KATEGORI : Learning Experience

Petunjuk Kerja Penyelesaian Proyek

01 April 2023 16:53:52 Dibaca : 436

Para mahasiswa yang budiman, untuk memudahkan kelompok tim Anda dalam menyelesaikan suatu proyek yang ditugaskan. Maka penting untuk memahami setiap tahapan prosedur kerja yang perlu anda lakukan. Tahapan tersebut akan termuat dalam 5 (lima) aktivitas antara lain:

  1. Aktivitas pertama: memahami Rencana Final Project Tim yang tersaji berdasarkan beberapa pertanyaan mendasar.
  2. Aktivitas kedua: mendesain perencanaan proyek dengan memahami masalah yang ada; membangun peluang, mengeksplorasi data, membingkai masalah, dan menghasilkan ide.
  3. Aktivitas ketiga: menyusun jadwal dengan menyiapkan rangkaian tindakan untuk; mengembangkan solusi, dan membangun penerimaan.
  4. Aktivitas keempat: monitoring dan pelaksanaan proyek; mahasiswa melakukan praktek pembuatan produk desain pembelajaran yang inovatif.
  5. Aktivitas kelima: penilaian dan evaluasi pengalaman belajar; presentasi produk proyek akhir yang dihasilkan, melakukan refleksi dan revisi terhadap hasil karyanya sesuai dengan masukan dan saran ketika peer review, dan melakukan publikasi hasil karya dengan melaporkan secara tertulis dengan melampirkan produk proyek akhir output pemecahan masalah yang dihasilkan.

Dalam menghasilkan produk proyek yang sesuai dengan tema kasus masalah yang dibahas, maka sangat diperlukan pengorganisasian idea oleh masing-masing tim atau kelompok. Oleh karena itu, selama menjalankan kelima aktivatas di atas Anda bersama tim dapat menggunakan prosedur pemecahan masalah kreatif atau disebut CPS (Creative Problem Solving). Prosedur ini bertujuan untuk memungkinkan Anda sebagai pembelajar dapat menghadapi tantangan pada kehidupan nyata secara kreatif dan berhasil. Prosedur CPS dapat berperan sebagai proses untuk pemecahan masalah secara bertahap dengan bantuan kerangka kerja yang sistematis. CPS merupakan model representatif untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif, yang efektif merangsang pemikiran divergen dan konvergen untuk menemukan solusi kreatif dan memungkinkan pembelajaran bermakna dengan memanfaatkan alat pendukungnya. Dengan demikian, proses implementasi CPS dimaksudkan untuk memudahkan Anda dalam menemukan ide sebagai solusi pemecahan masalah, khususnya dalam mendesain pembelajaran yang inovatif untuk menunjang kegiatan belajar mengajar di sekolah. Tahapan utama dari proses CPS terdiri dari memahami masalah, menghasilkan ide, dan menyiapkan tindakan.

Adapun sistem operasional untuk penerapan tiga komponen proses tersebut, dapat diuraikan sebagai berikut;

