KATEGORI : PUISI

Suara Pena

08 May 2024 16:24:28 Dibaca : 13

Di tengah gemuruh dunia yang terus berputar, Pena ini tetap setia menari di atas kertas putih. Menulis—bukan sekadar keinginan, Tetapi panggilan yang memaksa untuk disuarakan.

Setiap kata adalah doa yang terucap, Setiap kalimat adalah harapan yang tergores. Mengapa menulis? Karena dunia butuh suara, Suara yang bisa mengubah, menginspirasi, merangkul.

Dalam kata-kata tersembunyi kekuatan, Untuk mengubah pandangan, menggerakkan hati yang beku. Menulis bukanlah pilihan, tetapi tanggung jawab, Untuk menyuarakan yang tak terdengar, yang terlupakan.

Pena ini adalah inspirasi Mengubah pikiran menjadi tindakan. Dengan menulis, kita membangun jembatan, Antara yang hilang dan yang ditemukan, antara yang terlupakan dan yang diingat.

Tidak pernah ada waktu yang tepat, Tapi sekarang adalah saat yang paling tepat. Jangan menunggu kata-kata sempurna, Tulislah sekarang, karena dunia butuh suaramu.

Maka, tulislah dengan penuh urgensi, Biarkan pena ini menjadi alatmu. Menulislah, karena suara-mu penting, Dalam keheningan, dalam kebisingan, tulislah.

 

 

 

 

 

 

Membaca, Ibadah Hati.

08 May 2024 16:04:09 Dibaca : 10

Dalam sunyi hati, buku terbuka luas, Setiap kata, setiap baris, seruan suci. Membaca—ibadah hati yang tak terlihat, Dimana jiwa menunduk, dalam hening mengerti.

Lembar demi lembar, sujud pikiran, Di atas sajadah kertas, di bawah langit ilmu. Membaca, merenungi, memahami, hakikat kehidupan

Kata-kata menjadi zikir, memori menjadi tasbih, Setiap huruf, titik ibadah kepada-Nya. Membaca—menghubungkan langit dan bumi, Mengaitkan manusia dengan rahasia semesta.

 

 

 

 

 

 

 

Pintu Pengetahuan

08 May 2024 16:00:08 Dibaca : 13

Tinta sebagai Saksi

Dalam diam, pena berbicara, Menyuratkan ilmu pada lembaran tak bernada. Tinta menjadi sungai yang mengalir jernih, Membawa pengetahuan, dari satu jiwa ke jiwa lain.

Menulis—aksi mulia berbagi cahaya, Di antara kegelapan dunia yang terpecah. Setiap kata yang tertulis, jembatan yang dibangun, Menghubungkan pikiran, mengikat peradaban.

Dari tangan ini, ke tangan yang lain, Ilmu berpindah, melalui kata yang terukir. Buku-buku menjadi kapal, Mengarungi samudra waktu, berlabuh di pelabuhan baru.

Bukan sekedar huruf yang tersusun, Namun warisan yang tak lekang oleh zaman. Menulis, kita menanam pohon, Yang akan memberi naungan, buah pengetahuan.

Di sini, di antara baris dan margin, Kita meninggalkan jejak lebih dari sekadar tinta. Kita menabur benih, yang akan tumbuh, Menjadi hutan belantara wawasan untuk semua.

Mari, tuliskan ilmu, sebarkan luas, Agar esok, dunia lebih bijak dari hari ini. Melalui pena, kita bicara lintas masa, Menulis, bukan hanya berarti, namun berarti bagi masa.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kata dalam Pena

Menulis—mengukir keindahan dalam diam, Bukan sekadar mencorat-coret pada kanvas putih. Namun menggores luka, menggambar bahagia, Menangis dan tertawa, dalam tarian huruf yang abadi.

Tinta pena, lebih dari sekedar warna hitam atau biru, Ia adalah darah yang mengalir dari jantung, Memompa kehidupan ke dalam kata-kata yang mati, Memberi mereka makna, memberi mereka suara.

Melalui pena, kita bicara ke masa lalu, Menyapa masa depan, merangkul masa kini. Menulis, bukan hanya menorehkan tinta, Tetapi memetik bintang, menghidupkan mimpi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Membaca, langkah pertama di jalan pengetahuan, Menyusuri lorong-lorong waktu, menapaki taman kebijaksanaan.

