Pendidikan Moral Berbasis Kearifan Lokal Gorontalo
Pendidikan Moral Berbasis Kearifan Lokal Gorontalo
Oleh: Maryam Rahim
Di tengah arus globalisasi yang semakin kencang, bangsa Indonesia menghadapi tantangan besar dalam menjaga jati diri dan moralitas generasi mudanya. Tantangan ini tentu saja harus dihadapi dengan semakin memberikan perhatian serius terhadap penguatan moral bangsa khususnya generasi muda. Sekolah, keluarga dan masyarakat memiliki peranan penting dalam upaya ini. Salah satu pendekatan yang dipandang sangat relevan dalam penguatan moral generasi muda Indonesia, adalah melalui pendidikan moral berbasis kearifan lokal. Pendekatan ini tidak hanya menanamkan nilai-nilai moral universal, tetapi juga memperkuat identitas budaya generasi muda Indonesia melalui pengenalan dan penghayatan terhadap warisan budaya daerah masing-masing.
Saat ini, generasi muda Indonesia dihadapkan pada perubahan sosial yang cepat dan pengaruh budaya luar yang begitu besar, terutama melalui media digital. Tanpa fondasi moral yang kuat dan relevan dengan lingkungan mereka, generasi muda bisa mengalami kebingungan identitas dan degradasi kesadaran etika. Pendidikan moral berbasis kearifan lokal hadir sebagai solusi dengan menjadikan nilai-nilai yang hidup di masyarakat sebagai pijakan untuk membentuk karakter yang baik, relevan, dan kontekstual.
Pendidikan moral berbasis kearifan lokal adalah proses pembelajaran nilai-nilai etika dan moral yang bersumber dari kearifan lokal masyarakat. Kearifan lokal tersebut meliputi adat istiadat, tradisi, cerita rakyat, peribahasa, lagu daerah, serta sistem nilai dan filosofi hidup yang tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat. Dengan kata lain, pendekatan ini menjadikan budaya lokal sebagai sumber nilai moral yang diajarkan di lingkungan pendidikan formal maupun non-formal.
Penerapan pendidikan moral berbasis kearifan lokal daerah Gorontalo menjadi pilihan, mengingat budaya Gorontalo memberikan perhatian terhadap moral, antara lain melalui falsafah hidup, kegiatan-kegiatan sosial, ungkapan-ungkapan dan cerita-cerita rakyat.
1. Melalui falsafah hidup.
Sebagai daerah yang dikenal dengan Serambi Madinah, Gorontalo memiliki falsafah hidup: adati hula-hula’a to syara’, syara’ hula-hula’a to kitabullah. Falsafah ini mengandung nilai-nilai religius yang menjadi pedoman dalam berperilaku, yang akan melahirkan perilaku bermoral.
2. Melalui berbagai kegiatan, antara lain:
a. Di daerah Gorontalo, nilai huyula (gotong royong) diajarkan melalui kegiatan-kegiatan kemasyarakatan maupun kegiatan di lembaga pendidikan. Kegiatan ini mengembangkan nilai sosial yang didasari oleh nilai-nilai moral.
b. Melalui kegiatan upacara adat “to’opu” atau “penjemputan” seorang pejabat pemerintah (gubernur, bupati, walikota) dan upacara “pohutu momulanga” atau upacara “penganugrahan gelar adat”, yang diberikan kepada putra-putri Gorontalo yang menduduki jabatan, baik di tingkat daerah, tingkat provinsi maupun tingkat nasional (Djou, dan Ntelu, 2022).
1) Pada upacara penjemputan, oleh pemangku adat sebagai pelaksana upacara tersebut menyampaikan kata-kata arif yang dirangkum dalam bentuk puisi adat yang berbunyi sebagai berikut:
Wuu…Eyaanggu! (‘Wahai tuanku’!)
Huta-huta lo ito Eeya (‘Tanah-tanah milik Tuan’)
Taluhu-taluhu lo ito Eeya (‘Air-air milik Tuan’)
Tulu-tulu lo ito Eeya (‘Api-api milik Tuan’)
Dupoto-dupoto lo ito Eeya (‘Angin-angin milik Tuan’)
Tau-tau lo ito Eeya (‘Rakyat-rakyat milik Tuan’)
Bo dila poluliya to hilawo Eeyanggu (‘Tetapi jangan dijadikan sebagai pemuas hati ‘Tuanku’).