  1. Membangun peluang dengan cara mengidentifikasi tujuan, tantangan, dan peluang yang luas serta menetapkan arah untuk pemecahan masalah dan berfokus pada kemungkinan peluang dan tantangan.
  2. Mengeksplorasi data, kegiatan utama pebelajar pada tahapan ini yaitu meneliti tugas dengan cermat dan memutuskan fokus utama CPS. Kegiatan ini akan menghasilkan proses berpikir tingkat tinggi bagi siswa, yaitu dengan kemampuan berpikir kritis. Sehingga pebelajar dapat menelusuri dan mengidentifikasi data yang fokus pada tujuan utama. Pada tahap ini pebelajar dapat mengakses data dari berbagai sumber media digital dan aktivitas belajar yang telah disajikan oleh pendidik baik secara mandiri (Personal Asinkronous Mode) untuk menemukan dan memahami masalah utama yang akan dibahas.
  3. Membingkai masalah, kegiatan pebelajar pada tahapan ini yaitu menyusun berbagai pernyataan masalah dan pebelajar dapat memilih masalah dari alternative masalah yang ada. Tahap ini pebelajar dapat berdiskusi secara online (Colaboratif Asinkronous Mode) antar anggota tim untuk memutuskan suatu masalah utama yang akan dibahas.
  4. Menghasilkan ide, tahapan ini adalah kegiatan pebelajar untuk menghasilkan ide-ide baru dan beragam yang berkaitan dengan pernyataan masalah. Proses kegiatan yang dapat dilakukan oleh pebelajar yaitu melakukan proses pencarian ide dan mengubahnya menjadi solusi pemecahan masalah melalui diskusi kelompok secara kolaboratif (Colaboratif Asinkronous Mode).
  5. Mengembangkan solusi merupakan proses untuk membentuk solusi potensial dengan meningkatkan berbagai kemungkinan yang menjanjikan. Proses ini, pebelajar akan menganalisis dan menyempurnakan kemungkinan-kemungkinan yang dihasilkan dengan melakukan diskusi kelompok secara kolaboratif (Colaboratif Asinkronous Mode) melalui bimbingan langsung pendidik.
  6. Membangun penerimaan, mengeksplorasi solusi potensial dan mengidentifikasi dukungan dan hambatannya untuk menemukan solusi yang dapat diterapkan. Proses ini pebelajar akan mengevaluasi kemungkinan-kemungkinan dengan mendiskusikan pendapat-pendapat mana yang cocok untuk menyelesaikan masalah. Sehingga selanjutnya dapat mengubah kemungkinan yang paling menjajikan menjadi solusi. Tahap ini dapat dilakukan melalui studi mandiri (Personal Asinkronous Mode).

Catatan:

Untuk memudahkan kelompok Anda dalam mengerjakan project ini melalui langkah-langkah kerja creative problem solving (CPS); memahami masalah, menghasilkan ide, dan menyiapkan tindakan, gunakanlah secara mandiri atau kelompok aktivitas berpikir divergen dan konvergen dengan menggunakan alat berpikir, seperti brainstorming, HIT, PMI, evaluasi matriks, dan atribut listing. Adapun bentuk alat berpikir yang dapat digunakan sebagai berikut;

Divergent thinking

Brainstorming: Brainstorming adalah teknik untuk pembuatan daftar ide dengan cara yang kreatif melalui ruang diskusi yang ramah dan terbuka. Tujuan dari brainstorming adalah untuk menghasilkan ide sebanyak mungkin dalam waktu singkat. Alat utama dalam brainstorming adalah membuat jurnal. Dengan membuat jurnal dapat menjadi cara yang efektif untuk merekam ide-ide yang dipikirkan secara spontan. Dengan membuat jurnal, dapat mengumpulkan pemikiran yang nantinya menjadi daftar sumber ide. Selama proses brainstorming, semua ide dicatat dan tidak ada ide yang diabaikan atau dikritik. Setelah daftar panjang ide dihasilkan, seseorang dapat kembali dan meninjau ide untuk mengkritisi kekurangan atau kelebihannya. Apabila Anda ingin menghasilkan ide terbaik melalui brainstorming, sebaiknya terapkan beberapa tips ini agar lebih maksimal dalam menemukan ide yang berkualitas. Contoh implementasi metode brainstorming, dapat terapkan melalui teknik meeting brainstorming pada sistem rapat elektronik. Adapun langkah kerja dari metode tersebut, dapat dilihat disini.

