Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Metode Question and Answer Game (Q&AG) untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Metode Question and Answer Game (Q&AG) untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Oleh: Maryam Rahim
Layanan bimbingan dan konseling di sekolah memiliki peran penting dalam mengembangkan kompetensi siswa/konseli dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara menyeluruh dan optimal. Salah satu kompetensi penting yang perlu dikembangkan dalam layanan bimbingan dan konseling adalah kemampuan berpikir kritis, yaitu kemampuan siswa/konseli untuk menganalisis masalah, menilai informasi secara objektif, serta membuat keputusan yang tepat dan bertanggung jawab.
Untuk mengembangkan kemampuan tersebut, guru bimbingan dan konseling/konselor perlu menggunakan metode atau teknik layanan yang aktif dan kreatif. Salah satu metode/teknik tersebut adalah metode Question and Answer Game (Q&AG). Metode ini merupakan perpaduan antara strategi tanya-jawab dengan teknik permainan yang menyenangkan dan menantang. Perpaduan tersebut yang membuat metode ini akan mampu mendorong siswa/konseli berpikir secara reflektif, logis, dan terbuka terhadap berbagai sudut pandang.
Berpikir kritis dalam layanan bimbingan dan konseling bukan hanya keterampilan intelektual, tetapi juga bagian dari pembentukan kepribadian yang sehat pada diri siswa/konseli. Dalam proses bimbingan dan konseling, baik bimbingan klasikal, bimbingan kelompok, konseling kelompok, maupun konseling individual, kemampuan berpikir kritis sangat diperlukan untuk: (a) mengidentifikasi permasalahan diri dan lingkungannya, (b) memahami sebab dan dampak dari suatu perilaku, (c) menganalisis alternatif solusi, dan (d) mengambil keputusan secara sadar dan bertanggung jawab.
Menurut Ennis (1996), berpikir kritis adalah proses berpikir secara masuk akal dan reflektif yang terfokus pada apa yang harus dipercayai atau dilakukan. Dalam layanan bimbingan dan konseling, kemampuan berpikir kritis akan mendorong siswa untuk tidak serta-merta mengikuti tekanan sosial atau emosi sesaat, melainkan melakukan refleksi mendalam terhadap nilai, pilihan, dan konsekuensi dari tindakan ataupun perilakunya sebagai respon terhadap tekanan sosial yang dihadapinya, ataupun emosi yang menguasainya.
Metode Question and Answer Game (Q&AG) adalah strategi layanan yang menggabungkan metode tanya jawab dengan unsur permainan edukatif. Siswa/konseli diajak aktif bertanya, menjawab, dan mendiskusikan permasalahan tertentu melalui media atau format permainan tertentu (seperti kartu pertanyaan, dadu, papan permainan, kuis berkelompok, dan lainnya).
Metode Q&AG sebagai metode layanan bimbingan dan konseling sangat relevan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis karena:
1. Meningkatkan kesadaran diri; siswa/konseli diajak merefleksi pengalaman dan perasaannya melalui pertanyaan-pertanyaan pemantik.
2. Melatih kemampuan analisis dan evaluasi; siswa/konseli diminta membuat pertimbangan terhadap pilihan-pilihan dan kemungkinan konsekuensi dari sebuah tindakan atau perilaku.
3. Mendorong diskusi terbuka; antara siswa/konseli terjadi pertukaran pandangan yang mengasah empati, toleransi, dan rasionalitas.
4. Membangun argumentasi sehat; jawaban harus disertai alasan logis, bukan hanya pendapat pribadi.
5. Mengaktifkan keterlibatan emosional dan kognitif; permainan akan menciptakan suasana layanan yang menyenangkan namun tetap reflektif.
