Kecerdasan Naturalis dan Kelestarian Lingkungan
Kecerdasan Naturalis dan Kelestarian Lingkungan
OLEH: MARYAM RAHIM
Masalah kerusakan lingkungan alam telah menjadi masalah global yang hingga saat ini menjadi perhatian dunia untuk diupayakan solusinya. Lingkungan alam telah diciptakan oleh Maha Pencipta untuk memenuhi kebutuhan manusia dan manusia telah menggunakannya secara terus menerus, oleh sebab itu kerusakan lingkungan tentu saja tidak lepas dari tanggungjawab manusia dalam penggunaan lingkungan untuk memenuhi kebutuhannya. Sebagaimana pendapat Nizaar (2022) jika dilihat dari perspektif antroposentris, di mana lingkungan dihadirkan untuk memenuhi semua kebutuhan hidup manusia maka kerusakan yang terjadi disebabkan oleh perilaku manusia yang tidak sesuai dengan keberlanjutan lingkungan hidup. Perilaku manusia semestinya sejalan dengan keberlanjutan lingkungan hidup karena lingkungan saat ini bukan hanya diperuntukkan bagi generasi sekarang, namun diperuntukkan juga bagi generasi selanjutnya.
Apabila dicermati, pada dasarnya untuk mengkaji solusi terhadap kerusakan lingkungan alam tidak lepas dari persoalan tanggung jawab manusia dalam memperlakukan lingkungan itu sendiri. Oleh sebab itu upaya yang tepat harus dimulai dari diri setiap manusia yakni dengan mengembangkan kecerdasan naturalis. Solusi ini menjadi solusi jangka panjang, sebab kecerdasan naturalis telah menyatu dengan kehidupan manusia dan senantiasa ada sepanjang kehidupan manusia. Kecerdasan naturalis adalah kemampuan dalam memperlakukan lingkungan alam secara positif, memperlakukan alam sebagai bagian dari hidup yang perlu dipelihara dan dijaga kelestariannya.
Seseorang dengan kecerdasan naturalis yang tinggi akan memiliki naluri yang kuat yang diwujudkan dalam berbagai perilaku yang dapat menjaga kelestarian lingkungan. Ia akan menjadi orang senantiasa memiliki sence of belonging of environment, yang menjadikan lingkungan sebagaimana ia memperlakukan dirinya sendiri.Dapat diasumsikan orang yang memiliki kecerdasan naturalis yang tinggi akan memiliki rasa cinta lingkungan yang tinggi pula. Oleh sebab itu pengembangan kecerdasan naturalis penting untuk menjaga kelestarian lingkungan sepanjang waktu. Hasil penelitian Anna (2016) menunjukkan adanya sumbangan sebesar 24,8% kontribusi kecerdasan naturalis terhadap sikap peduli lingkungan. Hasil penelitian Wirdianti, dkk (2020) menyimpulkan ada hubungan antara kecerdasan naturalis dengan tanggung jawab lingkungan. Hal yang sama ditemukan oleh Afifah, dkk (2021) bahwa terdapat pengaruh kecerdasan naturalis terhadap pro environmental behavior siswa. Demikian pula halnya hasil penelitian Rahmawati, dkk (2021) memberikan hasil adanya hubungan antara kecerdasan naturalis dengan sikap peduli terhadap lingkungan sekitar, dengan koefeisen determinasi sebesar 16,3%.
Penggunaan Tari dan Lagu Daerah Gorontalo dalam Layanan Bimbingan dan Konseling
Penggunaan Tari dan Lagu Daerah Gorontalo dalam Layanan Bimbingan dan Konseling
OLEH: MARYAM RAHIM
Gorontalo sebagai salah satu daerah adat dari sembilan daerah adat di Indonesia, memiliki kekayaan budaya. Kekayaan budaya tersebut antara lain tari dan lagu tradisional yang lahir dan berkembang serta digunakan oleh masyarakat Gorontalo. Menurut Rahim (2016) beberapa tarian daerah Gorontalo yang dapat dijadikan sebagai teknik layanan bimbingan dan konseling adalah:
a. Tarian Dana-Dana, tarian yang dilakukan oleh sekelompok orang, paling sedikit 2 orang. Dana-Dana adalah seni budaya asli masyarakat Gorontalo. Sejenis tari pergaulan yang secara keseluruhannya menggambarkan keakraban muda-mudi. Selain gerakannya yang dinamis dalam iringan gambus dan rebana, nuansa keakraban juga terwakili oleh syair bertemakan cinta, atau petuah-petuah pergaulan remaja.