Convergent thinking

  1. HIT: HIT digunakan untuk mempersempit ide dari banyaknya ide yang ditawarkan dengan memberikan tanda centang pada ide yang paling sesuai. Contoh format HIT disini.
  2. PMI (Plus, Minus, and Interesting): PMI digunakan untuk memverifikasi solusi untuk suatu masalah dengan menganalisis beberapa ide atau berfokus pada prinsip. (P adalah singkatan dari Plus untuk menandai sebuah ide yang pro, M adalah singkatan dari Minus untuk menandai ide yang kontra, I adalah singkatan dari Interesting untuk menandai ide yang menarik). Lebih lanjut penjelasan dan langkah kerja penggunaan alat berpikir PMI dapat dilihat disini. Format PMI dapat di unduh pada laman ini.
  3. Evaluation Matrix: Evaluasi matriks digunakan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan beberapa ide berdasarkan kriteria evaluasi yang ditetapkan sehingga dapat membuat pilihan yang tepat dan sesuai. Evaluasi matriks merupakan formulasi pengambilan keputusan yang sangat berguna, ketika ada banyak faktor yang perlu dipertimbangkan, alat ini menghilangkan ketidakpastian dan subjektivitas dari pengambilan keputusan Anda. Hal ini memungkinkan Anda untuk mengetahui dengan jelas keputusan mana yang paling masuk akal untuk dibuat. Penjelasan lengkap terkait penggunaan evaluasi matriks dapat dipelajari disini. Untuk menggunakan alat ini, Anda dapat memanfaatkan aplikasi bernama Ruminate. Aplikasi ini memiliki fasilitas lengkap untuk membuat matriks perhitungan dalam pengambilan keputusan. Contoh hasil penggunaan aplikasi Ruminate dapat lihat pada laman ini.
  4. Attribute Listing: Atribut listing merupakan alat berpikir yang membantu untuk menemukan ide baru yang dapat dirubah sebagai solusi kongkrit dengan cara membuat daftar dan menganalisis semua atribut tersebut sebagaimana dengan masalah yang dihadapi, lebih lanjut penjelasannya dan contoh penggunaan attribute listing disini. Format atribut listing dapat di download pada laman ini.

Pertanyaan mendasar ?

Bayangkan anda bekerja dalam satu kelompok desain pembelajaran !

Setiap tim tersebut diminta merancang pembelajaran Biologi di Sekolah untuk satu kali pertemuan dengan beberapa pencapaian yang disesuaikan dengan silabus. Pembelajaran tersebut dirancang dalam konteks tertentu dengan situasi dan kondisi tertentu. Sehingga strategi pembelajaran seperti apa yang menurut tim anda paling tepat ?

  1. Seperti apakah konteks dan karakteristik masalah pembelajaran yang dihadapi?
  2. Seperti apa karakteristik tujuan pembelajaran yang ingin dicapai?
  3. Model pedagogik apa saja yang paling relevan digunakan?
  4. Model, pendekatan, strategi, metode, media dan teknologi belajar seperti apa yang paling sesuai?

 Apa projectnya ?

Secara berkelompok membuat perangkat pembelajaran untuk 1 kali pertemuan dalam suatu konteks tertentu yang dipilih dan ditentukan sendiri oleh setiap kelompok.

 

Seiring dengan perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi, media pembelajaranpun juga mengalami perubahan yang begitu cepat dan tak dapat dibendung kehadirannya. Perubahan besar yang terjadi dalam proses pembelajaran tersebut, ditandai dengan banyaknya bentuk inovasi pembelajaran yang melibatkan berbagai ragam teknologi belajar sebagai media untuk penyampaian pembelajaran. Salah satunya adalah penerapan pembelajaran daring (dalam jaringan). Pembelajaran daring dinilai memiliki pengaruh besar terhadap pengalaman dan keterlibatan belajar peserta didik. Sebab desain dari pembelajaran ini, mampu mendesai ruang belajar baru bagi peserta didik yang sesuai dengan kondisi lingkungannya yang terintegrasi dengan media teknologi. Konsep belajar ini menciptakan bentuk interaksi baru bagi peserta didik dengan media digital sebagai ruang belajarnya.

