Gemar Belajar pada Anak Usia Dini dan Belajar Sepanjang Hayat

10 May 2025 08:54:36 Dibaca : 10

Gemar Belajar pada Anak Usia Dini dan Belajar Sepanjang Hayat

Oleh: Maryam Rahim

            Indonesia memiliki filosofi “pendidikan sepanjang hayat (lifelong education)”, sebagaimana telah dimuat dalam penjelasan Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Penjelasan tersebut memuat bahwa pendidikan berlangsung sepanjang hayat dan dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan. Pernyataan ini menegaskan bahwa pendidikan di Indonesia tidak terbatas hanya pada usia sekolah, melainkan harus berlangsung sepanjang kehidupan manusia Indonesia. Filosofi pendidikan sepanjang hayat tentu saja memuat atau memiliki makna belajar sepanjang hayat.

            Belajar sepanjang hayat tentu saja membutuhkan semangat belajar yang tinggi pada setiap warga negara Indonesia. Oleh sebab itu diperlukan upaya yang berkelanjutan untuk mengembangkan perilaku gemar belajar yang dimulai dari usia dini. Gemar belajar merupakan salah satu dari 7 (tujuh) kebiasaan anak Indonesia hebat.

            Belajar nerupakan salah satu aktivitas yang sangat urgen dalam kehidupan manusia. Dikatakan demikian, sebab melalui belajar seseorang akan memperoleh informasi yang bermanfaat baik untuk pengembangan diri sendiri maupun untuk pengembangan kehidupan dalam masyarakat. Perkembangan yang terjadi di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi tentu saja merupakan hasil dari aktivitas belajar. Mengingat besarnya manfaat yang diperoleh melalui belajar, maka sudah sepatutnya perilaku gemar belajar dikembangkan sejak usia dini.

            Seseorang melakukan aktivitas belajar biasanya didasari oleh adanya rasa ingin tahu (quriosity). Oleh sebab itu mengembangkan kebiasaan gemar belajar pada anak usia dini perlu dimulai dengan pengembangan rasa ingin tahu mereka. Rasa ingin tahu (quriosity) adalah dorongan internal dalam diri seseorang untuk mengetahui, memahami, dan mengeksplorasi sesuatu yang belum diketahuinya. Pada anak usia dini, rasa ingin tahu merupakan bagian penting dari perkembangan kognitif dan emosional, karena menjadi pendorong utama mereka untuk belajar dari lingkungan sekitarnya. Rasa ingin tahu membantu anak mengeksplorasi, bertanya, dan mencoba hal-hal baru untuk membangun pemahaman tentang dunia.

                Sehubungan dengan upaya menumbuhkan rasa ingin tahu anak usia dini, terlebih dahulu perlu dipahami ciri-ciri anak yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi yakni:

1. Banyak bertanya; anak sering mengajukan pertanyaan terbuka, bahkan yang sederhana seperti “kenapa?”, “apa ini?”, atau “bagaimana caranya?”.

2. Suka mengeksplorasi; anak senang menjelajahi lingkungan sekitarnya, baik melalui permainan, menyentuh benda, maupun mencoba hal-hal baru.

3. Memperhatikan hal-hal detail; anak menunjukkan perhatian khusus pada benda atau kejadian kecil di sekitarnya dan mencoba memahaminya.

4. Senang bereksperimen; anak mencoba mencampur warna, membongkar mainan, atau menciptakan sesuatu dengan berbagai bahan yang ditemukannya.

5. Aktif dan enerjik; anak yang rasa ingin tahunya tinggi biasanya sangat aktif secara fisik karena terdorong untuk terus bergerak dan mencari tahu.

6. Suka membaca atau melihat buku bergambar; anak menunjukkan minat pada buku dan gambar, dan sering ingin tahu cerita di baliknya.

7. Tidak mudah puas dengan jawaban singkat; anak cenderung terus menggali informasi sampai merasa puas, sering kali menggiring pada rangkaian pertanyaan lanjutan.

8. Menunjukkan antusiasme saat belajar; anak terlihat senang dan tertarik ketika belajar hal-hal baru, baik di rumah maupun di sekolah.

Setelah diketahui ciri-ciri anak yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, maka potensi ini perlu dikembangkan, sehingga akan menumbuhkan perilaku gemar belajar pada anak usia dini. Upaya-upaya tersebut antara lain:

1. Ciptakan lingkungan yang merangsang; sediakan mainan edukatif yang beragam dan aman; siapkan buku cerita bergambar dengan topik yang menarik, buat area bermain yang penuh warna dan kaya tekstur.

2. Berikan kebebasan untuk mengeksplorasi; biarkan anak mencoba hal baru, seperti bermain air, pasir, atau menggambar bebas; jangan terlalu cepat melarang atau mengoreksi ketika anak mencoba sesuatu, selama itu tidak berbahaya.

3. Jawab pertanyaan anak dengan sabar; tanggapi pertanyaan “mengapa” atau “bagaimana” dengan antusias; jika tidak tahu jawabannya, ajak anak mencari bersama lewat buku atau tontonan edukatif.

4. Gunakan pendekatan bermain sambil belajar; ajak anak bereksperimen sederhana, seperti mencampur warna atau menanam biji; bermain peran (role play), seperti bermain dokter-dokteran atau pasar-pasaran.

5. Beri contoh dan jadilah model; tunjukkan rasa ingin tahu Anda sendiri: misalnya dengan membaca buku, mencoba resep kue, atau mengamati binatang bersama anak, sebab anak cenderung meniru sikap orang dewasa di sekitarnya.

6. Dorong anak untuk bertanya dan berpendapat; ajukan pertanyaan terbuka seperti “Menurutmu kenapa itu bisa terjadi?”; hargai pendapat mereka meskipun masih polos atau belum logis.

7. Berikan apresiasi atas usaha anak; beri pujian saat anak mencoba sesuatu yang baru atau bertanya dengan kritis; hindari menghukum atau mengejek ketika anak melakukan kesalahan saat bereksplorasi.

            Jika anak usia dini telah memiliki dasar-dasar perilaku gemar belajar, tentu saja perilaku ini akan berkembang seirama dengan perkembangan anak, hingga pada akhirnya anak dapat menjadikan belajar sebagai bagian dari kehidupannya. Belajar tidak sekedar memenuhi kewajiban sebagai siswa, namun belajar baginya menjadi sebuah kebutuhan. Seseorang akan merasa ada sesuatu yang kurang jika dia belum atau tidak belajar, sama halnya dengan seseorang yang belum makan tentu saja akan merasa lapar, dan ia butuh makan. Inilah hakikat dari belajar sepanjang hayat.