Metode QA&G dalam layanan bimbingan dan konseling dapat digunakan dalam layanan bimbingan klasikal atau kelompok. Tahapan yang dilakukan adalah:
1. Identifikasi topik layanan; contoh: Pengambilan Keputusan, Tanggung Jawab Sosial, Mengelola Emosi.
2. Perumusan pertanyaan bertingkat; buatlah pertanyaan dari level sederhana hingga kompleks. Misalnya: “Apa yang kamu lakukan jika diminta membuat keputusan”?, Mengapa keputusan impulsif bisa merugikanmu?, Bagaimana kamu mengevaluasi keputusanmu selama ini?, “Mengapa kamu memilih keptusan A dan bukan keputusan B?”.
3. Desain format permainan: gunakan media seperti kartu pertanyaan, papan kuis, atau roda putar. Permainan bisa individu, berpasangan, atau berkelompok.
4. Pelaksanaan permainan:
a) Fasilitator/guru membagi siswa dalam kelompok (kelompok bertanya, kelompok menjawab, dan kelompok pengamat).
b) Siswa/konseli bergiliran memberikan pertanyaan dan memberikan jawaban (kelompok bertanya dan kelompok menjawab bertukar peran).
c) Kelompok pengamat dapat menanggapi atau memberi penilaian.
d) Fasilitator/guru memberikan reward atau penghargaan simbolik kepada setiap kelompok.
5. Refleksi dan evaluasi; setelah permainan, lakukan diskusi reflektif:
a) Apa yang kalian dipelajari?
b) Bagaimana kalian merespons pertanyaan sulit?
c) Apa yang akan kalian ubah dari cara berpikirmu?
Penerapan Q&AG dapat dikembangkan dalam bentuk Lembar Kerja Siswa yng digunakan sebagai tugas individual dan juga kelompok.
Metode Question and Answer Game (Q&AG) merupakan pendekatan inovatif dalam layanan bimbingan dan konseling yang dapat secara efektif meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa/konseli. Dengan perpaduan antara dialog, refleksi, dan permainan edukatif, siswa/konseli terlibat secara aktif dalam memahami dirinya dan lingkungannya, serta dilatih untuk berpikir logis dan mengambil keputusan secara bijaksana.
Melalui metode ini siswa/konseli senantiasa dilatih berpikir kritis sehingga pada akhirnya siswa/konseli menjadi individu-individu yang memiliki kemampuan berpikir kritis, sebagai salah satu keterampilan abad 21. Kemampuan berpikir kritis juga sangat dibutuhkan siswa dalam pembelajaran deep learning sebagai pendekatan pembelajaran yang sedang diterapkan dalam praktek pendidikan di Indonesia saat ini.
Referensi:
Ennis, Robert Hugh. 1996. Critical Thinking. Prentice Hall.
Metode Question and Answer Game (Q&AG)
Metode Question and Answer Game (Q&AG)
Oleh: Maryam Rahim
Upaya untuk mengoptimalkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat dilakukan melalui penggunaan metode yang menarik dan menyenangkan. Salah satu metode yang banyak digunakan selama ini adalah metode tanya jawab. Meskipun telah menjadi metode yang dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, namun kadang-kadang penggunaannya tidak terlalu menarik bagi siswa, bahkan cenderung menimbulkan kecemasan dan juga ketakutan pada siswa yang tidak bisa mamberikan jawaban yang diharapkan. Padahal di sisi lain metode ini penting juga digunakan untuk mengetahui ketercapaian kompetensi belajar oleh siswa. Agar menjadi menarik dan menyenangkan bagi siswa maka metode ini didesain menjadi metode Question and Answer Game (Q&AG). Metode Question and Answer Game (Q&AG) atau permainan tanya jawab adalah suatu strategi pembelajaran interaktif yang memadukan teknik bertanya-jawab dengan pendekatan permainan (game-based learning) yang menyenangkan dan menantang. Metode ini bertujuan untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran melalui aktivitas yang merangsang kognisi, emosi, dan sosial. Dalam praktiknya, metode ini menempatkan siswa sebagai subjek aktif dalam mencari, memahami, dan mengelola informasi melalui pertanyaan-pertanyaan yang dirancang dalam bentuk permainan, seperti kuis, dan kartu tanya jawab.
