KATEGORI : Abstract 2020

Russian Journal of Agricultural and Socio-Economic Sciences, 2020, Vol. 6, No. 102, 18-28.

Nurdin1, Rayes Mochtar Lutfi2, Soemarno2, Sudarto2, Musa Nikmah3, Dunggio Muhajir3

1Doctorate Program of Agricultural Science, University of Brawijaya, Malang, Indonesia

2Department of Soil Science, Faculty of Agriculture, University of Brawijaya, Malang, Indonesia

3Department of Agrotechnology, Faculty of Agriculture, Gorontalo State University, Gorontalo, Indonesia

Abstract

Maize cultivation has been carried out on the mountainous slopes with high fertilizer inputs, but maize productivity is still low. This study investigates the effect of slope and NPK compound fertilization as well as the best combination of growth and yield of local maize, relative agronomic effectiveness (RAE) percentage and economic fertilizer effectiveness (EFE) ratio in Inceptisol Bumela Indonesia. Slope variations (0-8, 8-15, 15-35, >35%) are combined with compound NPK fertilizer levels (0, 50, 100, 150, 200 kg ha-1) with split plot design. Growth data was recorded for changes in plant height and leaves number from 7 DAP to 42 DAP, while yield and yield components are recorded at harvest. The results showed that slope and NPK compound fertilization can increase the growth and yield of maize plants. The combination of flat slopes and fertilizer level of 100 kg ha-1 was the best combination in increasing plant height and the leaves number, accelerate the age of male and female flowering flowers, cob weight, grain yield and percentage of cob weight to grain yields. This combination was also able to increase the percentage of RAE, the ratio of EFE subsidized and non-subsidized. If farmers will continue to cultivate maize on the sloping land, it was recommended to arrive at hilly land with a fertilizer level of 100 kg ha-1 only.

Keywords: Slope, fertilizer, NPK compound, growth, yield, maize.

https://doi.org/10.18551/rjoas.2020-06.03

DOAJ: https://rjoas.com/issue-2020-06/article_03.pdf

Sys Rev Pharm, 11(12), 2020: 500-509

Nurdin1, M. L Rayes2, Soemarno2, Sudarto2

1Doctorate Programe, Agriculture Faculty, Brawijaya University. Jalan Veteran Kota Malang, Jawa Timur-Indonesia. 65145

2Soil Science Departmen, Agriculture Faculty, Brawijaya University. Jalan Veteran Kota Malang, Jawa Timur-Indonesia. 65145

ABSTRACT

The challenge of composite maize developing in the future is the low productivity because the maize is grown on land that is not suitable for land quality. This study aims to determine the land quality and land characteristics that control the composite maize productivity in Gorontalo Province. A total of 33 land units were surveyed and their land observed to obtain data on morphology and soil characteristics, climate and terrain characteristics, as well as composite maize productivity data through ubinan plots and direct interviews with maize farmers. Partial least square of structural equation models (PLS-SEM) analysis has been used to determine the land quality and land characteristics that control the composite maize productivity through variable validity and reliability tests, as well as structural model tests. The results showed that the manifest variables were air temperature, rainfall, wet months, dry months, LGP, drainage, coarse materials, effective depth, pH H2O, pH KCl, C-organic, total N, available P, available K, ESP, slopes, soil erosion, inundation height, inundation time, surface rock, and rock outcrops were valid and able to explain well the latent variables. Furthermore, the latent variables were temperature, water availability, oxygen availability, nutrient retention, nutrients availability, sodicity, erosion hazard, flood hazard, and land preparation used has good composite reliability and high reliability because of the composite reliability and alpha cronbach >0.6. Land quality that controls the composite maize productivity based on the order of importance were nutrient retention, rooting media, land preparation, and nutrients availability. Meanwhile, land characteristics that control the composite maize productivity based on the order of importance were pH KCI, coarse material, rock outcrops, effective depth, surface rock, available K, and soil texture. Soil texture, effective depth, pH KCI, and available K has a positive relationship and has a significant to very significant effect on the composite maize productivity, while the content of course materials, surface rock, and rock outcrops has a negative relationship and has a significant effect on the composite maize productivity.

Keywords: Quality, characteristic, land, productivity, maize, composite.

DOAJ: https://s.id/21Zg1

Jurnal Abdi Insani, 7(3), 2020: 346-353.

