PENILAIAN NYERI DI INSTALASI GAWAT DARURAT
Untuk memudahkan dalam penilaian nyeri, dapat menggunakan akronim PAIN
P – Place or site of pain : Kaji lokasi nyeri yang dirasakan pasien, minta pasien untuk menyampaikan atau menunjuk area yang sakit
A – Aggravating factors : Kaji faktor yang memberatkan. Tanyakan onset nyeri yang dirasakan dan apakah diperburuk oleh aktivitas fisik, apakah menghilang jika istirahat
I– Intensity, Nature & Duration : Kaji intensitas, sifat dan durasinya. Kaji atau tanyakan kepada pasien tentang tingkat atau skor nyeri yang dirasakan. Skala nyeri dapat diukur menggunakan beberapa alat ukur, yakni
- NRS (Numeric Ratting Scale): cara mengkaji nyeri secara subjektif yang sering digunakan. Metode yang digunakan adalah angka 0-10, dengan menggunakan NRS kita dapat menentukan tingkat/derajat nyeri pasien dimana 0 (tidak ada nyeri), 1-4 (nyeri ringan), 5-6 (nyeri sedang), 7-10 (nyeri berat).
- Modified Wong-Baker Faces Scale : Instrumen pengkajian nyeri ini biasanya digunakan pada pasien anak-anak kurang dari 12 tahun. Pengkajian nyeri dipusatkan pada ekspresi wajah yang terdiri dari enam animasi wajah, dari ekspresi tersenyum, kurang bahagia, sedih, dan wajah penuh air mata (rasa sakit yang paling buruk).
- FLACC (Face, Legs, Activity, Cry, and Consolability) Scale: Pengkajian nyeri untuk anak umur dibawah 4 tahun, yang terdiri dari item wajah, kaki, aktivitas, tangisan, dan kenyamanan. Instrumen ini dapat digunakan pada orang dewasa yang mengalami gangguan komunikasi verbal. Hasil FLACC dapat ditentukan dengan skor 0 (nyaman), 1-3 (ringan), 4-6 (sedang) dan 7-10 (berat).
- Critical-Care Pain Observasion Tool (CPOT) merupakan instrumen pengkajian nyeri yang terdiri dari 4 item penilaian yakni ekspresi wajah, pergerakan badan, tegangan otot dan keteraturan dengan ventilator (pasien terintubasi) dan tidak terintubasi. Total skor CPOT adalah 8 (semakin tinggi skor yang didapat mengindikasikan tingkat nyeri yang dialami pasien).
Early Warning Score System (EWSS)
Sistem peringatan dini di rumah sakit berupa rangkaian sistem komunikasi informasi, dimulai dari deteksi awal, dilanjutkan dengan pengambilan keputusan untuk penanganan berikutnya. Penilaian pada sistem peringatan dini ini menggunakan skor yang disebut Early Warning Score. EWS yang umumnya digunakan adalah National Early Warning System (NEWS).
NEWS adalah sistem penilaian kumulatif yang menstandarkan penilaian tingkat keparahan penyakit akut yang dikembangkan pertama kali pada tahun 2012. Alat sederhana yang saat ini sudah digunakan hampir di seluruh rumah sakit, yang penilaian skoringnya dihitung dari tanda-tanda vital pasien.
