ARSIP BULANAN : March 2025

Menjadikan Bersedekah sebagai Kebutuhan

21 March 2025 11:37:06 Dibaca : 1

Menjadikan Bersedekah sebagai Kebutuhan

Oleh: Maryam Rahim

            Kebutuhan merupakan kondisi yang esensial bagi kelangsungan hidup dan kesejahteraan manusia. Kebutuhan berperan sebagai pendorong utama perilaku manusia. Ketika kebutuhan tertentu belum terpenuhi, individu akan terdorong untuk melakukan tindakan guna memenuhi kebutuhan tersebut. Kebutuhan yang tidak terpenuhi biasanya akan menjadi penyebab terjadinya masalah pada diri individu. Secara keseluruhan, kebutuhan merupakan pendorong fundamental yang memotivasi perilaku manusia untuk mencapai keseimbangan dan realisasi potensi secara optimal. Oleh sebab itu, ketika kita menjadikan bersedekah menjadi kebutuhan, maka kita akan senantiasa terdorong untuk bersedekah.

            Menjadikan bersedekah sebagai kebutuhan berarti mengintegrasikan aktivitas memberi ke dalam kehidupan sehari-hari, bukan sekedar pilihan aktivitas yang dilakukan sesekali. Menjadikan bersedekah menjadi kebutuhan, tidak hanya berdampak pada penerima, tetapi juga memperkaya jiwa dan kehidupan sosial pemberinya. Beberapa poin penting terkait dengan aktivitas bersedekah:

1. Sedekah sebagai pembersihan jiwa dan harta; dalam Islam, bersedekah dianggap sebagai cara untuk membersihkan harta dan jiwa. Dengan     memberi, seseorang melepaskan sifat kikir dan membuka diri terhadap berkah serta rezeki yang lebih melimpah.

2. Penguatan solidaritas sosial; ketika bersedekah menjadi bagian rutin dari kehidupan, maka interaksi antara anggota masyarakat akan lebih terbentuk. Tindakan ini membantu mengurangi kesenjangan sosial dan menumbuhkan rasa empati serta kepedulian terhadap sesama.

3. Peningkatan kualitas hidup; memberi kepada yang membutuhkan tidak hanya membantu penerima secara langsung, tetapi juga menciptakan lingkungan sosial yang lebih sehat dan suportif. Kebaikan yang ditanam akan kembali dalam bentuk keberkahan dan kebaikan lain, baik bagi individu maupun masyarakat.

4. Perubahan pola pikir; menjadikan sedekah sebagai kebutuhan mendorong perubahan pola pikir dari melihatnya sebagai beban atau kewajiban semata, menjadi suatu kesempatan untuk berbagi dan berkontribusi positif, bahkan untuk mendapatkan berkah Allah SWT. Ini menumbuhkan budaya dermawan yang berkelanjutan.

5. Bersedekah tidak terbatas pada bantuan materi, namun juga berbagi waktu, pengetahuan, dan keahlian juga merupakan bentuk sedekah. Hal ini menunjukkan bahwa setiap individu memiliki cara unik untuk memberikan kontribusi bagi kebaikan bersama, dengan kata lain setiap individu memiliki cara-cara yang khas untuk bersedekah.         

      Menjadikan bersedekah sebagai kebutuhan mendorong kita untuk selalu mencari peluang berbagi, sehingga menciptakan lingkungan yang lebih harmonis dan berkelanjutan. Seseorang akan merasa adanya sesuatu yang kurang ketika ia belum bersedekah. Menjadikan bersedekah sebagai kebutuhan berarti kita membuka investasi bagi kehidupan dunia dan akhirat.

Ibadah Puasa dan Empati

03 March 2025 07:11:32 Dibaca : 27

Ibadah Puasa dan Empati

Oleh: Maryam Rahim

            Ibadah puasa tidak hanya terkait dengan menahan lapar dan dahaga, tetapi juga merupakan momen untuk meningkatkan kualitas spiritual dan hubungan sosial. Ibadah puasa  mengajarkan tentang empati terhadap penderitaan orang-orang yang hidup dalam kekurangan, orang-orang yang terkadang menjalani hari-harinya dalam kondisi lapar. Empati dartikan sebagai kemampuan untuk turut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Ibadah puasa mengajarkan kepada umat Islam tentang empati:

a. Puasa melatih menahan diri dari makan dan minum membuat seseorang merasakan sedikit dari penderitaan mereka yang hidup dalam kekurangan. Hal ini membuka mata dan hati untuk lebih memahami keadaan sesama yang kurang beruntung.

b. Puasa melatih diri untuk tidak hidup bermewah-mewah yang terkadang menimbulkan kecemburuan, bahkan perasaan tidak berdaya pada orang-orang yang tidak mampu.

c. Puasa melatih umat Islam senantiasa terdorong untuk lebih peka terhadap kesulitan yang dialami oleh sesama, sehingga tercipta semangat   tolong-menolong dan solidaritas, dalam bentuk:  

  1) Sedekah dan zakat:        Puasa di bulan Ramadhan sering diiringi dengan peningkatan aktivitas bersedekah dan menunaikan zakat. Empati mendorong umat untuk tidak hanya memberikan secara materi, tetapi juga dengan ketulusan hati untuk meringankan beban saudara-saudara yang membutuhkan.

  2)  Berbagi dan gotong royong:       Tradisi seperti berbuka puasa bersama, berbagi ta’jil dengan tetangga dan keluarga, serta sholat tarawih di masjid menumbuhkan rasa    kebersamaan. Kegiatan ini memperkuat ikatan sosial serta menumbuhkan empati melalui interaksi langsung dengan sesama anggota masyarakat.

d. Puasa mengembangkan empati yang mendorong seseorang untuk memperbaiki sikap, menjadi lebih sabar, pemaaf, dan pengertian dalam kehidupan sehari-hari.

e. Puasa mewujudkan empati yang menjadi landasan dalam melaksanakan ibadah, sehingga setiap tindakan, mulai dari sholat hingga sedekah, dirasakan sebagai bentuk pengabdian yang utuh kepada Allah SWT.

            Mencermati dampak puasa terhadap empati, maka hendaknya setiap muslim menyadari dan mengambil hikmahnya, sehingga berpuasa tidak hanya sekedar menahan lapar dan minum di siang hari. Melalui ibadah puasa, setiap muslim hendaknya menjadikan kegiatan berbagi dengan sesama menjadi sebuah kebutuhan, sehingga seorang muslim akan merasa ada kurang jika belum berbagi dengan orang lain.