ARSIP BULANAN : June 2024

Kualitas Guru

30 June 2024 19:19:38 Dibaca : 41

Kualitas Guru

Oleh: Maryam Rahim

Guru merupakan salah satu komponen dalam sistem pendidikan yang sampai kapanpun diakui memiliki peranan yang sangat menentukan kualitas pendidikan. Semua negara di dunia ini memberikan pengakuan akan pentingnya kedudukan guru dalam kaitan dengan pencapaian kualitas pendidikan terutama kualitas peserta didik. Dalam International Conference on Teacher Education dengan tema Towards Developing Standard of ASEAN Teacher Education yang dilaksanakan tanggal 29 Juli 2015 di Bandung dan dihadiri oleh negara-negara anggota ASEAN, sepakat berpendapat bahwa kualitas guru menentukan kualitas pendidikan. The quality of education cannot exseed the quality of teachers (Furqon, 2015) Dalam berbagai kasus, kualitas sistem pendidikan secara keseluruhan berkaitan dengan kualitas guru (Beeby, 1969 dalam Samani, dkk (2006,8).

            Begitu pentingnya kedudukan guru dalam pendidikan maka persoalan kualitas guru menjadi sangat urgen. Perrenoud (Kartadinata, 2010) mengidentifikasi 10 kompetensi guru yang berkualitas, yakni: (1) organizing student learning opportunities, (2) managing student learning progression, (3) dealing with student heterogeneity, (4) developing student commitmen to working and learning, (5) working in teams, (6) participating in school curriculum and organization development, (7) promoting parent and community commitment to school, (8) using new technologies in daily practice, (9) talking professional duties and ethical dilemmas, dan (10) managing own professional development. Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen telah menetapkan 4 (empat) kompetensi yang harus dimiliki oleh guru, yakni: kompetensi pedagogik, kompetensi personal, kompetensi sosial dan kompetensi profesional.

            Kompetensi utuh yang dimiliki oleh guru akan berdampak pada otoritas dan kredibitas guru. Semakin positif otoritas dan kredibilitas yang dimiliki guru di hadapan para siswa, semakin kuat pula keberlangsungan pembelajaran (Jensen, 2008). Penelitian Lozanov yang dilakukan pada tahun 1979 (dalam Jensen, 2008) tentang kekuatan “otoritas guru” mengindikasikan bahwa sebagian besar pembelajaran terjadi hanya karena otoritas dan prestise guru di mata subyek/siswa.

            Kualitas guru akan menentukan kapasitas mengajar yang dimiliki oleh guru itu sendiri. Kualitas yang rendah akan berakibat pada kapasitas mengajar yang rendah, dengan kata lain kualitas guru memiliki korelasi dengan kapasitas mengajar. Di sisi lain kapasitas mengajar guru tidak lepas dari proses pengembangan kapasitas itu sendiri.

            Glickman (dalam Masaong, 2013) membagi karakteristik guru atas dua tingkatan atau level, yaitu tingkatan komitmen (level of commitment) dan tingkatan abstraksi (level of abstraction). Kedua level ini membentuk perilaku guru dalam mengembangkan diri dan dalam melaksanakan pembelajaran. Level abstraksi merujuk pada kemampuan kognitif, dan level komitmen merujuk pada kesungguhan melaksanakan tugas-tugas yang diemban.

           

            Tingkat komitmen guru dilukiskan oleh Glickman (dalam Masaong, 2013) dalam kontinum sebagai berikut:

RENDAH TINGGI
1. Sedikit perhatian terhadap siswanya 1. Tinggi perhatian terhadap siswanya

2. Sedikit waktu dan tenaga yang dikeluarkan

3. Perhatian utama mempertahankan jabatan

2. Banyak tenaga dan waktu digunakan

3. Bekerja sebanyak mungkin untuk orang lain

Tingkat abstraksi guru dilukiskan dalam kontinum berikut:

RENDAH SEDANG TINGGI
Bingung menghadapi masalah Dapat mencegah masalah Dalam menghadapi masalah selalu dapat mecari alternatif permasalahan
Tidak mengetahui cara bertindak bila menghadapi masalah Dapat menafsirkan satu atau dua kemungkinan pemecahan masalah Dapat menggeneralisasikan berbagai alternatif pemecahan masalah

Selalu memohon petunjuk

Responnya terhadap masalah biasa saja

Sulit merencanakan pemecahan masalah secara komprehensif  

Mewujudkan guru yang berkualitas maka perlu upaya pengembangan berbagai aspek, termasuk aspek komitmen dan kemampuan abstraksi. Hal ini tentu saja menjadi tanggung jawab lembaga pendidikan yang mendidik calon-calon guru.   

        

KIAT-KIAT MENCEGAH DAN MENGATASI BURNOUT

28 June 2024 18:55:56 Dibaca : 139

KIAT-KIAT MENCEGAH DAN MENGATASI BURNOUT

Oleh: Maryam Rahim

            Burnout dapat terjadi pada setiap orang yang melakukan banyak aktivitas, terlebih lagi jika yang bersangkutan menghadapi berbagai persoalan. Burnout yang berkepanjangan sering mengakibatkan terjadinya stress bahkan berlanjut pada frustasi. Oleh sebab itu diperlukan berbagai upaya untuk mencegah terjadinya burnout dan mengatasi jika burnout telah terjadi.