Kehadiran media pembelajaran dapat berfungsi sebagi alat bantu pembelajaran yang dapat meningkat pemahaman dan kemampuan peserta didik. Dapat kita renungkan, jika seandainya seorang guru mengajar di sekolah dari menit awal sampai dengan menit akhir, guru menggunakan lesan (verbal) untuk menerangkan atau menjelaskan suatu materi pelajaran? Bagaimana reaksi peserta didik? Tentunya  akan cepat bosan, ngantuk dan  konsentrasi belajar mudah beralih ke hal lain. Media pembelajaran memiliki peran yang sangat urgen dalam memfokuskan perhatian, meningkatkan pemahaman, dan masih banyak aspek lain yang menguntungkan proses belajar peserta didik.

Namun, siapa sangka pemberlakuan pembelajaran dengan media pembelajaran digital dalam jangka panjang justru membawa ancaman baru. Seperti penerapan pembelajaran daring yang berlaku sejak Maret 2020 masih diterapkan disejumlah daerah di Indonesia hingga saat ini. Lebih dari 10 bulan diterapkan, pembelajaran daring membawa kekhawatiran akan terjadinya learning loss atau kehilangan kesempatan belajar di tanah air. Yang menjadi pertanyaan besar, apakah pembelajaran daring merupakan alasan terjadinya learning loss di tanah air? Dan apa yang dapat dilakukan pemerintah serta masyarakat Indonesia terutama para guru untuk membantu meminimalisir dampak dari learning loss ini?

Acaman ini sekiranya perlu untuk mewaspadai terjadinya mortalitas belajar. Kematian lonceng belajar merupakan suatu tanda muculnya gejala learning loss seperti di masa emergency pandemi Covid-19 pada beberapa waktu yang lalu. Kondisi ini dapat mempengaruhi ketertinggalan belajar, karena;

  1. Parameter keberhasilan belajar berubah.
  2. Beralihnya pusat belajar ke luar kurikulum terstruktur.
  3. Belajar hanya yang disukai (bukan dibutuhkan).
  4. Prosedur belajar mandiri (rapuhnya social skill untuk to live together).
  5. Kehilangan pengetahuan “aku ada di mana”, “dari mana mau ke mana”, “sudah sampai dimana”, “teman-temanku ada dimana”.
  6. Kehilangan penghayatan “di atas langit masih ada langit”, “di depan ada orang dan di belakang juga ada”.
  7. Kehilangan kesempatan belajar berbagi cipta-rasa-pelihara.

Gejala-gejala di atas patut untuk diwaspadai, maka setiap guru termasuk mahasiswa calon guru harus dapat menjawab tantangan ini. Jangan biarkan anak-anak bangsa berhenti mendengar lonceng belajar, waspadai gejala learning loss. Mengawali ini, terdapat beberapa pertanyaan dan catatan penting yang dapat menjadi acuan kita bersama.

  1. Teknologi media pembelajaran apa yang tepat untuk mewaspadai ancaman learning loss ?
  2. Perubahan apa yg terjadi di dunia belajar dan pembelajaran ? Apakah  perubahan itu sistemik dan membawa dampak sistemik ?
  3. Kebutuhan baru di era baru: apa saja, dan bagaimana memenuhinya ?
  4. Bagaimana peran guru ?
  5. Bagaimana dampaknya pada profesi guru ?
  6. Bagaimana peran sekolah ?

Pertanyaan-pertanyaan di atas, mengarahkan adanya era normal baru. Namun, apa dan bagaimana konteks era normal baru tersebut ? Protokol Covid-19 SOCIAL/PHISICAL DINTANCING, cuci tangan, pakai masker berdampak pada hilangnya kebiasaan lama (disruptive new normal), atau disruptive culture. Serupa dengan disruptive technology di era Revolusi Teknologi 4.0. Pertanyaan: bagaimana penerapannya di dunia belajar ? Apa yang hilang di dunia belajar ? Pembelajaran tatap muka akan hilang, selanjutnya sekolah, dan profesi guru.

