TABLE TOP: INOVASI SIMULASI BENCANA

07 February 2021 13:44:18 Dibaca : 2541 Kategori : Keperawatan Bencana

Pada dasarnya kegiatan simulasi adalah kegiatan yang dilakukan seolah sebagai suatu kegiatan yang nyata dengan maksud untuk menguji sesuatu. Simulasi tanggap bencana merupakan merupakan alat atau instrumen untuk menguji tingkat pengetahuan, pemahaman, respon dan tindakan warga ketika akan, saat dan pasca terjadi bencana. Inovasi simulasi bencana dapat dilakukan melalui simulasi table top, dengan memanfaatkan peralatan yang cukup sederhana namun sangat mirip dengan kondisi nyata di lapangan sehingga bisa memvisualisaikan gambaran kejadian bencana yang nyata.

Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Negeri Gorontalo dibekali kemampuan dalam penanganan bencana pada semua fase. Hal ini merupakan Tujuan Pembelajaran dari Mata Kuliah Keperawatan Bencana yang diampuh oleh dr. Ivan Virnanda Amu, M.Kes, Sp.PD, Ns. Ibrahim Suleman, M.Kep, Ns. Zulkifli B. Pomalango, M.Kep dan Ns. Abd.Wahab Pakaya, M.Kep sebagai team teaching mata kuliah keperawatan bencana.

Proses belajar mengajar minggu terakhir MK Keperawatan Bencana yang dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 17 Desember 2019 bertempat di Selasar Gedung Keperawatan UNG. Kegiatan ini dilaksanakan di luar kelas agar bisa memberikan informasi kepada mahasiswa yang lain, terkait bagaimana penanganan bencana.

Mahasiswa melakukan simulasi kelompok penanganan bencana dengan berbagai penyebab bencana yang meliputi: Bencana Gunung meletus, tanah longsor, tsunami, banjir, kebakaran dan gempa bumi menggunakan media pembelajaran Table Top.

Table top yang disiapkan sangat inovatif, dimana mereka memanfaatkan peralatan yang cukup sederhana namun sangat mirip dengan kondisi nyata di lapangan sehingga bisa memvisualisaikan gambaran kejadian bencana yang nyata. Pada saat presentasi mahasiswa mensimulasikan kejadian bencana dengan menjelaskan secara detail dan rinci tentang penanganan pra bencana, saat bencana, meliputi antara lain: penyebab, penetapan status bencana, penetapan zona bencana, pembagian tugas dan wewenang para penolong, komunikasi dan koordinasi antar sektor, penetapan collecting area, triage & treatment sesuai masalahnya, evakuasi dan rujukan, sistem pendokumentasian standar pada saat bencana.