PENILAIAN TRAUMA BERDASARKAN FUNGSI FISIOLOGIS
Trauma adalah penyebab ketiga Kematian dan kecacatan di seluruh dunia, terutama pada negara berkembang. Pemantauan berulang dan sistematis dapat digunakan sebagai identifikasi awal perbaikan atau penurunan kualitas. Beberapa sistem penilaian dirancang untuk memperkirakan probabilitas kelangsungan hidup. Penilaian ini membantu tenaga kesehatan menentukan tingkat keparahan pasien trauma.
Ada tiga jenis sistem penilaian trauma. Jenis pertama didasarkan pada anatomi; itu tergantung pada deskripsi cedera. Yang kedua didasarkan pada fisiologi. Amati dan ukur tanda-tanda vital untuk mengetahui derajat penurunan fisiologis akibat cedera. Kategori ketiga adalah kombinasi dari sistem penilaian anatomis dan fisiologis. Adapun penilaian trauma berdasarkan fungsi fisiologis terhadap kelangsungan hidup pasien dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Ukuran | Skor Numerik | Kemungkinan Selamat | |
Total Skor | Persentase Pasien Selamat | ||
Tekanan darah sistolik (mmHg) >89 76-89 50-75 1-49 0 |
4 3 2 1 0 |
12
11
10 |
99,5%
96,9%
87,9% |
Laju pernafasan (Inspirasi spontan/menit) 10-29 >29 6-9 1-5 0 |
4 3 2 1 0 |
9 8
7 6 |
76,6% 66,7%
63,6% 63% |
Pasien mulai bernafas sendiri, tidak menggunakan ventilasi mekanik Skor skala koma Glasgow 13-15 9-12 6-8 4-5 3 |
4 3 2 1 0 |
5
3 atau 4 2
1
0 |
45,5%
33,3% 28,6%
25%
3,7% |
Sumber :
Buku Ajar Keperawatan Gawat Darurat pada Kasus Trauma
PENATALAKSANAAN KEGAWATDARURATAN TRAUMA THORAX/ DADA
A. Pengertian
Trauma dada adalah trauma tajam atau tembus yang dapat menyebabkan tamponade jantung, perdarahan, pneumothoraks, hematothoraks, hematoma pneumothoraks.
B. Etiologi dan Klasifikasi
- Tamponade jantung : Disebabkan luka tusuk dada yang tembus ke mediastinum/ daerah jantung
- Hematotoraks : Disebabkan luka tembus toraks oleh benda tajam, traumatik atau spontan
- Pneumothoraks : Disebabkan oleh trauma, Insersi CVP, penggunaan ventilasi dengan tekanan positif
PANDUAN RJP BAGI TENAGA KESEHATAN
Resusitasi Jantung Paru (RJP) merupakan pelayanan kesehatan yang mengembalikan kesadaran, meresusitasi atau mempertahankan hidup seseorang yang mengalami henti jantung atau henti nafas. Tujuan dilakukannya RJP, yakni untuk mencegah kerusakan otak dan kematian ketika seseorang mengalami henti jantung
Metode RJP | Rasio Kompresi/ Ventilasi | Kecepatan Kompresi (Menit) | Kedalaman Kompresi | Pemeriksaan Denyut (Arteri) | Posisi Tangan saat Kompresi |
Dewasa, 1 penolong | 30:2 | 100-120 kali | Minimal 2 inci (5cm) | Karotis | Tumit 2 telapak tangan pada bagian tengah dada diantara garis puting |
Dewasa, 2 penolong | 30:2 | 100-120 kali | Minimal 2 inci (5cm) | Karotis | Tumit 2 telapak tangan pada bagian tengah dada diantara garis puting |
Anak, 1 penolong | 30:2 | 100-120 kali | Minimal 1/3 kedalaman dada, sekitar 2 inci (5cm) | Karotis atau femoralis | Tumit 1 atau 2 telapak tangan pada bagian tengah dada diantara garis puting |
Anak, 2 penolong | 15:2 | 100-120 kali | Minimal 1/3 kedalaman dada, sekitar 2 inci (5cm) | Karotis atau femoralis | Tumit 1 atau 2 telapak tangan pada bagian tengah dada diantara garis puting |
Bayi, 1 penolong | 30:2 | 100-120 kali | Minimal 1/3 kedalaman dada, sekitar 1,5 inci (4 cm) | Brakialis | 2 jari pada bagian tengah dada, tepat di bawah garis puting |
Bayi, 2 penolong | 15:2 | 100-120 kali | Minimal 1/3 kedalaman dada, sekitar 1,5 inci (4 cm) | Brakialis | Teknik 2 ibu jari tangan melingkar pada bagian bawah sternum ketiga |
Sumber : Panduan Klinis BLS, ACLS dan PALS