KATEGORI : Artikel Mahasiswa

 

Dalam disiplin farmasi fisika, tegangan permukaan dan tegangan antar-muka merupakan konsep fundamental yang secara langsung memengaruhi keberhasilan formulasi sistem disperse, khususnya emulsi dan suspensi. Sifat fisik ini mencerminkan gaya kohesi dan adhesi antar molekul, yang menentukan stabilitas termodinamika dari campuran fase yang berbeda, seperti cair-cair (emulsi) maupun padat-cair (suspensi).

Tegangan permukaan mengacu pada gaya internal antar molekul dalam suatu cairan yang menyebabkan permukaannya cenderung mengecil atau membentuk area minimum. Sementara itu, tegangan antar-muka mengacu pada gaya interaksi di antara dua fase yang tidak saling larut sempurna, seperti air dan minyak. Dalam sistem emulsi, tegangan antar-muka yang tinggi dapat menyebabkan pemisahan fase yang cepat (koalesensi), sedangkan pada suspensi, hal ini dapat mempercepat proses pengendapan partikel padat.

Oleh karena itu, penurunan tegangan antar-muka menjadi salah satu strategi formulasi yang utama. Penggunaan surfaktan atau agen pengemulsi bertujuan menurunkan energi antar muka dan menstabilkan sistem dengan membentuk lapisan film pelindung di antara dua fase. Dalam formulasi emulsi, surfaktan memungkinkan dispersi fase terdispersi menjadi tetesan kecil yang stabil dalam fase kontinu. Stabilitas kinetik ini penting untuk menghindari fenomena seperti kremasi, flokulasi, atau pemisahan fase.

Pada sistem suspensi, tegangan antar-muka antara partikel padat dan medium cair dapat menyebabkan partikel saling aglomerasi atau menggumpal. Penambahan agen pembasah dan penstabil membantu menurunkan energi antar muka, meningkatkan pembasahan partikel, serta mencegah penggumpalan. Efektivitas suspensi sangat tergantung pada interaksi antara fase padat dan cair ini, serta kestabilan dispersinya selama penyimpanan dan penggunaan.

Pemahaman terhadap dinamika tegangan permukaan juga membantu dalam prediksi perilaku sistem saat berada dalam tubuh manusia. Misalnya, formulasi emulsi mikro atau nanoemulsi dapat mempengaruhi absorpsi zat aktif melalui membran biologis dengan lebih efisien, karena luas permukaan kontak yang meningkat dan penetrasi antar sel yang lebih baik.

Dalam praktik formulasi, pengukuran tegangan permukaan dan antar-muka dilakukan secara kuantitatif menggunakan metode seperti du Noüy ring method, Wilhelmy plate, atau teknik pendeteksian tetesan. Data ini digunakan untuk mengoptimalkan pemilihan eksipien dan desain sistem disperse dengan pendekatan ilmiah berbasis bukti (evidence-based formulation).

Dengan demikian, tegangan permukaan dan antar-muka bukan hanya konsep teoritis, melainkan komponen teknis yang sangat menentukan stabilitas, kehomogenan, dan efektivitas sistem farmasi disperse. Memahami dan mengontrol parameter ini menjadi salah satu indikator keberhasilan formulasi sediaan yang aman, efektif, dan berkualitas tinggi.

 

By : Kelompok 2 Prodi D3 Farmasi

Dalam ranah farmasi fisika, pemahaman terhadap interaksi antara pelarut dan zat terlarut merupakan landasan krusial dalam pengembangan sediaan farmasi yang stabil, efektif, dan dapat diandalkan. Interaksi ini tidak hanya menentukan kelarutan suatu zat aktif, tetapi juga berdampak langsung pada stabilitas kimia dan fisik serta bioavailabilitas dari produk akhir yang dikonsumsi oleh pasien.

Pada tingkat molekuler, pelarut memainkan peran penting dalam mendispersikan zat terlarut melalui pembentukan ikatan hidrogen, interaksi van der Waals, dan medan elektrostatik. Jenis pelarut yang digunakan—baik itu polar seperti air, atau non-polar seperti etanol dan propilen glikol—dapat secara signifikan mempengaruhi sejauh mana suatu zat terlarut dapat larut dan tetap stabil dalam sistem. Hal ini menjadi sangat penting dalam formulasi obat-obatan yang memiliki profil kelarutan rendah (poorly water-soluble drugs), di mana pemilihan sistem pelarut yang tepat dapat menjadi pembeda antara produk yang terapetik dan produk yang gagal secara farmasetik.

