Jurnal Ilmiah Agrosains Tropis, Vol 1 No 3, September 2006: 116-123

Zulzain Ilahude, Nurdin

Staf Pengajar Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo

Abstract

This study was carried out to alluvial landform of Tolongio Main Garden of Gorontalo Utara Regency of Gorontalo Province, at Agriculture Technology Laboratory of Agriculture Faculty, Gorontalo State University. Thr objective of this research was to determine the effect of Pelangi fertillizing on the production parameters and also to conduct the best dosage to obtain good responses on the production parameters of corn od Lamuru FM, Bisi-2 and Motor variety.The plot were arranged in a block design of split plot which where variety was a main plot with three treatments are Lamuru FM (V1), Bisi 2 (V2) and Motor (V3), while Pelangi fertilizer as a sub plot with fourth treatments are 0 kg/ha (PO0), 75 kg/ha (PO1), 150 kg/ha (PO2), 225 kg/ha (PO3) by three replications.This study showed that fertilizing Pelangi have significantly effect on the production parameters are plant age polination and grain weight of corn, however it was not significant on the plant heigth of corn. The recommended dosage and variety were 225 kg/ha (PO3) and Lamuru FM for production of corn, respectively.

Keywords: Alluvial, corn, production, fertilizing, optimum.

https://drive.google.com/file/d/1OdaL8mnEkPRJhkRFeFE2o9JzGXtWJpVc/view?usp=sharing

 

Jurnal Ilimah Agrosains Tropis, Vol 1 No 1, Januari 2006: 1-6

Nelson Pomalingo, Nurdin

Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo

Abstract

The rainfall, relative humidity and temperature data of North Isimu Area of Gorontalo Regency were collected for period 1961-2005. For land suitability purpose, the potential evapotranspiration is cumputed using Thorwhitw Methods. This area which has dry season of 3 month and growing period of 5 month is potential for development of the yearround of maize when correct planting time is properly carried out. The computation of water balance used as basic strategy for water management and crop calendars. Rainfall, relative humidity and temperature are component which determinees alnd suitability of maize. Land suitability analysis for maize development using category system based on limiting factor method. Then, the computation of comparative suitability value using Felozardo (1978) method. The result of this research has shown that land suitability classes for maize development based on climate factors are moderately suitable (S2). Then, the comparative suitability value of this area are 86.67%. The crop calendar for maize development at North Isimu Upland area is January until March as first cultivation and April until July as second cultivation. In soil factor are very supproting for maize developing at North Isimu Upland area.

Keywords: Land suitability, climate, maize, crop calendar, upland, Isimu Utara.

https://drive.google.com/file/d/1DgG4CI7sASGGHqVdxgDfCUUwA-IPYUoS/view?usp=sharing

Jurnal Agroteknotropika (JATT), Vol. 12 No.2 Desember 2023: 8-16

Brayen Mogot1, Hayatingsih Gubali2, Nurdin2

1Alumni Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo

1Dosen Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo

Jl. Prof. Dr. Ing. B.J Habibie, Moutong, Kab. Bone Bolango, 96554

Abstract

Drought stress is one the main constraints to plant growth. Drought stress can hinder plant growth from the early stages, and if it occurs throughout the plant growth period, it can disrupt metabolic processes and cause permanent tissue damage, preveting the plant from recovering. Effort to address drought stress is by promoting cultiyating varietas the are tolerant to drought stress. This research aims to determine two soybean varieties’ growth and yield responses to drought stress. The research was conducted in Bulotalangi Timur Village, Bulango Timur Subdistrict, Bone Bolango Regency, Gorontalo Province, from October to Desember 2022. This research employs a Randomized Complete Block Design (RCBD) factorial design consisting of two factors. The first factor was soybean varietas, which included two levels: Agromulyo and Wilis Variety. The second factor was drought stress, which consisted of three levels: Control (irrigation until harvest), No irrigation at 35-46 DAP (Days After Planting), and No irrigation at 42-53 DAP. The data were analyzed using analysis of variance (ANOVA) with a significance level of 5%. The results indicate that the two soybean varieties responded differently in terms of growth and yield. The Agromulyo variety has greater drought stress tolerance than the Wilis variety. The growth and yield of both soybean varieties were hindered under the drought stress condition applied during the 35-46 days after planting (DAP) period.

