Gaya Visual, Auditori, dan Kinestetik (VAK) dalam Layanan Bimbingan dan Konseling
Gaya Visual, Auditori, dan Kinestetik (VAK) dalam Layanan Bimbingan dan Konseling
Oleh: Maryam Rahim
Setiap individu memiliki cara yang berbeda dalam menerima dan memproses informasi. Perbedaan ini dikenal sebagai gaya belajar atau gaya menerima pesan, yang umumnya dikategorikan menjadi tiga: visual, auditori, dan kinestetik. Selama ini gaya Visual, Auditori, dan Kinestetik (VAK) ini lebih banyak digunakan dalam konteks pendidikan, yang dikenal degan gaya belajar. Pemahaman terhadap gaya belajar ini menjadi sesuatu yang penting dalam kegiatan belajar dan pembelajaran. Namun pada hakekatnya, gaya VAK ini penting juga dalam konteks pelayanan bimbingan dan koneling. Dalam konteks bimbingan dan konseling, pemahaman terhadap gaya menerima dan merespon pesan ini sangat penting untuk menciptakan hubungan komunikasi yang efektif, menyampaikan informasi secara tepat, meningkatkan motivasi konseli dalam mengikuti layanan, dan meningkatkan keberhasilan intervensi bimbingan dan konseling itu sendiri. Secara umum dapat dideskripsikan implikasi dari masing-masing gaya VAK ini dalam pelayanan bimbingan dan konseling sebagai berikut:
1. Gaya visual.
Konseli dengan gaya visual cenderung lebih mudah memahami informasi yang disampaikan melalui gambar, warna, grafik, atau tulisan. Mereka biasanya mengingat lebih baik apa yang mereka lihat daripada apa yang mereka dengar. Dalam praktik konseling, konselor dapat memanfaatkan media layanan visual seperti diagram alur, peta konsep, kartu emosi, atau jurnal visual untuk membantu konseli memahami situasi atau merancang solusi. Selain itu, penggunaan ekspresi wajah, gerakan tangan, dan bahasa tubuh juga sangat berpengaruh dalam menjalin komunikasi dengan konseli visual. Ruang konseling yang tertata dengan baik secara visual juga dapat menambah rasa nyaman dan keterbukaan pada diri konseli. Di samping penggunaan media layanan, gaya visual ini dapat dioptimalkan lewat penggunaan metode layanan yang melibatkan indera penglihatan, seperti metode cinema therapy.
2. Gaya auditori.
Konseli dengan gaya auditori lebih responsif terhadap informasi yang disampaikan secara lisan. Mereka cenderung belajar dan memahami melalui percakapan, diskusi, dan penjelasan verbal. Dalam konseling, konselor perlu menggunakan suara yang tenang, jelas, dan berintonasi untuk menciptakan suasana yang mendukung. Teknik seperti refleksi, parafrase, dan pertanyaan terbuka sangat membantu untuk menggali perasaan dan pikiran konseli. Konselor juga dapat mendorong konseli untuk mengungkapkan diri melalui berbicara, baik dalam bentuk cerita, curahan hati, atau latihan afirmasi verbal. Penggunaan media audio dalam layanan juga dapat membantu mengoptimalkan pemahaman konseli terhadap pesan/materi layanan. Media audio dimaksud seperti rekaman suara yang menjelaskan sebuah peristiwa atau suatu prosedur kegiatan, atau rekaman lagu-lagu yang berisi konten layanan juga akan menarik perhatian dan memotivasi konseli dalam proses layanan.
3. Gaya kinestetik.
Konseli kinestetik lebih mudah memahami informasi melalui aktivitas fisik, pengalaman langsung, atau gerakan tubuh. Mereka mungkin merasa tidak nyaman jika hanya duduk diam dan berbicara dalam waktu yang lama. Dalam layanan konseling, pendekatan aktif seperti role playing, simulasi, atau teknik menulis ekspresif dapat meningkatkan efektivitas komunikasi. Di samping metode/teknik layanan lainnya, seperti latihan, karyawisata, career day, serta berbagai game untuk pengembangan aspek sosial-emosional, dan aspek-aspek karakter, akan meningkatkan minat konseli dalam mengikuti layanan, dan tentu saja akan memudahkan mereka memahami materi layanan. Konselor juga perlu memperhatikan bahasa tubuh konseli kinestetik karena mereka cenderung mengekspresikan perasaan melalui gerakan, posisi duduk, atau ekspresi fisik lainnya.
Pemahaman terhadap gaya visual, auditori, dan kinestetik memberikan manfaat besar dalam menyesuaikan pendekatan layanan bimbingan dan konseling. Dengan memperhatikan cara konseli menerima dan memproses pesan, konselor dapat membangun hubungan yang lebih empatik dan responsif, serta menyampaikan intervensi yang lebih tepat sasaran. Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan efektivitas layanan konseling dan mendukung perkembangan pribadi konseli secara optimal. Namun yang perlu diperhatikan bahwa pemahaman gaya penerimaan konseli bukan berarti konselor harus menyesuaikan metode/teknik dan media layanan yang digunakan dengan gaya penerimaan pesan oleh konseli secara kaku, akan tetapi yang perlu dilakukan oleh konselor adalah penggunaan metode/teknik dan media layanan yang bervariasi sehingga dapat memberikan kesempatan kepada semua konseli untuk dapat menerima dan memproses pesan atau topik layanan.secara maksimal.
Kategori
- Masih Kosong
Arsip
Blogroll
- Masih Kosong