KATEGORI : Inovasi Pembelajaran

Model CIPP / Model Integrasi Konteks, Input, Proses, Produk ialah cara evaluasi yang dibuat oleh Daniel L. Stufflebeam, dipakai agar menilai suatu program secara luas, dari kebutuhan dasar hingga hasil akhir. Cara ini sering dipakai di dunia pendidikan karena memberi landasan kuat untuk menilai suksesnya program tertentu. Evaluasi CIPP tak hanya lihat hasil akhir, tapi juga latar belakang kegiatan, kesiapan modal, jalannya kegiatan, dan apa yang dihasilkan. Cara ini penting untuk para dosen, peneliti, dan pengelola program pendidikan yang ingin evaluasi terstruktur serta didukung data.

Saat dipakai, model CIPP sangat berguna untuk menilai beragam program di kampus. Contohnya terlihat pada mata kuliah "Pengantar Ilmu Ekonomi" oleh tim dosen universitas, agar mutu belajar meningkat. Evaluasi dimulai dari konteks, yaitu mengenali kebutuhan siswa dan hubungan mata kuliah dengan tujuan belajar program studi. Survei awal dan obrolan dengan lulusan mengarah bahwa siswa butuh dasar ekonomi yang bisa dipakai agar menganalisis kejadian ekonomi sehari-hari. Jadi, kurikulum mata kuliah tak hanya teori klasik, tapi juga masalah seperti inflasi, pengangguran, dan kebijakan fiskal di Indonesia. Menilai konteks penting sebab bisa mencakup hubungan kurikulum dengan kebutuhan siswa dan pasar kerja, juga tantangan sosial serta budaya yang pengaruhi belajar.

Lalu, evaluasi masukan atau Input dipakai agar nilai rencana serta kesiapan modal dalam jalankan program studi. Tim pengampu nilai Rencana Belajar Semester (RPS), materi ajar digital, kemampuan dosen, serta alat belajar yang dipakai. Hasilnya, meski materi cukup baik, media interaktif masih kurang. Maka, dosen tambah video belajar dan latihan interaktif lewat platform e-learning universitas. Nilai masukan penting agar program punya dasar yang kuat terkait cara belajar, kesiapan pengajar, fasilitas, dan pengaturan dana.

Tahap selanjutnya yaitu evaluasi proses, yaitu nilai jalannya program yang sebenarnya. Dalam kuliah ini, evaluasi lewat pengamatan di kelas dan kuesioner kepuasan siswa. Saat belajar, dosen gabungkan diskusi kasus dan kuis online agar siswa lebih aktif. Hasil pengamatan tunjukkan siswa lebih aktif dibanding semester lalu. Tapi, ada masalah teknis, seperti koneksi internet yang kurang stabil pada siswa di daerah. Evaluasi proses berguna agar nilai apakah jalannya program sesuai rencana dan kenali kendala yang dihadapi.

Tahap akhir ialah penilaian produk, yang ukur seberapa jauh tujuan belajar tercapai. Dalam penilaian ini, info didapat dari nilai akhir siswa, tanggapan lewat kuesioner, serta hasil ujian reflektif di akhir semester. Didapati bahwa sekitar 85% siswa capai standar belajar minimum (CPMK) dengan paham konsep ekonomi yang baik. Selain itu, siswa bisa buat analisis sederhana tentang masalah ekonomi lokal sebagai tugas akhir mata kuliah. Tapi, evaluasi juga ungkap pentingnya tingkatkan kemampuan literasi data dalam belajar. Maka, tim dosen usul tambah materi statistik ekonomi dasar pada semester depan. Dalam evaluasi CIPP, produk dinilai tak hanya dari hasil kognitif, tapi juga perubahan sikap, keterampilan, serta dampak panjangnya pada siswa. Dengan CIPP ini, evaluasi tak hanya aktivitas administratif, tapi juga bagian penting dari usaha perbaiki serta tingkatkan mutu belajar. Dosen bisa kenali kelebihan dan kekurangan mata kuliah, serta buat cara perbaikan yang lebih fokus. Dengan pakai model CIPP dalam kegiatan akademik, dosen ikut bangun budaya mutu yang terus ada di dunia pendidikan tinggi.

 

Blogroll

  • Masih Kosong