Beberapa teori yang mendasari metode Q&AG)
a.Teori konstruktivisme (Piaget & Vygotsky): metode ini mendukung prinsip bahwa pengetahuan dibangun secara aktif oleh peserta didik melalui interaksi sosial dan pengalaman langsung.
b. Teori belajar aktif (Active Learning): Q&AG mendorong siswa untuk berpikir, menjawab, dan berdiskusi secara aktif, bukan hanya menerima informasi secara pasif
c. Gamifikasi dalam pendidikan: menggunakan unsur-unsur permainan (game elements) seperti tantangan, skor, penghargaan, dan kompetisi sehat untuk meningkatkan motivasi intrinsik.
Metode ini sangat bermanfaat bagi siswa. Beberapa manfaat penggunaan metode Q&AG):
a. Meningkatkan keterampilan berpikir kritis, kreatif, dan reflektif. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan pertanyaan “mengapa”, “bagaimana”, “berikan alasan atas pendapatmu”.
b. Melatih keberanian menyampaikan pendapat dan menjawab pertanyaan. Aktivitas bertanya dan menjawab yang dilakukan melalui permainan akan meminimalisir bahkan menghilangkan perasaan cemas dan takut, sebaliknya akan menumbuhkan keberanian siswa dalam berpendapat atau menjawab pertanyaan.
c. Membangun suasana belajar yang menyenangkan, kompetitif, dan kolaboratif. Situasi bermain tentu saja akan menyenangkan siswa, di samping ada kompetisi antar siswa baik secara individual maupun kelompok. Kolaborasi antars siswa akan terjadi jika kegiatan dirancang berkelompok.
d. Meningkatkan pemahaman konsep melalui pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi tingkat kognisinya, mulai dari pertanyaan pemahaman, penerapan, sintesis, evaluasi hingga kreasi.
Implementasi metode Q&AG perlu didesain sedemikian rupa agar benar-benar dapat memberikan manfaat terutama bagi siswa. Hal ini dapat dilakukan melalui tahapan berikut:
a. Menyiapkan pertanyaan; guru menyiapkan pertanyaan sesuai tujuan pembelajaran, dengan memperhatikan level kognitif, mulai dari pertanyaan pemahaman, penerapan, sintesis, evaluasi hingga kreasi.
b. Menyiapkan media permainan; media yang digunakan disesuaikan dengan format permainan yang dipilih, misalnya menggunakan media kartu pertanyaan
c. Pelaksanaan permainan; siswa dibagi menjadi kelompok yakni kelompok bertanya dan kelompok menjawab, selanjutnya bermain bertanya dan menjawab pertanyaan secara bergiliran, dan bergantian antara kelompok bertanya dan kelompok menjawab. Kegiatan ini dapat dibuat dalam bentuk kompetisi, disertai dengan pemberian reward, baik bagi kelompok yang berhasil memberikan jawaban yang diharapkan maupun yang belum berhasil.
d. Refleksi dan diskusi; guru memfasilitasi diskusi untuk menguatkan pemahaman dan memberikan umpan balik tentang proses maupun hasil dari pada kegiatan.
e. Evaluasi; evaluasi proses dilakukan melalui observasi keterlibatan siswa dalam kegiatan, dan evaluasi hasil melalui jawaban-jawaban yang diberikan siswa.
Metode ini jika dilakukan melalui rancangan yang baik maka akan berdampak pada peningkatan motivasi dan antusiasme siswa dalam belajar, mendorong kolaborasi dan komunikasi antar siswa, melatih berpikir cepat dan responsive, serta membantu guru mengevaluasi pemahaman siswa dengan cara yang lebih variatif. Metode Q&AG sangat relevan dalam mendukung pengembangan 4C (Critical Thinking, Creativity, Communication, Collaboration), yang merupakan pilar keterampilan abad 21. Melalui permainan tanya jawab, siswa dilatih untuk berpikir logis, bekerja sama, serta berani menyampaikan dan mempertahankan pendapat dengan cara yang santun.