Buku—kapal penjelajah yang berani, Melintasi lautan luas, menembus batas-batas imaji. Dalam genggaman tangan, kita memegang kunci, Untuk membuka dunia, untuk mengerti misteri.

Membaca bukan sekedar melihat huruf berbaris, Tetapi dialog antara satu pikiran dengan pikiran lain. Setiap halaman, undangan untuk memahami, Setiap bab, peluang untuk berubah, untuk bertumbuh lagi.

Di taman buku, kita tidak pernah sendiri, Berjalan bersama penulis, bersama pemikir dari segala abad. Membaca, kita berbicara dengan para bijak, Menyerap esensi kehidupan, memadukan ilmu dan hikmat.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kata dalam Pena

08 May 2024 15:57:01 Dibaca : 56

Tinta sebagai Saksi

Dalam diam, pena berbicara, Menyuratkan ilmu pada lembaran tak bernada. Tinta menjadi sungai yang mengalir jernih, Membawa pengetahuan, dari satu jiwa ke jiwa lain.

Menulis—aksi mulia berbagi cahaya, Di antara kegelapan dunia yang terpecah. Setiap kata yang tertulis, jembatan yang dibangun, Menghubungkan pikiran, mengikat peradaban.

Dari tangan ini, ke tangan yang lain, Ilmu berpindah, melalui kata yang terukir. Buku-buku menjadi kapal, Mengarungi samudra waktu, berlabuh di pelabuhan baru.

Bukan sekedar huruf yang tersusun, Namun warisan yang tak lekang oleh zaman. Menulis, kita menanam pohon, Yang akan memberi naungan, buah pengetahuan.

Di sini, di antara baris dan margin, Kita meninggalkan jejak lebih dari sekadar tinta. Kita menabur benih, yang akan tumbuh, Menjadi hutan belantara wawasan untuk semua.

Mari, tuliskan ilmu, sebarkan luas, Agar esok, dunia lebih bijak dari hari ini. Melalui pena, kita bicara lintas masa, Menulis, bukan hanya berarti, namun berarti bagi masa.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kata dalam Pena

Menulis—mengukir keindahan dalam diam, Bukan sekadar mencorat-coret pada kanvas putih. Namun menggores luka, menggambar bahagia, Menangis dan tertawa, dalam tarian huruf yang abadi.

Tinta pena, lebih dari sekedar warna hitam atau biru, Ia adalah darah yang mengalir dari jantung, Memompa kehidupan ke dalam kata-kata yang mati, Memberi mereka makna, memberi mereka suara.

Melalui pena, kita bicara ke masa lalu, Menyapa masa depan, merangkul masa kini. Menulis, bukan hanya menorehkan tinta, Tetapi memetik bintang, menghidupkan mimpi.

 

 

 

 

 

 

 

 

Tinta sebagai Saksi

08 May 2024 15:50:37 Dibaca : 13

Dalam diam, pena berbicara, Menyuratkan ilmu pada lembaran tak bernada. Tinta menjadi sungai yang mengalir jernih, Membawa pengetahuan, dari satu jiwa ke jiwa lain.

Menulis—aksi mulia berbagi cahaya, Di antara kegelapan dunia yang terpecah. Setiap kata yang tertulis, jembatan yang dibangun, Menghubungkan pikiran, mengikat peradaban.

Dari tangan ini, ke tangan yang lain, Ilmu berpindah, melalui kata yang terukir. Buku-buku menjadi kapal, Mengarungi samudra waktu, berlabuh di pelabuhan baru.

Bukan sekedar huruf yang tersusun, Namun warisan yang tak lekang oleh zaman. Menulis, kita menanam pohon, Yang akan memberi naungan, buah pengetahuan.

Di sini, di antara baris dan margin, Kita meninggalkan jejak lebih dari sekadar tinta. Kita menabur benih, yang akan tumbuh, Menjadi hutan belantara wawasan untuk semua.

Mari, tuliskan ilmu, sebarkan luas, Agar esok, dunia lebih bijak dari hari ini. Melalui pena, kita bicara lintas masa, Menulis, bukan hanya berarti, namun berarti bagi masa.