Fungsi Sekolah dan Tantangannya
Fungsi Sekolah dan Tantangannya
Oleh: Maryam Rahim
Sekolah dipandang sebagai lembaga pendidikan yang dipersiapkan guna menghasilkan sumber daya manusia yang mampu melanjutkan pembangunan bangsa. Pendidikan di sekolah ditujukan untuk mengubah tingkah laku peserta didik menjadi lebih baik, serta mampu memberikan perubahan pada masyarakat. Sekolah dipandang sebagai agen perubahan (changes agent). Fungsi sekolah adalah mempertahankan, mengembangkan dan meneruskan kebudayaan suatu masyarakat, melalui aktivitas mendidik yang dilakukan pada peserta didik sebagai bagian dari masyarakat. Sekolah dipandang juga sebagai lembaga yang berfungsi mempersiapkan generasi yang kelak mampu mempertahankan eksistensi kelompok masyarakat dan bangsa yang memiliki karakteristik budaya dan kepribadian yang berbeda dengan kelompok masyarakat dan bangsa lain.
Sekolah berkewajiban mempersiapkan siswa peserta didik menjadi warga negara yang mengetahui dan mampu menjalankan hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Khusus bagi bangsa dan negara Indonesia fungsi tersebut diwujudkan dalam bentuk meneruskan nilai-nilai luhur pandangan hidup bangsa yakni pancasila dalam pembentukan sikap mental peserta didik (http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2180686-peranan-sekolah-sebagai-lembaga-pendidikan/#ixzz2CGyEtBN7). Penjelasan ini menunjukkan betapa pentingnya peranan sekolah dalam kehidupan bermasayarakat, berbangsa, dan bernegara.
Sekolah berfungsi mendidik anak untuk menjadi dirinya sendiri.Sekolah adalah ruang aktualisasi diri untuk menumbuhkan semangat hidup, mengembangkan bakat dan kreativitas anak. Sekolah bertanggungjawab menanamkan pengetahuan-pengetahuan baru yang reformatif dan transformative dalam membangun bangsa yang maju dan berkualitas. Peran sekolah sangat besar dalam menentukan arah dan orientasi bangsa ke depan (Yamin (2013, 203-204).
Kasmadi (1994, 153) menjelaskan pandangannya tentang sekolah sebagai berikut: (1) Sekolah sebagai lingkungan belajar, di mana terjalinnya proses belajar dan mengajar, serta terjalinnya hubungan antar manusia di dalamnya dengan baik. Sekolah merupakan lingkungan belajar yang mampu memanusiakan peserta didik sehingga mereka mampu mandiri dan bertanggungjawab terhadap kehdupannya, serta lingkungan, bangsa, dan negaranya, (2) Sekolah sebagai lingkungan budaya, dalam arti sekolah tidak lepas dari nilai-nilai internasionalisasi budaya. Pendidikan melalui sistem persekolahan memegang peranan yang sangat penting dalam memberikan dukungan terhadap perkembangan budaya, ekonomi, dan teknologi dan ilmu pengetahuan lainnya. Pertemuan yang lain adalah berdialognya budaya dan kebiasaan tradisional dengan budaya dan kebiasaan modern melalui transformasi dan informasi IPTEK melalui transformasi pendidikan, (3) Sekolah mampu menerima segala perubahan, terutama yang berhubungan dengan metode mengajar dengan memperhatikan perbedaan individu anak.
Sebagai konsekwensi logis dari berbagai pandangan ini, maka sistem pendidikan di sekolah harus menyediakan tenaga pendidik dan kependidikan yang mampu memberikan pelayanan yang optimal terhadap peserta didik dalam berbagai dimensi kehidupannya, di samping menyediakan berbagai fasilitas yang memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk dapat berkembang secara optimal.