Metode ini membutuhkan persiapan bahan dan waktu yang cukup, menimbulkan resiko ketidakseimbangan partisipasi jika tidak dikelola dengan baik, serta dapat emnimbulkan kompetisi yang kurang sehat jika tidak dikelola dengan baik.
Referensi:
Slavin, R. E. 2018. Educational Psychology: Theory and Practice. Pearson.
Sudjana, N. 200). Strategi Pembelajaran Interaktif. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Deterding, S., et al. 2011. Gamification: Toward a Definition. Coference: CHI 2011.
Melatih Berpikir Kritis melalui Metode Socratic Questioning
Melatih Berpikir Kritis melalui Metode Socratic Questioning
Oleh: Maryam Rahim
Berpikir kritis adalah kemampuan untuk menganalisis, mengevaluasi, dan menilai informasi atau argumen secara logis dan objektif untuk membuat keputusan atau kesimpulan yang tepat. Facione (2015) memaknai berpikir kritis adalah proses penilaian yang sadar dan terarah, yang melibatkan interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi, serta penjelasan atas pertimbangan bukti, konsep, metode, dan konteks.
Facione (2015) merumuskan enam keterampilan inti sebagai indikator berpikir kritis:
1. Interpretation; kemampuan memahami dan menjelaskan makna informasi, data, dan pesan. Contoh: menafsirkan grafik atau makna dari teks
.2. Analysis; kemampuan mengidentifikasi hubungan antar bagian informasi, termasuk argumen dan bukti. Contoh: menguraikan premis dan kesimpulan dalam sebuah argumen.
3. Evaluation; kemampuan menilai kredibilitas sumber informasi dan kekuatan argumen. Contoh: menilai apakah sebuah berita itu valid dan tidak bias.
4. Inference; kemampuan menarik kesimpulan logis dari data atau informasi yang tersedia. Contoh: mengambil kesimpulan dari data statistik.
5. Explanation; kemampuan mengkomunikasikan hasil berpikir dan alasan di balik kesimpulan. Contoh: menjelaskan mengapa sebuah solusi dianggap paling tepat.
6. Self-regulation; kemampuan untuk merefleksi dan mengevaluasi proses berpikir sendiri. Contoh: Menyadari dan memperbaiki kesalahan logika dalam berpikir.
Dalam konteks pendidikan, berpikir kritis sangat penting karena membantu siswa tidak hanya menerima informasi begitu saja, tetapi mampu memeriksa kebenaran dan relevansinya. Oleh Sebab itu kemampuan berpikir kritis penting dimiliki oleh setiap orang/siswa.
Socratic questioning adalah metode bertanya yang dikembangkan oleh Socrates, seorang filsuf Yunani kuno. Metode ini dapat digunakan sebagai cara untuk mendorong dan mengembangkan pemikiran kritis dan reflektif. Teknik ini melibatkan serangkaian pertanyaan yang mendalam dan menantang asumsi, pandangan, serta logika berpikir seseorang untuk mencapai pemahaman yang lebih jernih dan mendalam terhadap suatu konsep atau masalah. Metode ini mendorong seseorang untuk menjelaskan alasan atau bukti di balik pendapatnya, menguji konsistensi logika, merefleksikan keyakinan dan nilai-nilai, serta menganalisis konsekuensi dari suatu pandangan
Pertanyaan Socratic memiliki ciri-ciri berikut: (a) terbuka dan mendalam, bukan pertanyaan "ya/tidak", (b) berfokus pada pemahaman, bukan sekedar informasi, (c) mengungkap asumsi dan dasar argumen, (d) menantang kontradiksi atau kelemahan logika, dan mendorong pemikiran mandiri dan refleksi diri.
