SISTEM KEKERABATAN MASYARAKAT BALI DALAM NOVEL TARIAN BUMI KARYA OKA RUSMINI (KAJIAN ANTROPOLOGI SASTRA)
This study aims to describe the kinship system of Balinese from the novel Tarian Bumi by Oka Rusmini which uses literary anthropology approach. In analyzingthe cultural elements particularly the kinship system of the Balinesein the novel, this study uses descriptive,interpretative method by presenting it in description technique. The data were collectedfrom reading and note-taking technique,and these were further analyzedusing literary anthropology approach with content analysis model. Content analysis was donethrough inference, analysis, validity,and reliability. The results reveal that the Balinese practice the patrilineal and one-caste kinship system. This relationship is clearly illustratedby Telaga, a descendant ofBrahmin strata, who married to a Sudra man.The marriage brought in disgrace,and a catastrophefor the family. Telaga opposed the one-caste marriage systemby marrying a man who was not a descendant of the Brahmins. As a result, Telagawasexpelledfrom her‘Dadia’ (Brahmin’s family temple). Telaga followed her husband as a Sudra woman along with her descendants because of the patrilineal kinship system that governs the lives of the Balinese. In conclusion, the kinship system of the Balinese from the novel “Tarian Bumi” by Oka Rusmini is patrilineal, which turns to be a tradition for the Balinese in their marriage
Link:
https://jos.unsoed.ac.id/index.php/jli/article/view/252/317
INTERPRETATION OF SUTAN TAKDIR ALISJAHBANA'S NOVEL DIAN YANG TAK KUNJUNG PADAM
This study aims to uncover the implicit meaning contained in Sutan Takdir Alisjahbana’snovel Dian yang Tak Kunjung Padam through Yuri Lotman's semiotic approach. The first editionof this novel was published in 2007 by Dian Rakyat with a total of 156 pages. The method used inthis study was qualitative method. The data were collected from two sources, namely intra textualdata which was Sutan Takdir Alisjahbana’s novel Dian yang Tak Kunjung Padam and extra textualdata which were correlated to the novel. The results showed that the structure of the novel wasformed by semantic units in the form of binary oppositions which were equivalent to each other.The semantic units led to an archiseme which was a spatial form of the aristocracy view of lifenamely longing vs. hate. In the novel, the aristocracy view of life in Palembang society was placedin opposition to the structure of another view of life, the proletariat. The later was evaluated basedon the aristocracy. The codes of aristocracy and proletariat in the text of the novel were related tothose outside the text. The main semantic units of Palembang aristocracy are bilateral vs. personaland wealth vs. love.
Link:
https://ojs.unm.ac.id/retorika/article/view/13847
REPRESENTASI UNSUR-UNSUR MULTIKULTURALISME DALAM NOVEL LUKISAN TANPA BINGKAI KARYA UGI AGUSTONO J
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan representasi unsur-unsur multikultural dalam novelLukisan Tanpa Bingkai karya Ugi Agustono J. Penelitian menggunakan metode deskriptif interpretatifyakni memanfaatkan cara-cara penafsiran dengan menyajikannya dalam bentuk deskripsi. Pengumpulandata dilakukan dengan teknik baca dan catat. Teknik analisis data menggunakan model analisis konten.Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam novel Lukisan Tanpa Bingkai karya Ugi J mengandungtujuh unsur multikulturalisme, yakni: (1) solidaritas dan persaudaraan, (2) kesetaraan gender, (3)perdagangan terbuka, (4) nilai kekeluargaan, (5) penghormatan terhadap tata susila, (6) merasa cukupdalam hidup, (7) berbagi dan kontrol kekuasaan.
Link:
https://sawerigading.kemdikbud.go.id/index.php/sawerigading/article/view/1002/457
HASRAT PENGARANG DALAM NOVEL SALAH ASUHAN KARYA ABDOEL MOEIS (KAJIAN PSIKOANALISIS LACAN)
Dalam novel Salah Asuhan, tokoh Hanafi mengalami rentang waktu kehidupannya dengan kekuatan hasratnyauntuk menjadi orang yang berbeda. Tokoh Hanafi menjadi perwakilan suara pengarang terhadap berbagaipengalamannya dalam menghadapi pergaulan bersama orang Eropa. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikanhasrat pengarang yang dimanifestasikan dalam novel Salah Asuhan baik “hasrat menjadi” dan “hasrat memiliki”.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Metode analisis data yangdigunakan dalam penelitian ini adalah metode psikoanalisis Lacan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melaluitokoh Hanafi tergambar jelas bahwa hasrat pengarang adalah hasrat untuk menjadi orang Eropa dan akhirnyahasrat untuk memiliki atribut orang Eropa. Hasrat menjadi orang Eropa bagi pengarang sebenarnya untukmenolak diskriminasi orang Belanda terhadap orang Timur. Abdul Muis sebagai pengarang menginginkanuntuk berpakaian gaya Eropa karena pendidikan yang ia peroleh di Eropa, tetapi mendapat pertentangan dariorang Eropa sehingga dianggap Liyan oleh bangsa Eropa. Hal ini menunjukkan sikap diskriminasi terhadappribumi sehingga melalui tokoh Hanafi sebenarnya menggambarkan bahwa sebagai orang pribumi harus tetapmengakui dirinya sebagai orang Timur dan sebagai sebuah kritik terhadap diskriminasi orang Eropa terhadappribumi.
Link:
https://sawerigading.kemdikbud.go.id/index.php/sawerigading/article/view/1002/457
MORFOLOGI CERITA RAKYAT GORONTALO PERANG PANIPI: KAJIAN NARATOLOGI VLADIMIR PROPP
Penelitian ini mengkaji morfologi Cerita Rakyat Gorontalo Perang Panipi berdasarkan teori naratologi Propp. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur cerita rakyat Perang Panipi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan metode analisis struktural naratologi. Teknik pengumpulan data menggunakan studi pustaka (dokumentasi). Data yang telah ditemukan dianalisis menggunakan teknik analisis struktural. Diawali dengan menganalisis hasil temuan dari pembacaan heuristik dan hermeneutik terutama memfokuskan pada morfemmorfem cerita yakni fungsi pelaku yang membangun cerita menurut Vladimir Propp terdiri atas 31 fungsi pelaku. Selanjutnya dimasukan ke dalam lingkungan aksi tokoh yang akan memperjelas perilaku tokoh dalam cerita. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada dua belas fungsi naratif utama, 3 pola cerita dengan 4 lingkaran aksi dalam cerita rakyat Perang Panipi.
Link: https://journal.uwks.ac.id/index.php/sarasvati/article/viewFile/1741/1117