Manfaat EWS, yakni :
- Sistem EWS untuk deteksi dini penyakit akut dengan mengukur parameter fisiologis spesifik dengan format standar
- Sistem penilaian standar untuk menentukan tingkat keparahan penyakit untuk mendukung pengambilan keputusan klinis yang konsisten dan respons klinis yang tepat
- Standardisasi pelatihan dalam pendeteksian penyakit akut dan manajemen pasien yang mengalami penurunan secara klinis
- Adopsi sistem penilaian standar di seluruh rumah sakit, tidak hanya dalam konteks perburukan klinis akut tetapi juga untuk pemantauan terus-menerus dari semua pasien
Mengingat pentingnya mengenali kegawatan secara dini telah dikembangkan sistem deteksi dini (Early Warning System) dan resusitasi yang optimal (aktivasi code blue) yang terintegrasi dalam rantai keselamatan pasien “Chain of survival”
Standar prosedur operasional untuk pelaksanaan EWS dapat diunduh pada link berikut, Standar Prosedur Operasional pelaksanaan EWS
Pengembangan EWS yang saat ini digunakan adalah National Early Warning System (NEWS) 2, dengan pengukuran parameter dibawah ini :
Penambahan pada NEWS 2, yakni penambahan level penanganan, parameter lebih rinci dengan rentang yang jelas, adanya saturasi oksigen skala 2 untuk pasien dengan kondisi khusus, misalnya dengan target saturasi oksigennya 88-92%, contohnya pada gagal nafas hiperkapnia (Sesuai dengan hasil kolaborasi tim medis). Berikutnya, penambahan keadaan gelisah pada level kesadaran.
EWS untuk Pasien Covid-19
Modifikasi EWS dewasa pada masa pandemi Covid-19, yakni pada penambahan usia dan pengkategorian pasien.
Respon terhadap hasil pengkajian Early Warning System Score pada pasien dewasa Covid-19
Sumber :
- DPP HIPGABI
- Liao, X., Wang, B., & Kang, Y. (2020). Novel coronavirus infection during the 2019–2020 epidemic: preparing intensive care units—the experience in Sichuan Province, China. Intensive care medicine, 46(2), 357-360.
TRIAGE DI UNIT GAWAT DARURAT
Triage merupakan proses pemilahan dan klasifikasi pasien untuk menentukan prioritas kebutuhan dan penentuan tempat perawatan yang sesuai. Adapun triage yang saat ini dilakukan di rumah sakit, yakni :
1. Triage sehari-hari
Pada triage yang sehari-hari dilakukan, tingkat kegawatdaruratan pasien, senantiasa dinilai berdasarkan penilaian primary survey yang terdiri atas airway, breathing, circulation, disability dan eksposure. Adapun triase 5 level yang sering digunakan, yakni Australian Triage Scale (ATS), Canadian Emergency Department Triage and Acuity Scale (CTAS), Manchester Triage Scale (MTS), dan Emergency Severity Index (ESI).
- Prioritas 1 (Resuscitation) : Kondisi pasien yang mengancam nyawa dan memerlukan penanganan yang agresif/segera
- Prioritas 2 (Emergent) : Kondisi pasien yang berpotensi mengancam nyawa, dan / atau anggota tubuh beserta fungsinya, dan membutuhkan intervensi medis segera (waktu tunggu pasien – 15 menit)
- Prioritas 3 (Urgent) : Kondisi pasien yang dapat berpotensi menyebabkan kegawatan dan membutuhkan penanganan yang cepat (waktu tunggu < 30 menit)
- Prioritas 4 (Less Urgent) : Kategori pasien dengan resiko rendah untuk terjadinya perburukan kondisi saat pasien menunggu Treatment (waktu tunggu < 60 menit)
- Prioritas 5 (Non Urgent) : Kondisi pasien yang stabil dan cukup aman untuk menunggu tindakan selanjutnya (waktu tunggu < 120 menit)
2. Triage pada masa pandemi covid-19
Triage pada masa pandemi covid-19, pemilahan dan klasifikasi pasien untuk menentukan prioritas kebutuhan dan penentuan tempat perawatan yang sesuai menggunakan indikator tingkat kegawatdaruratan berdasarkan penilaian primary survey yang terdiri atas airway, breathing, circulation, disability eksposure dan penilaian tingkat virulensi pasien berdasarkan indikator EWS Screening Covid-19. Hal yang perlu diketahui dalam EWS Screening Covid 19, yakni :
- EWS screening COVID-19 memungkinkan tenaga kesehatan untuk mendeteksi lebih cepat dan relatif lebih akurat pada pasien yang dicurigai COVID-19
- EWS sreening covid-19 berbeda dengan EWS monitoring Covid-19
- Parameter yang digunakan pada EWS Screening Covid-19, yakni :
3. Algoritma Triage pada masa pandemi
Tim ilmiah Gugus Tugas Covid-19 DPP HIPGABI sangat merekomendasikan pemisahan alur pelayanan dan ruangan antara pasien dengan keluhan ISPA dan non ISPA.