Pertanyaan-pertanyaan socratic questioning:
1. Pertanyaan klarifikasi: “apa yang Anda maksudkan dengan hal itu?”
2. Pertanyaan asumsi:”apa asumsi Anda yang mendasari pendapat ini?”
3. Pertanyaan alasan dan bukti: “apa bukti yang Anda miliki untuk mendukung pendapatmu itu?”
4. Pertanyaan Implikasi dan konsekuensi: “Apa akibat dari pandangan ini jika diterapkan?”
5. Pertanyaan reflektif: “Mengapa Anda yakin itu benar?”
Memperhatikan bentuk-bentuk pertanyaan dalam socratic questioning, maka dapat diasumsikan bahwa metode ini dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Upaya ini dapat dilakukan melalui berbagai latihan seperti berikut:
1. Latihan dalam diskusi kelompok; ajukan pertanyaan terbuka yang memicu dialog.
2. Saat proses pembelajaran atau belajar, ajukan pertanyaan dengan kata tanya “mengapa”, “bagaimana”
3. Latihan melalui jurnal reflektif. Tulis pertanyaan-pertanyaan seperti: “Apa yang membuat saya berpikir seperti itu?”, “Apa yang bisa saya pelajari dari sudut pandang lain?”
4. Terapkan dalam membaca. Saat membaca tanyakan: “Apa asumsi penulis?”, “Apakah argumennya konsisten?”
5. Berlatih dengan skenario. Gunakan studi kasus dan ajukan pertanyaan seperti: “Apa pilihan alternatif dalam kasus ini?”, “Apa dampak jangka panjang dari tindakan ini?”
Socratic questioning bukan hanya teknik bertanya, tapi juga pendekatan berpikir kritis yang melatih individu untuk tidak menerima begitu saja informasi yang diterima, melainkan mengujinya dengan pikiran yang tajam dan reflektif. Dengan latihan konsisten, baik guru, siswa, maupun siapa saja dapat meningkatkan kedalaman berpikir dan kualitas pemahaman terhadap suatu isu atau informasi.
Referensi:
Facione, Peter A. 2015. Critical Thinking: What It Is and Why It Counts. Measured Reasons LLC.
Pendidikan Moral Berbasis Kearifan Lokal Gorontalo
Pendidikan Moral Berbasis Kearifan Lokal Gorontalo
Oleh: Maryam Rahim
Di tengah arus globalisasi yang semakin kencang, bangsa Indonesia menghadapi tantangan besar dalam menjaga jati diri dan moralitas generasi mudanya. Tantangan ini tentu saja harus dihadapi dengan semakin memberikan perhatian serius terhadap penguatan moral bangsa khususnya generasi muda. Sekolah, keluarga dan masyarakat memiliki peranan penting dalam upaya ini. Salah satu pendekatan yang dipandang sangat relevan dalam penguatan moral generasi muda Indonesia, adalah melalui pendidikan moral berbasis kearifan lokal. Pendekatan ini tidak hanya menanamkan nilai-nilai moral universal, tetapi juga memperkuat identitas budaya generasi muda Indonesia melalui pengenalan dan penghayatan terhadap warisan budaya daerah masing-masing.
Saat ini, generasi muda Indonesia dihadapkan pada perubahan sosial yang cepat dan pengaruh budaya luar yang begitu besar, terutama melalui media digital. Tanpa fondasi moral yang kuat dan relevan dengan lingkungan mereka, generasi muda bisa mengalami kebingungan identitas dan degradasi kesadaran etika. Pendidikan moral berbasis kearifan lokal hadir sebagai solusi dengan menjadikan nilai-nilai yang hidup di masyarakat sebagai pijakan untuk membentuk karakter yang baik, relevan, dan kontekstual.