Keywords: Soybean, Agromulyo, Wilis, Variety, Drought stress

https://ejurnal.ung.ac.id/index.php/JATT/article/view/24530

Jurnal Litbang Pertanian, 30(2), 2011: 55-65

Nurdin

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo, Jalan Jenderal Sudirman No. 6, Kota Gorontalo 96122

Abstract

Cabai merupakan komoditas unggulan Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo yang dicanangkan pemerintahdaerah melalui program Gemar Malita. Pembangunan agribisnis cabai di kabupaten ini masih pada tahap subsistemon farm, tetapi pengembangannya mempunyai keunggulan komparatif dan kompetitif. Secara finansial,pengembangan cabai lebih menguntungkan dan mempunyai daya saing yang lebih tinggi dibanding jagung dan padidengan nilai R/C dan B/C cabai masing-masing 2,15 dan 1,87, lebih tinggi daripada dua komoditas unggulan tersebut.Selain itu, cabai merupakan komoditas basis di Kecamatan Tilamuta, Botumoito, Wonosari, dan PaguyamanPantai. Cabai umumnya dibudidayakan pada tanah Inceptisol, Alfisol, Mollisol, dan Entisol. Namun, lahan iniumumnya telah digunakan untuk komoditas lain atau dikonversi ke penggunaan nonpertanian. Iklim yang keringdan kesuburan tanah yang rendah sampai sedang merupakan faktor pembatas dalam pengembangan cabai di daerahini. Upaya dan strategi yang dapat ditempuh meliputi konservasi tanah dan air, intensifikasi dan diversifikasitanaman, pembinaan kearifan lokal, penyuluhan dan pemberian insentif, serta pemberdayaan kelembagaan perdesaandan penyuluhan. Hal penting lain yang perlu dilakukan adalah mengembangkan kemitraan dengan pihak swastamelalui pola inti-plasma, contract farming, subkontrak, dagang umum, keagenan, dan kerja sama operasionala gribisnis.

Kata kunci:Cabai, teknologi, agribisnis, Gorontalo

Terakreditasi LIPI: https://www.cabidigitallibrary.org/doi/full/10.5555/20113341430

RINGKASAN

Mochtar Lutfi Rayes1, Nurdin2, Endang Listyarini3, Christanti Agustina3

1Guru Besar Survei Tanah dan Evaluasi Lahan Universitas Brawijaya

2Mahasiswa Program Doktor Pascasarjana Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

3Staf Pengajar Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Kebutuhan lahan senantiasa terus meningkat seiring pertambahan penduduk dan pembangunan fisik yang terus dilakukan. Lahan pertanian merupakan agroekosistem yang terkena dampak tersebut karena laju konversi dan fragmentasi lahan, padahal lahan ini umumnya merupakan areal pertanian yang subur, akibatnya budidaya jagung sudah merambah sampai di kawasan hulu DAS yang seyogyanya tetap dipertahankan sebagai kawasan konservasi. Penelitian ini bertujuan untuk: (a) mengetahui karakteristik dan kualitas lahan pertanian jagung di kawasan pertanian berkelanjutan Gorontalo, (b) nenyusun kriteria kesesuaian lahan modifikasi untuk tanaman jagung, (c) menilai kelas kesesuaian lahan pertanian tanaman jagung, dan (d) menganalisis mitigasi kerusakan lahan untuk keberlanjutan usahatani jagung di kawasan pertanian berkelanjutan Gorontalo. Penelitian ini dilaksanakan mulai Juni 2019 sampai dengan Oktober 2019 dengan lokasi penelitian di kawasan pertanian berkelanjutan Gorontalo, Provinsi Gorontalo. Bahan yang diteliti adalah tanah-tanah yang berada di kawasan pertanian berkelanjutan Gorontalo, Provinsi Gorontalo dan contoh tanahnya dari masing-masing tanah tersebut. Contoh tanah sebanyak 2-3 kg diambil dari setiap horizon dalam profil pewakil, peta tanah, peta geologi, peta lereng, peta landform, peta penggunaan lahan, data iklim dari stasiun BMKG setempat selama 5 tahun dan bahan analisis di laboratorium. Alat yang digunakan meliputi: pisau tanah, buku warna tanah (munsell soil colour chart), sabuk tanah, blangko profil tanah, meteran, ring sampel, bor tanah, pacul, skop, parang, teropong, altimeter, clinometer, GPS, kompas, kantong plastik, karet gelang, kertas lebel, loup, 1 set Komputer dan printer, spidol F, program Microsoft Excel, dan Microsoft Word serta seperangkat alat analisis laboratorium. Khusus untuk penyusunan kriteria kesesuaian lahan jagung menggunakan program ALES dan analisis kesesuaian lahan lainnya.

Penelitian ini terdiri dari: (a) sub penelitian ke-1 berupa kajian karakteristik dan kualitas tanah dengan metode survei tanah secara fisiografi dan observasi lapangan, (b) sub penelitian ke-2 berupa penyusunan kriteria kesesuaian lahan modifikasi untuk tanaman jagung dengan program ALES yang disesuaikan dengan produksi jagung di lapangan, (c) sub penelitian ke-3 berupa penilaian kelas kesesuaian lahan untuk tanaman jagung yang menggunakan kerangka kerja evaluasi lahan FAO dan metode pencocokan dengan bantuan program ALES, dan (d) sub penelitian ke-4 berupa analisis mitigasi kerusakan lahan untuk keberlanjutan usahatani jagung di kawasan pertanian berkelanjutan Gorontalo dengan menduga erosi tanah, baik dengan metode RUSLE maupun EDP. Data yang diperoleh diolah dan dituangkan dalam bentuk tabel dan gambar. Selanjutnya, data sekunder maupun data pengamatan lapangan serta data laboratorium dianalisis secara deskriptif dan kuantitatif serta diinterpretasi sesuai dengan tujuan penelitian. Hasil analisis disajikan dalam bentuk tabel, grafik dan peta-peta tematik.