a. Pengkajian di Triase Primer : Tujuannya untuk emilahan pasien berdasarkan riwayat dan keluhan terkait ISPA
b. Pengkajian di Triase Sekunder : Tujuannya untuk pemilahan pasien berdasarkan tingkat kegawatdaruratan dan tingkat virulensi pasien
Algoritme Triase pada masa covid-19 dapat di download pada link berikut : Algoritme Triase pada Masa Covid-19 di Instalasi Gawat Darurat
Dapat disimpulkan bahwa :
Triage pada masa pandemi COVID-19 harus memasukan penilaian awal terkait tingkat virulensi pasien menggunakan EWS screening COVID-19
EWS screening COVID-19 tidak menggantikan triage sehari-hari yang telah dilakukan di IGD hanya menambah elemen kewaspadaan pada proses triage
Proses triage pandemi yang efektif dapat mencegah transmisi virus penyebab COVID-19 ke pasien dan tenaga kesehatan
Sumber : DPP Hipgabi
PENILAIAN TRAUMA BERDASARKAN FUNGSI FISIOLOGIS
Trauma adalah penyebab ketiga Kematian dan kecacatan di seluruh dunia, terutama pada negara berkembang. Pemantauan berulang dan sistematis dapat digunakan sebagai identifikasi awal perbaikan atau penurunan kualitas. Beberapa sistem penilaian dirancang untuk memperkirakan probabilitas kelangsungan hidup. Penilaian ini membantu tenaga kesehatan menentukan tingkat keparahan pasien trauma.
Ada tiga jenis sistem penilaian trauma. Jenis pertama didasarkan pada anatomi; itu tergantung pada deskripsi cedera. Yang kedua didasarkan pada fisiologi. Amati dan ukur tanda-tanda vital untuk mengetahui derajat penurunan fisiologis akibat cedera. Kategori ketiga adalah kombinasi dari sistem penilaian anatomis dan fisiologis. Adapun penilaian trauma berdasarkan fungsi fisiologis terhadap kelangsungan hidup pasien dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Ukuran | Skor Numerik | Kemungkinan Selamat | |
Total Skor | Persentase Pasien Selamat | ||
Tekanan darah sistolik (mmHg) >89 76-89 50-75 1-49 0 |
4 3 2 1 0 |
12
11
10 |
99,5%
96,9%
87,9% |
Laju pernafasan (Inspirasi spontan/menit) 10-29 >29 6-9 1-5 0 |
4 3 2 1 0 |
9 8
7 6 |
76,6% 66,7%
63,6% 63% |
Pasien mulai bernafas sendiri, tidak menggunakan ventilasi mekanik Skor skala koma Glasgow 13-15 9-12 6-8 4-5 3 |
4 3 2 1 0 |
5
3 atau 4 2
1
0 |
45,5%
33,3% 28,6%
25%
3,7% |
Sumber :
Buku Ajar Keperawatan Gawat Darurat pada Kasus Trauma
PENATALAKSANAAN KEGAWATDARURATAN TRAUMA THORAX/ DADA
A. Pengertian
Trauma dada adalah trauma tajam atau tembus yang dapat menyebabkan tamponade jantung, perdarahan, pneumothoraks, hematothoraks, hematoma pneumothoraks.
B. Etiologi dan Klasifikasi
- Tamponade jantung : Disebabkan luka tusuk dada yang tembus ke mediastinum/ daerah jantung
- Hematotoraks : Disebabkan luka tembus toraks oleh benda tajam, traumatik atau spontan
- Pneumothoraks : Disebabkan oleh trauma, Insersi CVP, penggunaan ventilasi dengan tekanan positif