Pendidikan moral berbasis kearifan lokal adalah proses pembelajaran nilai-nilai etika dan moral yang bersumber dari kearifan lokal masyarakat. Kearifan lokal tersebut meliputi adat istiadat, tradisi, cerita rakyat, peribahasa, lagu daerah, serta sistem nilai dan filosofi hidup yang tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat. Dengan kata lain, pendekatan ini menjadikan budaya lokal sebagai sumber nilai moral yang diajarkan di lingkungan pendidikan formal maupun non-formal. Raka, dkk (2011) menagatakan pendekatan budaya akan menghasilkan orang-orang yang berani hidup jujur, bukan karena tidak ada kesempatan korupsi atau karena ada hukum yang mengancam, melainkan karena hidup jujur adalah pilihan sadar mereka.
Penerapan pendidikan moral berbasis kearifan lokal daerah Gorontalo menjadi pilihan, mengingat budaya Gorontalo memberikan perhatian terhadap moral, antara lain melalui falsafah hidup, kegiatan-kegiatan sosial, ungkapan-ungkapan dan cerita-cerita rakyat.
1. Melalui falsafah hidup.
Sebagai daerah yang dikenal dengan Serambi Madinah, Gorontalo memiliki falsafah hidup: adati hula-hula’a to syara’, syara’ hula-hula’a to kitabullah. Falsafah ini mengandung nilai-nilai religius yang menjadi pedoman dalam berperilaku, yang akan melahirkan perilaku bermoral.
2. Melalui berbagai kegiatan, antara lain:
a. Di daerah Gorontalo, nilai huyula (gotong royong) diajarkan melalui kegiatan-kegiatan kemasyarakatan maupun kegiatan di lembaga pendidikan. Kegiatan ini mengembangkan nilai sosial yang didasari oleh nilai-nilai moral.
b. Melalui kegiatan upacara adat “to’opu” atau “penjemputan” seorang pejabat pemerintah (gubernur, bupati, walikota) dan upacara “pohutu momulanga” atau upacara “penganugrahan gelar adat”, yang diberikan kepada putra-putri Gorontalo yang menduduki jabatan, baik di tingkat daerah, tingkat provinsi maupun tingkat nasional (Djou, dan Ntelu, 2022).
1) Pada upacara penjemputan, oleh pemangku adat sebagai pelaksana upacara tersebut menyampaikan kata-kata arif yang dirangkum dalam bentuk puisi adat yang berbunyi sebagai berikut:
Wuu…Eyaanggu! (‘Wahai tuanku’!)
Huta-huta lo ito Eeya (‘Tanah-tanah milik Tuan’)
Taluhu-taluhu lo ito Eeya (‘Air-air milik Tuan’)
Tulu-tulu lo ito Eeya (‘Api-api milik Tuan’)
Dupoto-dupoto lo ito Eeya (‘Angin-angin milik Tuan’)
Tau-tau lo ito Eeya (‘Rakyat-rakyat milik Tuan’)
Bo dila poluliya to hilawo Eeyanggu (‘Tetapi jangan dijadikan sebagai pemuas hati ‘Tuanku’).
Ungkapan-ungkapan di atas, berisi pesan moral kepada seorang pejabat pemerintah dalam melaksanakan tugas-tugasnya (Djou, dan Ntelu, 2022).
2) Upacara “pohutu momulanga” atau upacara “penganugrahan gelar adat”.
Upacara penganugrahan gelar adat diberikan kepada putra-putri Gorontalo yang menduduki jabatan, baik di tingkat daerah, tingkat provinsi maupun tingkat pusat (nasional). Pada upacara itu disampaikanlah “tahuli” atau ‘pesan para leluhur’ kepada pejabat yang dianugrahi gelar adat.