Ungkapan-ungkapan di atas, berisi pesan moral kepada seorang pejabat pemerintah dalam melaksanakan tugas-tugasnya (Djou, dan Ntelu, 2022).
2) Upacara “pohutu momulanga” atau upacara “penganugrahan gelar adat”.
Upacara penganugrahan gelar adat diberikan kepada putra-putri Gorontalo yang menduduki jabatan, baik di tingkat daerah, tingkat provinsi maupun tingkat pusat (nasional). Pada upacara itu disampaikanlah “tahuli” atau ‘pesan para leluhur’ kepada pejabat yang dianugrahi gelar adat.
Ungkapan-ungkapan figuratif yang terdapat dalam bait-bait “tahuli” sebagai berikut:
Tahuli ode diiti mooli (“pesan kepada generasi berikut”)
Assalam alaikum warohmatullahi wabarokatuh
Po’opiyohe pi’ili wau popoli (“perbaiki tingkah laku dan perbuatan”
Taali butu asali (“jagalah asal-usul dan latar belakangmu”)
Motombulu to amali (“dihormati dalam perbuatan”)
Wolipopo to didi lobaya (“cahaya harapan terbayang di wajah”)
Diila potitiwanggango (“jangan berlagak sombong”)
Dia tumuhu tumango (“tidak akan berkembang”)
Duungio motontango (“daunnya akan berguguran”)
Batangio motontango (“pohonnya pun akan tumbang”)
Dia tambia lo lango (“lalat pun tak akan hinggap”)
Diila pohutu bulonggalo (“jangan berbuat keributan”)
Openu de moputi tulalo (“biar nanti berputi tulang”)
Lipu poduuluwalo (“negeri dibela”)
Dahai bolo maawalo (“jangan sampai renggang”)
Uwito u moali dalalo (“itu yang jadi jalan”)
Bu’a lo’ungopanggalo (“perpecahan negeri yang bersatu”)
Ungkapan-ungkapan tersebut memiliki makna inti. Intinya adalah ketika seseorang menjadi pemimpin hendaknya tidak berlagak sombong, menerapkan pola hidup sederhana, menghormati orang lain, menghargai masyarakat agar apa yang dicita-citakan oleh seorang pemimpin berupa kesejahteraan rakyat, kedamaian hati dalam memimpin dapat terwujud karena dukungan rakyat (Djou dan Ntelu, 2022).
Selain itu di daerah Gorontalo ada pepatah seperti berikut:
1) "Bo to hale-hale lo odutuwa lo tanggulo" yang berarti "keberadaan seseorang sangat ditentukan oleh perilakunya. Seseorang akan dihargai dan dipercaya jika perilakunya sesuai dengan nilai-nilai moral yang berlaku".
2) Openu demo puti tulalo, bo dila moputi baya”, artinya biarlah tulang yang putih, asal jangan wajah yang pucat karena menanggung malu, akibat melakukan sesuatu yang tidak benar/berbohong, memfitnah dan lain-lain. Falsafah ini menegaskan bahwa tradisi dan sikap masyarakat gorontalo sangat menjujung kejujuran (Pangky Yulianto, https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/15832/Falsafah-Gorontalo-dalam-Bersosial-Media.html
c. Adat “pembe’atan”, antara lain diisi dengan pemberian nasehat kepada anak perempuan yang telah memasuki masa aqil balik atau masa remaja tentang kewajiban sebagai muslimah menjalakan ajaran agama, nasehat tentang interaksi sosial, serta perilaku yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral.
d. Adat “meluna” atau “sunatan” bagi anak laki-laki yang telah memasuki usia aqil balik. Pada kegiatan ini juga dinerikan nasehat kepada anak laki-laki tersebut, berupa nasehat melaksanakan ajaran agama Islam, nasehat tentang perilaku sosial dan perilaku bermoral.