Nikmah Musa, Nurdin, Yunnita Rahim

Jurusan Agroteknologi Universitas Negeri GorontaloAbstract

Desa Huntu Barat merupakan suatu kawasan yang secara geografis terletak berdekatan dengan Kota Gorontalo dan pusat ibukota Kabupaten Bone Bolango. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, Kota Gorontalo dan pusat ibukota Kabupaten Bone Bolango telah ditetapkan sebagai zona merah dan zona kuning penyebaran wabah Covid-19 sehingga hal tersebut berimbas terhadap tingginya resiko penyebaran Wabah Covid-19 di Desa Huntu Barat. Di sini yang lain, Desa Huntu Barat memiliki potensi pengembangan komoditas hortikultura sebesar 78,62% (BPS Kabupaten Bone Bolango, 2020) yang harus dioptimalkan agar tetap dapat menjadii sumber ketahanan pangan. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petani dalam pemanfaatan lahan kosong dan pekarangan rumah untuk pengembangan hortikultura di masa pandemi Covid-19. Metode pengabdian masyarakat yang digunakan adalah pemberdayaan petani dan ibu PKK melalui perencanaan pengembangan komoditas, pendampingan pemanfaatan lahan kosong, pembuatan sarana dan prasarana budidaya tanaman di pekarangan rumah, sekaligus sosialisasi dan penerapan protokol kesehatan Covid-19. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pelaksanaan program KKN Covid-19 di Desa Huntu Barat melalui kegiatan pemanfaatan lahan kosong dan pekarangan rumah tangga telah menghasilkan perencanaan pengembangan komoditas hortikultura, memanfaatkan lahan kosong untuk budidaya tanaman hortikultura, menghasilkan sarana dan prasarana budidaya hortikultura di pekarangan rumah, serta telah berhasil mensosialisasikan dan menerapkan protokol kesehatan Covid-19. Sebagai tindak lanjut dari kegiatan ini, maka disarankan perlunya pendampingan terus menerus kepada kelompok tani hortikultura dan ibu PKK baik oleh penyuluh pertanian maupun perguruan tinggi agar pengembangan komoditas hortikultura dapat berjalan secara berkelanjutan, perlu adanya ajang kompetisi dalam pembuatan gazebo dan diberikan reward agar motivasi warga dalam memanfaatkan pekarangan semakin meningkat, dan perlunya pendampingan penerapan protokol kesehatan di masa Pandemi Covid-19 sampai pada skala rumah tangga.

Keywords: Sayuran, pandemi, covid-19, pemberdayaan, petani.

Sinta 4: https://doi.org/10.29303/abdiinsani.v7i3.337

Jurnal Abdi Insani, 7(2), 2020: 225-234.

Nurdin1, Fitriah Suryani Jamin1, Siswatiana Rahim Taha2, Agustinus Moonti3, Rival Rahman1

1Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo

2Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo

3Jurusan Agribisni Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo

Abstract

Limbah pertanian, terutama jerami jagung (tebon) yang sangat melimpah dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pakan silase, tetapi masih banyak petani yang belum tahu dan belum bisa untuk membuat pakan silase tersebut. Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petani dalam pembuatan pakan silase di Kelompok Tani Rukun Sejahtera Desa Bualo Kecamatan Paguyaman Kabupaten Boalemo. Guna mencapai tujuan tersebut, maka metode pengabdian masyarakat yang digunakan adalah metode pelatihan dengan teknik ceramah dan tanya jawab, metode praktikum dan pendampingan kepada peserta, serta metode survei menggunakan instrumen kuisioner untuk menilai pengetahuan dan ketrampilan peserta dalam pembuatan pakan silase. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pelaksanaan kegiatan pelatihan dan praktek pembuatan pakan silase terbukti telah mampu memberikan peningkatan pada pengetahuan dan ketrampilan masyarakat, terutama petani tentang pakan silase dan pembuatannya. Tingkat pengetahuan petani tentang pakan silase sebelum pelatihan dilakukan mayoritas peserta pelatihan (94,4%) tidak tahu dan sangat tidak tahu tentang pakan silase. Setelah mengikuti kegiatan pelatihan, maka mayoritas peserta pelatihan (99,2%) sudah tahu dan sangat tahu tentang pakan silase. Tingkat ketrampilan petani setelah mengikuti praktek dan pendampingan pembuatan pakan silas, mayoritas (90,4%) sudah bisa dan terampil dalam membuat pakan silase. Guna tindak lanjut dari kegiatan ini, maka perlunya pendampingan terus menerus kepada kelompok tani baik oleh penyuluh pertanian maupun perguruan tinggi agar limbah jagung dan limbah pertanian lainnya dapat dimanfaatkan sebagai pakan silase; dan (perlunya pengkayaan bahan pakan silase agar kandungan nutrisi pakan silase ini lebih lengkap (komplit).

Sinta 4: Keywords: Limbah, jagung, pakan, silase, molase.

https://doi.org/10.29303/abdiinsani.v7i2.336