, dengan fokus pada peningkatan keterampilan teknologi guru dan efektivitas komunikasi strategis di lingkungan pendidikan. Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka berbasis analisis isi terhadap literatur dan penelitian terkini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model framing yang efektif terdiri dari tiga tahapan utama, yaitu diagnostic framing untuk mengidentifikasi tantangan integrasi teknologi, prognostic framing untuk merumuskan solusi pedagogis berbasis teknologi, serta motivational framing untuk membangun komitmen kolektif dalam transformasi digital sekolah. Temuan ini menegaskan bahwa strategi framing mampu meningkatkan kesadaran kolektif, memperkuat kolaborasi, dan mendorong implementasi pembelajaran mendalam yang inovatif dan berkelanjutan. Model ini diharapkan menjadi referensi praktis bagi kepala sekolah, guru, dan pengambil kebijakan dalam mendukung transformasi digital pendidikan di Indonesia.

Selengkapnya di https://ejurnal.stkip-pessel.ac.id/index.php/jmp/article/view/380 / DOI: https://doi.org/10.34125/jmp.v10i1.380

Bernalar dengan pendekatan induksi

25 January 2025 19:17:04 Dibaca : 243

Dalam metodologi penelitian seringkali kita mendengar istilah “penalaran induksi”, apa sebenarnya penalaran induksi itu?

Penalaran induksi merupakan cara bernalar dengan cara  menarik kesimpulan umum terhadap sesuatu yang didasarkan pada pola yang kita bentuk dari kasus atau fakta yang spesifik. Dengan kata lain, kita memulai penalaran ini dari data-data yang sifatnya khusus kemudian mencari generalisasi yang dapat diterapkan secara luas.

di antara ciri penalaran induksi yaitu: (1) dimulai dari kasus spesifik. Mengamati kejadian-kejadian tertentu, (2) melakukan generalisasi. Mencari pola, prinsip, dan aturan umum dari data atau fakta yang dipelajari, (3) Kesimpulan yang dihasilkan tidak 100% benar. Hasil generalisasi sifatnya probabilistik karena didasarkan pada pengamatan terbatas.

Contoh penalaran Induksi, misal seseorang -berdasarkan pengamatannya- menyatakan bahwa burung merpati bisa terbang, burang elang bisa terbang, begitu pula burung gagak. Kemudian ia menemukan pola bahwa semua burung bisa terbang. Kesimpulan seperti ini disebut penalaran induksi.

Kesimpulan dari penalaran induksi bisa saja salah, karena nyatanya ada burung yang tidak bisa terbang seperti burung unta dan penguin sehingga diketahui bahwa penalaran induksi sifatnya tidak mutlak, melainkan hanya memberi kemungkinan besar (probable).

Jadi, meskipun generalisasi yang dihasilkan dari penalaran induksi tidak selalu menghasilkan kepastian, namun penalaran ini berguna untuk membuat prediksi dan mengembangkan teori baru.

 

*Semua tulisan yang ada di sini berasal dari media saya yang lain

Bismillah

13 January 2025 11:07:46 Dibaca : 298

Hello World!

Kategori

Blogroll

  • Masih Kosong