e. “Palebohu” artinya pemberian nasihat, yang biasanya diberikan kepada pasangan pengantin yang melangsungkan pernikahan. Nasihat yang diberikan berisi pesan-pesan keagamaan dan juga pesan-pesan moral dalam kehidupan berumah tangga.
f. Cerita rakyat Gorontalo yang mengandung pesan-pesan moral https://tirto.id/cerita-rakyat-dari-gorontalo-singkat-dan-pesan-moralnya-g6li#google_vignette
1) Cerita Bulalo Lo Limutu
Pesan moral dari cerita ini adalah bahwa keberanian dan kerja keras dapat membawa seseorang mencapai hal-hal yang luar biasa. Namun, kesombongan dan pengingkaran janji seperti yang dilakukan Tilonggibila hanya akan mendatangkan kehancuran. Kisah ini juga mengajarkan bahwa kesabaran memiliki batas, dan perbuatan buruk akan menuai akibat buruk pula.
2) Cerita Lahilote
Cerita ini mengajarkan bahwa kejujuran adalah fondasi penting dalam hubungan. Tindakan Lahilote yang menyembunyikan selendang bidadari berujung pada kehilangan kepercayaan dan perpisahan. Dalam hidup, kebenaran yang disembunyikan pada akhirnya akan terungkap, dan kebohongan hanya membawa kesedihan.
3) Cerita Benteng Otanaha
Pesan moral dari cerita ini adalah pentingnya waspada terhadap niat tersembunyi orang lain, terutama yang berpotensi mengancam. Kisah ini juga menekankan pentingnya keberanian untuk mempertahankan tanah air meskipun harus mengorbankan nyawa, seperti yang dilakukan oleh Naha.
4) Cerita Janjia Lo U Duluwo
Cerita ini mengajarkan pentingnya pengorbanan dan dedikasi untuk menciptakan perdamaian. Namun, perdamaian sejati hanya bisa terwujud jika semua pihak bersedia untuk bekerja sama dan mengesampingkan ego serta konflik masa lalu.
5) Cerita Apulu si Anak Ajaib
Pesan moral dari kisah ini adalah bahwa kekuatan atau kemampuan istimewa sebaiknya digunakan untuk membantu orang lain, seperti yang dilakukan Apulu. Kebaikan hati dan rasa peduli terhadap sesama adalah kekuatan sejati yang membawa kebahagiaan.
Masih banyak lagi kegiatan, ungkapan, dan cerita dalam budaya Gorontalo yang berisi pesan-pesan moral yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam berperilaku.
Pendekatan pendidikan moral berbasis budaya memiliki sejumlah keunggulan, antara lain:
1. Kontekstual dan aplikatif, karena nilai-nilai yang diajarkan dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa.
2. Memperkuat identitas budaya, sehingga siswa tumbuh dengan rasa bangga dan cinta terhadap budaya sendiri.3. Mengurangi jurang nilai antara rumah, sekolah, dan masyarakat, karena ketiganya berakar pada nilai yang sama. Namun demikian, pendekatan ini juga menghadapi tantangan, seperti:
1. Kurangnya dokumentasi kearifan lokal, terutama di daerah yang minim literasi.
2. Kurikulum nasional yang masih belum sepenuhnya fleksibel, sehingga guru kesulitan mengintegrasikan nilai-nilai lokal dalam pembelajaran.3. Masuknya budaya luar yang sering kali lebih dominan dalam kehidupan sehari-hari anak-anak. Oleh karena itu, dibutuhkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, guru, tokoh adat, dan masyarakat untuk mengembangkan model pendidikan yang responsif terhadap konteks budaya lokal. Pendidikan moral tidak bisa dipisahkan dari akar budaya masyarakat. Dengan menggali, memahami, dan mengajarkan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam budaya lokal, pendidikan Indonesia bisa mencetak generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga berkarakter kuat, berakhlak mulia, dan bangga terhadap jati dirinya sebagai bagian dari bangsa Indonesia. Pendidikan moral berbasis kearifan lokal bukan sekadar alternatif, tetapi sebuah keniscayaan dalam membangun peradaban bangsa yang beradab dan bermartabat.
Kategori
- Masih Kosong
Arsip
Blogroll
- Masih Kosong