Dalam fungsinya, tarian dana-dana bisa menjadi tari penyambutan dan tari perayaan. Sebagai tari penyambutan disajikan untuk menyambut tamu, sedangkan tari perayaan dipersembahkan saat ada perayaan tertentu, seperti pernikahan, pagelaran seni budaya, dan lain sebagainya. Dalam sejarahnya, tari dana-dana hadir pada tahun 1525 Masehi atau seiring masuknya agama Islam ke Gorontalo. Untuk pertama kalinya, tarian kerakyatan ini ditampilkan pada acara pernikahan Raja Sultan Amay dengan Putri Owotango.
Di masa awal tarian ini hanya dibawakan oleh kaum penari laki-laki saja, 2-4 orang. Hal ini berkaitan dengan ketatnya ajaran Islam dan norma adat-istiadat masyarakat Gorontalo pada waktu itu. Seiring perkembangan, akhirnya juga bisa ditarikan berpasangan dengan wanita (http://blogkulo.com diakses tanggal 18 Februari 2022).
Tarian ini dapat digunakan untuk mengembangkan kebersamaan, menumbuhkan emosi senang/bahagia, ketelitian, konsentrasi, tanggung jawab.
b.Tarian Saronde, tarian yang dilakukan oleh sekelompok orang, palin sedikit 2 orang. Tari Saronde merupakan tarian Gorontalo sebagai bagian dari rangkaian upacara perkawinan adat Gorontalo. Dulunya, tari ini menjadi media pengenalan calon istri yang diistilahkan dengan molile huali. Sang mempelai pria menari, sedangkan calon istrinya menampakkan diri sedikit agar dia bisa melihatnya.
Seiring dengan berjalannya waktu, tarian Saronde berkembang fungsinya sebagai tari hiburan yang dipertunjukkan untuk berbagai acara. Perkembangan juga terjadi pada komposisi penarinya. Saat ini, tarian ini lebih sering disajikan secara berpasangan oleh penari pria dan penari wanita.
Para penarinya mengenakan busana khas Gorontalo lengkap dengan selendang sebagai atributnya. Sekitar 3-6 pasang penari membawakan tarian ini dengan iringan musik rebana dan lagu yang khas Saronde. Gerakan pada tari ini lebih didominasi oleh ayunan tangan dan kaki (http://blogkulo.com diakses tanggal 18 Februari 2022).
Tarian ini dapat dijadikan untuk mengembangkan perilaku kerjasama, tanggung jawab, ketelitian, konsentrasi, serta emosi positif.
c. Tari Elengge, tarian yang dilakukan oleh sekelompok orang, paling sedikit 2 orang. Tari Elengge menggambarkan nuansa kegotong-royongan muda-mudi ketika bersama-sama menumbuk padi menggunakan lesung atau dalam bahasa Gorontalo disebut didingga dan anak lesung yaitu (wala’o didingga). Ketika musim panen tiba, sambil bercanda muda-mudi menumbuk padi sampai jadi beras.
Busana penarinya adalah busana rakyat. Selain didingga dan wala’o didingga, ada juga properti tari lain, yakni wontuwo (tolu). Tarian ini dibawakan oleh tiga pasang putra dan putri atau lebih. Selain iringan musik tradisional Gorontalo, ada juga syair pengiring yang berjudul “Elengge”. Tari Elengge, yang namanya diangkat dari nama bunyi alu. Di ujung alat penumbuk padi tersebut disisipkan sepotong kayu pada lubang yang dibentuk segi empat. Ketika digerakkan akan mengeluarkan bunyi yang disebut ele-elenggengiyo atau mo’elengge (http://blogkulo.com diakses tanggal 18 Februari 2022).
Tarian ini dapat digunakan untuk mengembangkan kerjasama, konsentrasi, kematangan emosi (terutama emosi gembira), taggung jawab, dan disiplin.
d. Tari Biteya. Istilah Biteya berasal dari kata bite yang berarti dayung. Biteya bisa dimaknai dayunglah sampai ke tempat tujuan. Penamaan ini berkaitan dengan apa yang digambarkan dalam tarian ini, yakni mengisahkan tentang kehidupan nelayan, mulai dari persiapan sampai pada proses penangkapan ikan.