Ungkapan-ungkapan figuratif yang terdapat dalam bait-bait “tahuli” sebagai berikut:
Tahuli ode diiti mooli (“pesan kepada generasi berikut”)
Assalam alaikum warohmatullahi wabarokatuh
Po’opiyohe pi’ili wau popoli (“perbaiki tingkah laku dan perbuatan”
Taali butu asali (“jagalah asal-usul dan latar belakangmu”)
Motombulu to amali (“dihormati dalam perbuatan”)
Wolipopo to didi lobaya (“cahaya harapan terbayang di wajah”)
Diila potitiwanggango (“jangan berlagak sombong”)
Dia tumuhu tumango (“tidak akan berkembang”)
Duungio motontango (“daunnya akan berguguran”)
Batangio motontango (“pohonnya pun akan tumbang”)
Dia tambia lo lango (“lalat pun tak akan hinggap”)
Diila pohutu bulonggalo (“jangan berbuat keributan”)
Openu de moputi tulalo (“biar nanti berputi tulang”)
Lipu poduuluwalo (“negeri dibela”)
Dahai bolo maawalo (“jangan sampai renggang”)
Uwito u moali dalalo (“itu yang jadi jalan”)
Bu’a lo’ungopanggalo (“perpecahan negeri yang bersatu”)
Ungkapan-ungkapan tersebut memiliki makna inti. Intinya adalah ketika seseorang menjadi pemimpin hendaknya tidak berlagak sombong, menerapkan pola hidup sederhana, menghormati orang lain, menghargai masyarakat agar apa yang dicita-citakan oleh seorang pemimpin berupa kesejahteraan rakyat, kedamaian hati dalam memimpin dapat terwujud karena dukungan rakyat (Djou dan Ntelu, 2022).
Selain itu di daerah Gorontalo ada pepatah seperti berikut:
1) "Bo to hale-hale lo odutuwa lo tanggulo" yang berarti "keberadaan seseorang sangat ditentukan oleh perilakunya. Seseorang akan dihargai dan dipercaya jika perilakunya sesuai dengan nilai-nilai moral yang berlaku".
2) Openu demo puti tulalo, bo dila moputi baya”, artinya biarlah tulang yang putih, asal jangan wajah yang pucat karena menanggung malu, akibat melakukan sesuatu yang tidak benar/berbohong, memfitnah dan lain-lain. Falsafah ini menegaskan bahwa tradisi dan sikap masyarakat gorontalo sangat menjujung kejujuran (Pangky Yulianto, https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/15832/Falsafah-Gorontalo-dalam-Bersosial-Media.html
c. Adat “pembe’atan”, antara lain diisi dengan pemberian nasehat kepada anak perempuan yang telah memasuki masa aqil balik atau masa remaja tentang kewajiban sebagai muslimah menjalakan ajaran agama, nasehat tentang interaksi sosial, serta perilaku yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral.
d. Adat “meluna” atau “sunatan” bagi anak laki-laki yang telah memasuki usia aqil balik. Pada kegiatan ini juga dinerikan nasehat kepada anak laki-laki tersebut, berupa nasehat melaksanakan ajaran agama Islam, nasehat tentang perilaku sosial dan perilaku bermoral.
e. “Palebohu” artinya pemberian nasihat, yang biasanya diberikan kepada pasangan pengantin yang melangsungkan pernikahan. Nasihat yang diberikan berisi pesan-pesan keagamaan dan juga pesan-pesan moral dalam kehidupan berumah tangga.
f. Cerita rakyat Gorontalo yang mengandung pesan-pesan moral https://tirto.id/cerita-rakyat-dari-gorontalo-singkat-dan-pesan-moralnya-g6li#google_vignette
1) Cerita Bulalo Lo Limutu
Pesan moral dari cerita ini adalah bahwa keberanian dan kerja keras dapat membawa seseorang mencapai hal-hal yang luar biasa. Namun, kesombongan dan pengingkaran janji seperti yang dilakukan Tilonggibila hanya akan mendatangkan kehancuran. Kisah ini juga mengajarkan bahwa kesabaran memiliki batas, dan perbuatan buruk akan menuai akibat buruk pula.