Lebih lanjut, interaksi ini juga menentukan kecenderungan suatu zat untuk mengalami degradasi atau perubahan fisik selama penyimpanan. Ketidaksesuaian antara pelarut dan zat terlarut dapat mempercepat proses degradasi oksidatif atau hidrolitik, yang pada akhirnya menurunkan potensi obat. Oleh karena itu, studi pendahuluan mengenai kompatibilitas pelarut-zat terlarut menjadi tahapan wajib dalam pengembangan formulasi.

Dari sisi biofarmasetika, interaksi ini berdampak pada seberapa cepat dan seberapa banyak zat aktif dilepaskan dari sediaan dan diserap ke dalam sistem sistemik. Pelarut yang mampu membentuk kompleks atau mikroemulsi, misalnya, dapat meningkatkan kelarutan zat aktif secara signifikan dan memperbaiki profil bioavailabilitas, terutama untuk rute pemberian oral dan parenteral.

Dengan kompleksitas interaksi yang terjadi, farmasis dituntut untuk tidak hanya menguasai aspek kimia fisikanya, tetapi juga memiliki pemahaman mendalam tentang perilaku molekul dalam lingkungan pelarut tertentu. Pendekatan berbasis ilmu seperti solubility parameter theory, Hansen solubility parameters, hingga quantum chemistry simulation kini digunakan untuk memprediksi dan mengoptimalkan interaksi ini secara lebih presisi dan efisien.

Secara keseluruhan, interaksi antara pelarut dan zat terlarut bukanlah sekadar fenomena kimia biasa, melainkan suatu fondasi ilmiah yang menentukan keberhasilan sebuah sediaan farmasi dalam memberikan manfaat terapetik yang optimal kepada pasien.

By :  Kelompok 1 Prodi D3 Farmasi 

Apa itu Suspensi dan Emulsi?

18 April 2021 16:22:01 Dibaca : 2667

Tahu gak sih? Sediaan cair yang sering kita beli di Apotek ketika kita dalam keadaan sakit itu ada banyak jenisnya loh, mungkin dari kita hanya tahu dengan Istilah "Sirup" . Ternyata sediaan cair itu bukan hanya sirup saja. Suspensi dan Emulsi pun termasuk dalam sediaan cair. 

Yuk, Langsung saja dibaca Sediaan Emulsi dan Suspensi lewat majalah (Prototype) yang dibuat oleh Teman-teman mahasiswa Program Studi D3 Jurusan Farmasi Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Negeri Gorontalo 

List majalah Suspensi dan Emulsi

majalah 1 download disini

majalah 2 download disini

majalah 3 download disini

majalah 4 download disini

majalah 5 download disini

untuk majalah-majalah kefarmasian lainnya, dapat dibaca di disini

 

 

 

Cara Pembuatan Obat yang Baik

14 April 2021 12:39:00 Dibaca : 623

Membuat obat agar bisa diterima oleh konsumen, bukanlah hal yang mudah, semua harus sesuai dengan persyaratan yang berlaku.Melalui tugas kuliah teknologi sediaan steril, Mahasiswa Farmasi angkatan 2018, merangkum beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam tatacara ataupun pedoman untuk membuat obat agar menghasilkan obat yang bermutu, aman dan berkualitas. 

Versi majalahnya dapat di baca dengan Klik disini (Majalah No.14)

 

Majalah Kefarmasian (Farmasi UNG)

14 April 2021 06:40:29 Dibaca : 383

Budaya literasi sangatlah penting diterapkan dalam lingkup pendidikan terutama di lingkungan kampus yang merupkan pusat ilmu pengetahuan. Tingkat literasi suatu negara sangat sangat erat kaitannya dengan kemajuan dan tingkat perekonomian suatu negara. Peningkatan kualitas suatu bangsa sesungguhnya bertumpu pada peningkatan kualitas sumber manusianya dan hanya akan dapat dicapai salah satunya melalui penekanan pada pentingnya pendidikan. Ujung tombak dari dunia pendidikan adalah budaya literasi.

Untuk terus meningkatkan budaya literasi di lingkungan kampus UNG, saat ini Jurusan Farmasi terus menggalakan kegiatan-kegiatan yang mampu untuk meningkatkan minat mahasiswa dibidang literasi, salah satunya dengan mengemas kegiatan literasi ini dengan program-program yang menarik. Sebagai salah satu contoh adalah program Pembuatan Majalah Farmasi yang digagas oleh dosen muda Farmasi UNG, bpk. Moh. Aprianto Paneo, M.Farm, Apt dan beberapa dosen lainnya.

Beberapa majalah dapat di baca langsung dengan Klik Link Berikut