Melatih Berpikir Kritis melalui Metode Socratic Questioning

20 July 2025 10:58:37 Dibaca : 33

Melatih Berpikir Kritis melalui Metode Socratic Questioning

Oleh: Maryam Rahim

              Berpikir kritis adalah kemampuan untuk menganalisis, mengevaluasi, dan menilai informasi atau argumen secara logis dan objektif untuk membuat keputusan atau kesimpulan yang tepat. Facione (2015) memaknai berpikir kritis adalah proses penilaian yang sadar dan terarah, yang melibatkan interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi, serta penjelasan atas pertimbangan bukti, konsep, metode, dan konteks.

            Facione (2015) merumuskan enam keterampilan inti sebagai indikator berpikir kritis:

1. Interpretation; kemampuan memahami dan menjelaskan makna informasi, data, dan pesan. Contoh: menafsirkan grafik atau makna dari teks

.2. Analysis; kemampuan mengidentifikasi hubungan antar bagian informasi, termasuk argumen dan bukti. Contoh: menguraikan premis dan kesimpulan dalam sebuah argumen.

3. Evaluation; kemampuan menilai kredibilitas sumber informasi dan kekuatan argumen. Contoh: menilai apakah sebuah berita itu valid dan tidak bias.

4. Inference; kemampuan menarik kesimpulan logis dari data atau informasi yang tersedia. Contoh: mengambil kesimpulan dari data statistik.

5. Explanation; kemampuan mengkomunikasikan hasil berpikir dan alasan di balik kesimpulan. Contoh: menjelaskan mengapa sebuah solusi dianggap paling tepat.

6. Self-regulation; kemampuan untuk merefleksi dan mengevaluasi proses berpikir sendiri. Contoh: Menyadari dan memperbaiki kesalahan logika dalam berpikir.          

          Dalam konteks pendidikan, berpikir kritis sangat penting karena membantu siswa tidak hanya menerima informasi begitu saja, tetapi mampu memeriksa kebenaran dan relevansinya. Oleh Sebab itu kemampuan berpikir kritis penting dimiliki oleh setiap orang/siswa.

            Socratic questioning adalah metode bertanya yang dikembangkan oleh Socrates, seorang filsuf Yunani kuno. Metode ini dapat digunakan sebagai cara untuk mendorong dan mengembangkan pemikiran kritis dan reflektif. Teknik ini melibatkan serangkaian pertanyaan yang mendalam dan menantang asumsi, pandangan, serta logika berpikir seseorang untuk mencapai pemahaman yang lebih jernih dan mendalam terhadap suatu konsep atau masalah. Metode ini mendorong seseorang untuk menjelaskan alasan atau bukti di balik pendapatnya, menguji konsistensi logika, merefleksikan keyakinan dan nilai-nilai, serta menganalisis konsekuensi dari suatu pandangan

            Pertanyaan Socratic memiliki ciri-ciri berikut: (a) terbuka dan mendalam, bukan pertanyaan "ya/tidak", (b) berfokus pada pemahaman, bukan sekedar informasi, (c) mengungkap asumsi dan dasar argumen, (d) menantang kontradiksi atau kelemahan logika, dan mendorong pemikiran mandiri dan refleksi diri.

            Pertanyaan-pertanyaan socratic questioning:

1. Pertanyaan klarifikasi: “apa yang Anda maksudkan dengan hal itu?”

2. Pertanyaan asumsi:”apa asumsi Anda yang mendasari pendapat ini?”

3. Pertanyaan alasan dan bukti: “apa bukti yang Anda miliki untuk mendukung pendapatmu itu?”

4. Pertanyaan Implikasi dan konsekuensi: “Apa akibat dari pandangan ini jika diterapkan?”

5. Pertanyaan reflektif: “Mengapa Anda yakin itu benar?”

            Memperhatikan bentuk-bentuk pertanyaan dalam socratic questioning, maka dapat diasumsikan bahwa metode ini dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Upaya ini dapat dilakukan melalui berbagai latihan seperti berikut:

1.    Latihan dalam diskusi kelompok; ajukan pertanyaan terbuka yang memicu dialog.

2.    Saat proses pembelajaran atau belajar, ajukan pertanyaan dengan kata tanya  “mengapa”, “bagaimana”

3.    Latihan melalui jurnal reflektif. Tulis pertanyaan-pertanyaan seperti:  “Apa yang membuat saya berpikir seperti itu?”, “Apa yang bisa saya pelajari dari sudut   pandang lain?”

4.    Terapkan dalam membaca. Saat membaca tanyakan:  “Apa asumsi penulis?”, “Apakah argumennya konsisten?”

5.    Berlatih dengan skenario. Gunakan studi kasus dan ajukan pertanyaan seperti:  “Apa pilihan alternatif dalam kasus ini?”, “Apa dampak jangka panjang dari tindakan ini?”

            Socratic questioning bukan hanya teknik bertanya, tapi juga pendekatan berpikir kritis yang melatih individu untuk tidak menerima begitu saja informasi yang diterima, melainkan mengujinya dengan pikiran yang tajam dan reflektif. Dengan latihan konsisten, baik guru, siswa, maupun siapa saja dapat meningkatkan kedalaman berpikir dan kualitas pemahaman terhadap suatu isu atau informasi.

Referensi:

Facione, Peter A. 2015. Critical Thinking: What It Is and Why It Counts. Measured Reasons LLC.