Pendidikan Sepanjang Hayat (Life-long Education): Filosofi Pendidikan Indonesia

12 May 2025 07:58:41 Dibaca : 12

Pendidikan Sepanjang Hayat (Life-long Education): Filosofi Pendidikan Indonesia

Oleh: Maryam Rahim

            Belajar tidak harus berhenti ketika sesorang lulus sekolah atau kuliah. Bahkan setelah bekerja, menikah, atau pensiun pun, kita tetap bisa, dan seharusnya terus belajar. Inilah yang disebut sebagai pendidikan sepanjang hayat, sebuah gagasan penting yang menjadi dasar filosofi pendidikan di Indonesia.

Apa Itu Pendidikan Sepanjang Hayat?

            Pendidikan sepanjang hayat (life-long education) adalah pandangan bahwa proses belajar berlangsung terus-menerus sepanjang hidup manusia. Belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas atau hanya untuk anak-anak dan remaja. Sebaliknya, setiap fase kehidupan adalah peluang untuk belajar, baik secara formal, seperti melalui sekolah, secara non formal, seperti melalui kursus dan pelatihan, maupun secara informal, seperti dalam lingkungan keluarga, pengalaman hidup, dan lingkungan sosial.

            Konsep ini bukan hal baru. UNESCO telah mengusungnya sejak tahun 1972 dalam laporan "Learning to Be" yang diketuai oleh Edgar Faure. Dalam laporan tersebut ditegaskan bahwa: "Every individual must be in a position to keep learning throughout life." (Edgar Faure, UNESCO, 1972). Pandangan ini kemudian berkembang luas dan menjadi dasar pemikiran banyak negara, termasuk Indonesia.   

Apa yang menjadi akar filosofis dan nilai kebangsaan pendidikan sepanjang hayat?

            Secara filosofis, pendidikan sepanjang hayat bersumber dari pandangan bahwa: (1) manusia bersifat dinamis dan berkembang, sehingga membutuhkan proses belajar yang berkelanjutan, (2) pendidikan tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga di keluarga, masyarakat, tempat kerja, dan ruang-ruang kehidupan lainnya, (3) belajar adalah hak setiap warga negara dan merupakan bagian dari pembentukan karakter serta jati diri bangsa.

            Dalam konteks Indonesia, pendidikan sepanjang hayat sejalan dengan semangat Pancasila dan cita-cita dalam Undang-Undang Dasar 1945. Pancasila menekankan nilai kemanusiaan dan keadilan sosial, dan pendidikan adalah salah satu jalan utama untuk mencapainya.

            Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya… dan berlangsung sepanjang hayat.” (Pasal 1 Ayat 1)

Apakah pendidikan sepanjang hayat berarti “Belajar oleh siapapun, di mana saja, dan kapan saja?”

            Pendidikan sepanjang hayat mendorong kita melihat bahwa proses belajar tidak dibatasi oleh status sosial, oleh usia, oleh waktu, atau tempat.Pendidikan sepanjang hayat mengandung makna bahwa siapapun harus belajar, di manapun sesorang harus belajar, dan kapanpun belajar harus terjadi. Pendidikan berlangsung melalui tiga jalur utama, yakni: jalur formal: seperti sekolah dan universitas. Jalur nonformal: seperti kursus, pelatihan kerja, dan program kesetaraan (Paket A, B, C), dan jalur informal: melalui keluarga, pengalaman hidup, komunitas, dan lingkungan sekitar.

            Tokoh pendidikan Indonesia sekaligus sebagai Menteri Pendidikan Indonesia (waktu itu disebut Menteri Pengajaran) yang pertama, Ki Hadjar Dewantara, pernah menegaskan: "Setiap orang menjadi guru, setiap rumah menjadi sekolah."  Ungkapan ini mengandung makna mendalam bahwa pendidikan adalah tanggung jawab bersama dan dapat terjadi di mana saja.

Apa pentingnya belajar sepanjang hayat?

            Di tengah dunia yang cepat berubah karena digitalisasi dan globalisasi, kemampuan untuk terus belajar menjadi kunci bertahan dan maju. Menurut laporan World Economic Forum (2020), 50% pekerja perlu reskilling dalam lima tahun ke depan karena perubahan teknologi. Pendidikan sepanjang hayat menjawab tantangan ini. Belajar sepanjang hayat akan membekali masyarakat dengan: kemampuan adaptif, keterampilan baru, dan daya saing yang relevan di pasar kerja dan kehidupan sosial.

Apa saja tantangan dan peluang belajar sepanjang hayat

            Meskipun filosofi pendidikan ini sangat kuat, namun implementasi pendidikan sepanjang hayat di Indonesia masih menghadapi beberapa tantangan, seperti: rendahnya akses pendidikan untuk kelompok marginal, terbatasnya fasilitas pembelajaran nonformal, dan rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya belajar sepanjang usia. Namun, peluang juga terbuka lebar. Pemerintah saat ini telah mendorong pendidikan vokasional, pengembangan SDM unggul, serta perluasan akses pelatihan berbasis teknologi.

            Pendidikan sepanjang hayat bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau lembaga pendidikan. Ini adalah panggilan bagi kita semua - sebagai bangsa Indonesia, bangsa yang besar, bangsa yang memiliki masa depan yang gemilang, - siapapun, di manapun, dan kapanpun, untuk terus belajar, bertumbuh, dan memberi makna dalam hidup. Karena sejatinya, belajar bukan sekedar proses akademik, melainkan cara manusia memaknai hidup dan memperbaiki masa depan.

MARI MENJADI PEMBELAJAR SEPANJANG HAYAT!

Referensi:

-          UNESCO. (1972). Learning to Be: The World of Education Today and Tomorrow (Laporan Faure).

-          Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

-          World Economic Forum. (2020). The Future of Jobs Report.

-          Pernyataan Ki Hadjar Dewantara (dari berbagai sumber pendidikan nasional).