Sekolah merupakan sebuah sistem terbuka yang senantiasa berinteraksi dengan lingkungannya. Sebagai sistem terbuka, sekolah mengambil energi (masukan) dari lingkungan. Peserta didik, tenaga pendidik dan kependidikan sebagai sumber daya manusia berasal dari lingkungan masyarakat. Demikian pula sumber daya lainnya berupa sarana dan parasarana, alat-alat perlengkapan dan dana berasal dari masyarakat. Selanjutnya sekolah mentransformasikan energi yang tersedia, misalnya dengan transformasi pengetahuan, sikap, dan ketrampilan kepada peserta didik sebagai bagian dari masyarakat. Luaran sekolah akan diberikan kepada masyarakat berupa tenaga kerja untuk berbagai lapangan kehidupan di masyarakat. Ini berarti sekolah memberikan hasil kepada lingkungan (masyarakat).Sekolah juga merupakan rangkaian kejadian atau peristiwa yang terus berlangsung. Sekolah terus bergerak melawan proses entropi (kehancuran), berusaha agar bergerak menuju pada peran-peran yang lebih berdiferensiasi dengan berbagai upaya mengembangkan kemampuan-kemampuan professional tenaga kependidikan (Depdiknas, 2002).
Dalam melaksanakan fungsinya sebagai agen perubahan dan sebagai sistem yang terbuka, sekolah diperhadapkan dengan berbagai tantangan yang saling terkait. Ebert dan Culyer (2011,2) mengidentifikasi beberapa masalah kontekstual yang paling menonjol yang dihadapi sekolah saat ini, termasuk: (1) kemajuan teknologi dan dinamika perubahan tenaga kerja, (2) peningkatan heterogenitas dari populasi siswa dan meningkatkan jumlah, kualitas, dan kompleksitas kebutuhan siswa, dan (3) dorongan untuk praktik berbasis fakta dan akuntabilitas yang meningkat meskipun sumber daya berkurang.
Selain itu tantangan yang dihadapi sekolah saat ini: (1) kesenjangan akses dan kualitas pendidikan, masih terdapat kesenjangan antara sekolah di daerah perkotaan dan pedesaan, termasuk dalam hal fasilitas, tenaga pendidik, dan akses terhadap teknologi, (2) integrasi teknologi dalam pembelajaran, meskipun teknologi berkembang pesat, guru dan siswa masih menghadapi tantangan dalam penggunaannya secara efektif, seperti kurangnya pelatihan guru, atau infrastruktur yang belum memadai, (3) kompetensi guru, efektivitas guru sangat mempengaruhi hasil belajar, tantangannya adalah meningkatkan kompetensi pedagogik, manajerial, dan adaptasi terhadap kurikulum baru, (4) Perubahan kurikulum yang cepat, kurikulum yang terus diperbarui tanpa kesiapan sekolah dan guru bisa menimbulkan kebingungan dalam implementasi, (5) kesehatan mental dan beban belajar siswa, tekanan akademik, bullying, dan kecanduan gawai membuat kesehatan mental siswa menjadi isu penting yang sering terabaikan di sekolah, (6) kurangnya pendidikan karakter, fokus pada capaian akademik kadang mengabaikan pembentukan karakter seperti empati, tanggung jawab, dan integritas, (7) minimnya keterlibatan orang tua, rendahnya partisipasi orang tua dalam pendidikan anak membuat dukungan di rumah kurang maksimal.
Besarnya tantangan terhadap implementasi fungsi sekolah harus senantiasa dicarikan solusinya agar sekolah benar-benar dapat mewujudkan fungsinya secara optimal.
Referensi:
Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Memahami Sekolah Sebagai Sistem. Materi Pelatihan Terpadu untuk Kepala Sekolah. Jakarta. Dirjen Dikdsmen Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.
Ebert, Edwart S, dan Culyer, Richard C. 2011. School An Introduction to Education. Second Edtion.Wadsworth Cengage Learning.
Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia II. 1994. Kurikulum untuk Abad Ke – 21. Jakarta. PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung. Rajawali Perss.
Yamin, Moh. 2012. Panduan Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan. Panduan lengkap Tata Kelola Kurikulum Efektif.Jogyakarta.DIVA Press.
Kategori
- Masih Kosong
Arsip
Blogroll
- Masih Kosong