Kemampuan Mendengarkan dengan Efektif

17 April 2025 11:55:15 Dibaca : 11

Kemampuan Mendengarkan dengan Efektif

Oleh: Maryam Rahim

 

         Kemampuan mendengarkan dengan efektif dan memahami apa yang disampaikan oleh lawan bicara sangat penting dalam komunikasi. Hal ini berkaitan erat dengan seni mendengarkan. Kemampuan mendengarkan dengan efektif merupakan salah satu ciri seorang yang memiliki kecerdasan  sosial. Goleman (2007) menggunakan istilah “penyelarasan” untuk menyebut kemampuan mendengarkan dengan efektif. Kemampuan tersebut diharapkan mampu menyelaraskan diri dengan perasaan orang lain (Goleman, 2007).

        Kemampuan ini sering luput dari perhatian kita pada saat berkomunikasi, padahal aspek ini justru sangat penting untuk memperlancar dan membuat komunikasi menjadi berkualitas. Dalam berkomunikasi kita telah bersikap mendengarkan tetapi belum mendengarkan secara efektif. Menurut Devito (Martoredjo, 2014: 502) kemampuan mendengarkan merupakan kegiatan komunikasi yang paling penting di samping kemampuan membaca, berbicara atau menulis. Ironisnya, kebanyakan dari kita adalah pendengar yang buruk. Menurut Janasz (Martoredjo, 2014: 502) memang mendengarkan secara aktif bukannya sesuatu yang mudah, namun meningkatkan keterampilan ini akan sangat banyak manfaatnya karena peran pentingnya dalam komunikasi itu sendiri.

        Covey (Makmun, 2013: 424) berpendapat bahwa mendengar secara efektif adalah mendengar dengan maksud untuk mengerti, baik secara emosional maupun intelektual, bukan dengan maksud untuk menjawab, mengendalikan atau memanipulasi orang lain. Kita masuk ke dalam kerangka acuan orang lain, melihat dunia dengan cara mereka melihat dunia, mengerti paradigma mereka dan mengerti perasaan mereka. Kita memerlukan jauh lebih banyak energi dari sekedar merekam pembicaraan, merenungkan bahkan mengerti kata-kata yang mereka ucapkan. Para ahli komunikasi berpendapat bahwa dalam konteks komunikasi formal (presentasi di kelas/kantor): 60% diwakili oleh kata-kata (verbal), 20% oleh nada suara (vocal tone), dan 20% oleh bahasa tubuh (body language); dalam komunikasi santai: 40% diwakili oleh kata-kata, 30% oleh nada suara, dan 30% oleh bahasa tubuh; dalam komunikasi telepon bisnis: 50% diwakili oleh kata-kata, 50% oleh nada suara, dan 0% oleh bahasa tubuh; dalam konteks komunikasi emosional: 10-20% komunikasi diwakili dengan kata-kata, 40% diwakili oleh nada suara, dan 40-50% oleh bahasa tubuh Oleh karena itu, mendengar secara empatik tidak terbatas pada mendengar dengan telinga, namun mendengar dengan mata dan hati. Hati kita merasakan, memahami, menyelami, dan berintuisi. Mata kita mengamati pesan-pesan non-verbal pembicara. Dalam hal ini, kita tidak hanya menggunakan otak kanan, tetapi sekaligus juga mengasah kemampuan otak kiri.

         Menurut Covey (Makmun, 2013: 423), mendengar secara efektif merupakan deposito luar biasa dalam rekening bank emosi. Ia memberi terapi dan menyembuhkan karena memberi udara psikologis pada seseorang. Sama halnya dengan udara yang merupakan kebutuhan fisiologis bagi manusia, maka keinginan untuk dimengerti, diteguhkan, diakui, dan dihargai merupakan kebutuhan psikologis bagi manusia. Jika kebutuhan ini sudah terpenuhi, komunikasi dapat berjalan dengan mudah, lancar, dan efektif. Sebaliknya, jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, kegagalan komunikasi akan terjadi.

        Berbagai survey yang pernah dilakukan berhasil memberikan ilustrasi bagaimana kegiatan mendengarkan merupakan bagian yang sangat penting dalam komunikasi, seperti dalam artikel Harvard Businees Review (2016), survey dari International Listening Association (ILA), survey Linkedln (2020), dan tudi dari Zenger dan Folkman (Forbes, 2016). Beberapa survei dan penelitian ini menguatkan pentingnya kemampuan mendengarkan, dan kemampuan seseorang untuk mendengarkan jauh lebih penting dan berharga daripada kemampuan berbicara. Walaupun banyak survei menempatkan kemampuan untuk mendengarkan sebagai kemampuan yang wajib dimiliki, banyak orang yang tidak menyadarinya. Kalaupun mereka menyadari bahwa kemampuan mendengarkan merupakan kemampuan yang harus dimiliki, sangat jarang orang mau untuk meningkatkan kemampuan tersebut.

Referensi:

1.      Goleman, D.  2007. Social Intelligence.  (Alih bahasa). Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

2.      Hardjana, A. 2013. Strategi Mendengarkan dalam Komunikasi Manajerial. Jurnal Interact, Vol. 2, No. 2: 1-17

3.      Makmun, S. 2013. Memahami Orang Lain Melalui Keterampilan Mendengar Secara Empatik. Jurnal Humaniora. 4 (1), 422 - 431.

4.       Martoredjo, N. T. 2014. Keterampilan Mendengarkan Secara Aktif dalam Komunikasi Interpersonal. Humaniora Vol 5 No. 1 April 2014.