Gambar 1. Kegiatan Survei Tanah, Observasi Lahan dan Wawancara Petani

Hasil penelitian yang dicapai menunjukkan bahwa karakteristik fisik tanah di daerah penelitian menunjukkan dominasi tekstur lempung dengan dominasi kelas besar butir berlempung halus, permeabilitas tanah sangat lambat sampai sedang, dan kadar air tersedia mulai sedang, tinggi sampai sangat tinggi. Karakteristik kimia tanah di daerah penelitian menunjukkan tanah yang didominasi bereaksi masam dan agak masam.,  kadar C-organik yang sangat rendah, rendah dan sedang., kadar N total yang rendah dan sedang., C/N rasio yang sangat rendah, rendah, sedang dan sangat tinggi., kadar P tersedia sangat rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi., basa-basa dapat ditukar didominasi Kalsium (Ca) dengan kadar yang rendah, sedang dan tinggi., kapasitas tukar kation (KTK) dan kejenuhan basa (KB) tanah yang rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. Tanah-tanah yang dijumpai di daerah penelitian dominan adalah Alfisol, Inceptisol, Mollisol, Entisol dan Ultisol. Kualitas lahan di daerah penelitian yang memiliki nilai rendah adalah retensi hara, ketersediaan hara, media perakaran, bahaya erosi dan penyiapan lahan. Kelas kesesuaian lahan aktual (KLA) untuk tanaman jagung di daerah penelitian didominasi kelas sesuai marginal (S3) dengan faktor pembatas utama berupa: retensi hara, dan ketersediaan hara (S3nr, na)., sementara yang paling sedikit adalah KLA S3na dengan faktor pembatas ketersediaan hara. Kelas kesesuaian lahan potensial skenario 1 (KLP-1) untuk tanaman jagung sebagian besar lahan tergolong cukup sesuai (S2), sisanya tergolong sesuai marginal (S3) dan tidak sesuai (N). Kesesuaian lahan potensial skenario 2 (KLP-2) untuk tanaman jagung sebagian besar lahan tergolong sangat sesuai (S1), sisanya tergolong cukup sesuai (S2), sesuai marginal (S3) dan tidak sesuai (N). Produksi dan produktifitas jagung hibrida dan jagung lokal telah mencapai angka potensi produksinya, tetapi khusus jagung komposit belum tercapai potensi produksinya.

Gambar 2. Mitigasi Kerusakan Lahan di Daerah Penelitian Skenario 1

Usahatani jagung pada kelas kesesuaian lahan (KKL) S1 menguntungkan karena RCR sebesar >1, demikian halnya dengan usahatani jagung pada KKL S2 dan KKL S3 juga masih menguntungkan karena RCR sebesar >1, sedangkan usahatani jagung pada KKL N tidak menguntungkan karena RCR <1. Upaya mitigasi kerusakan lahan akibat pertanaman jagung skenario 1, meliputi: (1) pengolahan tanah minimum dan maksimum yang disesuaikan dengan solum tanah dan kemiringan lereng., (2) penambahan pupuk organik dan pupuk NPK secara spesifik lokasi dan berimbang., (3) penerapan budidaya lorong (BL), pagar hidup (PH), tanaman penutup tanah (PT)., (4) pembuatan teras gulud (TG) dan teras bangku (TB), rorak., (5) perbaikan drainase (gulud, surjan) pada lahan dengan drainase buruk (tergenang)., serta reboisasi dan hutan lindung pada lahan yang tidak sesuai.

Gambar 3. Mitigasi Kerusakan Lahan di Daerah Penelitian Skenario 2

Sementara itu, upaya mitigasi kerusakan lahan akibat pertanaman jagung skenario 2, meliputi: (1) subsidi pupuk organik dan pupuk NPK untuk meningkatkan retensi dan ketersediaan hara bagi tanaman jagung melalui program UPSUs., (2) subsidi pengolahan tanah melalui pelayanan brigade alsintan (tracktor roda dua dan roda empat) yang disediakan disetiap sentra produksi jagung., (3) subsidi terasering (teras gulud dan teras bangku) yang disesuaikan dengan karakteristik lahan dan medan pertanaman jagung setempat, diantaranya melalui program pertanian konservasi (PLA)., (4) subsidi perbaikan drainase (gulud, surjan) melalui program optimasi lahan (OPLA)., serta (5) reboisasi dan hutan lindung melalui program perhutanan sosial dan GERHAN.

Kata Kunci : Karakteristik, kualitas, kriteria, kesesuaian, lahan, erosi, jagung.

Funding: PNBP Universitas Brawijaya T.A 2019, Skema Hibah Profesor

Sumber: Laporan Akhir Penelitian Program Hibah Guru Besar Univeritas Brawijaya Tahun 2019