            Kiat-kiat mencegah terjadinya burnout:

1.      Manajemen waktu yang efektif

2.      Istrahat yang cukup

3.      Lakukan aktivitas fisik yang dapat menyehatkan fisik, termasuk melakukan olahraga

4.      Pola makan yang sehat

5.      Memelihara komunikasi yang baik dengan orang lain

6.      Melakukan hobi dan aktivitas relaksasi

7.      Tetapkan batasan aktivitas yang dikerjakan

8.      Cari dukungan dari orang-orang terdekat, termasuk teman

9.      Lakukan pengembangan diri

10.  Perhatikan tanda-tanda awal burnout,seperti lelah berlebihan, penurunan produktivitas, dan perubahan suasana hati

11.  Berzikir untuk selalu mengingat Allah SWT, sebab dengan berzikir hati menjadi tenang

12.  Senantiasa bersyukur atas nikmat Allah SWT

13.  Bersedekah sebagai bentuk empati pada sesama

 

Kiat-kita mengatasi burnout:

Jika burnout telah terjadi, maka lakukanlah hal-hal berikut:

1.    Istrahat yang cukup

2.    Managemen kembali waktu dengan baik

3.    Olahraga teratur

4.    Makan sehat

5.    Cari dukungan sosial

6.    Luangkan waktu untuk diri sendiri

7.    Tetapkan batasan aktivitas

8.    Cari bantuan profesional seperti: konselor, dan psikolog

9.         Istigfar untuk memohon ampunan dan petunjuk dari Allah  SWT

10.     Tetapdan terus bersyukur atas nikmat Allah SWT

11.     Bersedekah sebagai bentuk empati pada sesama, di samping sebagai upaya katarsis emosi

                       

Dengan melakukan kiat-kiat ini maka diharapkan kita akan terhindar dari burnout dan dapat menemukan solusi jika telah mengalami burnout.

Burnout Akademik di Kalangan Mahasiswa

26 June 2024 06:37:54 Dibaca : 251

Burnout Akademikdi Kalangan Mahasiswa

Oleh: Maryam Rahim

 

Burnout merupakan kondisi di mana individu merasakan kelelahan fisik maupun emosional. Burnout dapat dirasakan oleh semua orang yang melakukan berbagai aktivitas. Khusus di kalangan siswa atau mahasiswa terjadi kelelahan fisik dan emosional pada saat mereka melakukan dan menyelesaikan berbagai kegiatan belajar atau kegiatan akademik lainnya, kondisi ini disebut burnout akademik.

Mahasiswa merupakan peserta didik pada tingkat perguruan tinggi, yang memiliki tugas-tugas akademik dengan intensitas yang lebih tinggi dari pada peserta didik pada tingkatan sekolah. Mahasiswa dituntut harus berpikir kritis, mandiri, mampu berkomunikasi secara efektif, kreatif, peduli, percaya diri, menyelesaikan tugas-tugas dengan persyaratan yang lebih ketat, dan dilakukan dengan penuh tanggung jawab. Kondisi seperti ini sering dapat menjadi salah satu pemicu bagi mahasiswa mengalami stress, kelelahan secara fisik, mental maupun emosional, yang disebut kejenuhan (burnout).

Secara harfiah arti kejenuhan (burnout) ialah padat atau penuh sehingga tidak mampu lagi memuat apapun (Syah dalam Setyawan dan Susanto, 2018). Selain itu, burnout merupakan suatu keadaan di mana individu mengalami kelelahan fisik, mental maupun emosional yang diikuti oleh perasaan sinis atau menghindar dari lingkungan, serta penilaian diri yang rendah (Gold & Roth, 1993). Orang-orang yang merasa burnout akan kekurangan energi dan penuh dengan frustasi dan ketegangan (Alvionela dan Nailul, 2016 mengutip pendapat Cordes dan Dougherty). Mahasiswa yang mengalami burnout akan melewatkan kelas atau tidak hadir di kelas, tidak mengerjakan tugas dengan baik, dan mendapat hasil ujian yang buruk hingga akhirnya berpotensi untuk dikeluarkan dari perguruan tinggi (Law dalam Arlinkasari dan Sari, 2017). Burnout akademik ini merupakan suatu masalah yang dialami oleh mahasiswa yang akan berakibat pada prestasi belajar rendah.

            Terjadinya burnout akademik dapat dipicu oleh berbagai faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal yang dapat menimbulkan burnout akademik antara lain: ketidakmampuan dalam mengelola waktu yang berakibat menumpuknya tugas, ketidakmampuan bertahan dari situasi yang sulit, ketidakmampuan berpikir dalam menyelesaikan berbagai tugas yang dihadapi, dan ketidakmampuan menghadapi tekanan. Faktor eksternal antara lain: banyaknya tugas yang harus diselesaikan, keterbatasan fasilitas belajar, pengaruh media sosial, serta pengaruh lingkungan sosial, seperti teman sebaya, dukungan guru dan dukungan orang tua.