2) Cerita Lahilote
Cerita ini mengajarkan bahwa kejujuran adalah fondasi penting dalam hubungan. Tindakan Lahilote yang menyembunyikan selendang bidadari berujung pada kehilangan kepercayaan dan perpisahan. Dalam hidup, kebenaran yang disembunyikan pada akhirnya akan terungkap, dan kebohongan hanya membawa kesedihan.
3) Cerita Benteng Otanaha
Pesan moral dari cerita ini adalah pentingnya waspada terhadap niat tersembunyi orang lain, terutama yang berpotensi mengancam. Kisah ini juga menekankan pentingnya keberanian untuk mempertahankan tanah air meskipun harus mengorbankan nyawa, seperti yang dilakukan oleh Naha.
4) Cerita Janjia Lo U Duluwo
Cerita ini mengajarkan pentingnya pengorbanan dan dedikasi untuk menciptakan perdamaian. Namun, perdamaian sejati hanya bisa terwujud jika semua pihak bersedia untuk bekerja sama dan mengesampingkan ego serta konflik masa lalu.
5) Cerita Apulu si Anak Ajaib
Pesan moral dari kisah ini adalah bahwa kekuatan atau kemampuan istimewa sebaiknya digunakan untuk membantu orang lain, seperti yang dilakukan Apulu. Kebaikan hati dan rasa peduli terhadap sesama adalah kekuatan sejati yang membawa kebahagiaan.
Masih banyak lagi kegiatan, ungkapan, dan cerita dalam budaya Gorontalo yang berisi pesan-pesan moral yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam berperilaku.
Pendekatan pendidikan moral berbasis budaya memiliki sejumlah keunggulan, antara lain:
1. Kontekstual dan aplikatif, karena nilai-nilai yang diajarkan dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa.
2. Memperkuat identitas budaya, sehingga siswa tumbuh dengan rasa bangga dan cinta terhadap budaya sendiri.3. Mengurangi jurang nilai antara rumah, sekolah, dan masyarakat, karena ketiganya berakar pada nilai yang sama. Namun demikian, pendekatan ini juga menghadapi tantangan, seperti:
1. Kurangnya dokumentasi kearifan lokal, terutama di daerah yang minim literasi.
2. Kurikulum nasional yang masih belum sepenuhnya fleksibel, sehingga guru kesulitan mengintegrasikan nilai-nilai lokal dalam pembelajaran.
3. Masuknya budaya luar yang sering kali lebih dominan dalam kehidupan sehari-hari anak-anak. Oleh karena itu, dibutuhkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, guru, tokoh adat, dan masyarakat untuk mengembangkan model pendidikan yang responsif terhadap konteks budaya lokal.
Pendidikan moral tidak bisa dipisahkan dari akar budaya masyarakat. Dengan menggali, memahami, dan mengajarkan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam budaya lokal, pendidikan Indonesia bisa mencetak generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga berkarakter kuat, berakhlak mulia, dan bangga terhadap jati dirinya sebagai bagian dari bangsa Indonesia. Pendidikan moral berbasis kearifan lokal bukan sekadar alternatif, tetapi sebuah keniscayaan dalam membangun peradaban bangsa yang beradab dan bermartabat.
Referensi:
Djou, N Dakia. dan Ntelu, Asna. 2022. Kontribusi Ungkapan Figuratif dalam Bahasa Adat terhadap Perilaku Sosial Masyarakat di Provinsi Gorontalo. Journal of Anhropolinguistiks, 2022 (1) 27-39.
Raka, G. dkk.2011. Pendidikan Karakter di Sekolah. dari gagasan ke tindakan. PT Elex Media Komputindo.
https://tirto.id/cerita-rakyat-dari-gorontalo-singkat-dan-pesan-moralnya-g6li#google_vignette
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/15832/Falsafah-Gorontalo-dalam-Bersosial-Media.html
Kategori
- Masih Kosong
Arsip
Blogroll
- Masih Kosong