Dalam prakteknya, tarian Biteya melibatkan 5-7 pasang penari putra dan putri. Mereka mengenakan busana kaum nelayan yang didominasi warna hitam. Mereka juga mengenakan ikat kepala, sarung di pinggang dan memakai tolu. Perpaduan musik etnis dan modern mengiringi tarian ini (http://blogkulo.com diakses tanggal 18 Februari 2022).
Tarian ini dapat digunakan untuk mengembangkan berbagai perilaku positif, seperti: kerjasama, emosi gembira, konsentrasi, tanggungjawab dan disiplin.
e. Tidi. Istilah Tidi bisa dikatakan mewakili tarian klasik dalam budaya Gorontalo. Baik busana, gerak, formasi, serta properti tariannya sarat nilai sehingga tidak boleh diubah. Jenis tarian ini ada sejak masa pemerintahan Raja Eyato atau ketika agama Islam menguat di Kerajaan Gorontalo.
Sejalan dengan falsafah adat bersendi syara’, dan syara’ bersendikan Kitabullah (Al-Quran) maka setiap bagian yang membentukan Tidi haruslah disesuaikan dengan nilai agama Islam. Harus mengandung nilai moral dan nilai pendidikan.
Sehubungan dengan nilai-nilai tersebut, dikenallah lima keterikatan. Keterikatan dalam menjalankan syariat Islam, sebagai ratu rumah tangga, kekerabatan (keluarga, tetangga, dan masyarakat), pergaulan sehari-hari. Serta keterikatan hak dan kewajiban rumah tangga (http://blogkulo.com diakses tanggal 18 Februari 2022).
Tarian ini dapat memperkenalkan kepada siswa tentang kehidupan yang berdasarkan falsafah hidup rakyat Gorontalo, yakni “adat bersendi syara’ dan syara’ bersendikan Kitabullah (Al-Quran). Di samping melalui tarian ini siswa memperoleh pemahaman tentang kehidupan dalam rumah tangga, tentang istri yang menjadi ratu rumah tangga, etika dalam pergaulan sehari-hari baik dalam keluarga, tetangga, dan masyarakat.
Rahim (2016) juga berpendapat beberapa lagu daerah Gorontalo dapat digunakan sebagai teknik bimbingan dan konseling, antara lain:
a. Hulondalo Lipu’u, yang berarti “Gorontalo negeriku”. dapat digunakan untuk membangkitkan rasa cinta, penghargaan, dan rasa hormat terhadap daerah Gorontalo.
b. Bulalo Lo Limutu, yang berarti “danau Limboto” juga dapat digunakan untuk mengembangkan rasa cinta atas kekayaan alam Gorontalo, antara lain danau Limboto.
c. Binte Biluhuta, yang berati “jagung siram”, lagu yang menggambarkan tentang makanan khas daerah Gorontalo yang bernama “Binte Biluhuta”. lagu ini dapat digunakan untuk membangkitkan apresiasi terhadap kekayaan budaya daerah Gorontalo. Di samping itu dapat mengembangkan perilaku kerjasama, sebagamana isi lagu ini yang mengandung makna meskipun terdiri dari berbagai bahan dan rempah-rempah, namun karena diolah dengan baik maka melahirkan rasa yang enak.
d. Wanu Moleleyangi, yang artinya “jika ingin pergi berkelana” jangan melupakan daerah Gorontalo yang telah ditinggalkan. Lagu ini juga bisa menggugah rasa cinta pada sanak saudara/keluarga, rasa cinta pada kampung sendiri, ataupun negeri sendiri.
Lagu-lagu pop yang berbahasa daerah Gorontalo, antara lain “ati olo ti mama” (sayang mama/ibu), “ati olo ti papa” (sayang papa/ayah, yang dapat digunakan untuk membangkitkan dan memelihara rasa cinta pada ayah dan ibu (orang tua).
Jika dicermati penggunaan tari dan lagu sebagai teknik layanan bimbingan dan konseling memiliki beberapa manfaat, yakni: (c) membantu tercapainya tujuan layanan secara efektif, yakni terbentuknya berbagai perilaku positif, (b) membangkitkan dan meningkatkan keaktifan siswa/ konseli dalam mengikuti layanan, (c) mengembangkan situasi gembira dan menyenangkan dalam layanan, dan (d) tentu saja yang tidak dapat diabaikan adalah penggunaan tari dan lagu tradisional daerah akan menjadi wahana melestarikan budaya daerah itu sendiri.
Kategori
- Masih Kosong
Arsip
Blogroll
- Masih Kosong