Dengan demikian diperlukan sebuah pembiasaan baru yang tak pernah diramalkan sebelumnya oleh siapapun. Terjadi karena munculnya makhluk mini tak terlihat mata. Apa jawabannya ? Ubah paradigma face to face ke online learning ! Namun ini, tak kunjung sampai disini. Sebab perubahan belajar ini, turut merubah konsep belajar dan pembelajaran. Apakah konsep-konsep yang ada dapat dipakai begitu saja untuk online learning ? TIDAK ! Karena konsep, teori, model dan media pembelajaran yang telah teruji sahih yang ada semua dikembangkan berbasis pembelajaran tatap muka, sedangkan yang berbasis online sedang dalam proses pengembangan dan pengujian.

Menyikapi berbagai perubahan pembelajaran dimasa kini dan masa depan, maka sangat membutuhkan terobosan baru melalui formulasi media pembelajaran digital yang terukur secara efektif berdampak terhadap peserta didik. Anda sebagai mahasiswa calon guru biologi, mempunyai peran yang sama untuk memberikan kontribusi pada keberhasilan belajar yang optimal terutama di situasi new normal saat ini. Selain itu, potensi learning loss patut menjadi perhatian kita bersama. Oleh karena itu, berdasarkan uraian ini cobalah anda menindaklanjutinya dengan melakukan studi terhadap potensi-potensi masalah yang dapat menurunkan performa belajar khususnya ancaman learning loss pada mata pelajaran biologi di sekolah pada masa new normal saat ini. Temukan ide kongkritnya yang dapat diformulasikan menjadi solusi tindakan yang tepat atas masalah-masalah tersebut.

Untuk memulai studi ini, Anda dapat secara kolaboratif dalam tim merencanakan sebuah kegiatan project pemecahan masalah yang dihadapi di lapangan (sekolah).

Bayangkan anda bekerja dalam satu kelompok desain pembelajaran ! Setiap tim tersebut diminta merancang media pembelajaran Biologi di Sekolah untuk pencapaian belajar peserta didik yang disesuaikan dengan silabus. Media pembelajaran tersebut dirancang dalam konteks tertentu dengan situasi dan kondisi tertentu. Sehingga media pembelajaran seperti apa yang menurut tim anda paling tepat ? Seperti apakah konteks dan karakteristik media pembelajaran yang sesuai dengan masalah pembelajaran yang dihadapi dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai ? Media pembelajaran apa saja yang paling relevan untuk digunakan ? Media dan teknologi belajar seperti apa yang paling sesuai untuk diterapkan dalam pembelajaran di sekolah ?

Sumber:

Prof. Dr. I Nyoman Sudana Degeng, M.Pd. 2021. Teknologi Pembelajaran Universitas Negeri Malang. Webinar Nasional FKMA S3 TEP UM.

Prof. Dr. Mustaji, M.Pd. 2022. S3 Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Surabaya.

Brainstorming adalah teknik untuk pembuatan daftar ide dengan cara yang kreatif melalui ruang diskusi yang ramah dan terbuka. Tujuan dari brainstorming adalah untuk menghasilkan ide sebanyak mungkin dalam waktu singkat. Alat utama dalam brainstorming adalah "membuat jurnal,". Dengan membuat jurnal dapat menjadi cara yang efektif untuk merekam ide-ide yang dipikirkan secara spontan. Dengan membuat jurnal, dapat mengumpulkan pemikiran yang nantinya menjadi daftar sumber ide. Selama proses brainstorming, semua ide dicatat dan tidak ada ide yang diabaikan atau dikritik. Setelah daftar panjang ide dihasilkan, seseorang dapat kembali dan meninjau ide untuk mengkritisi kekurangan atau kelebihannya.

Apabila Anda ingin menghasilkan ide terbaik melalui brainstorming, sebaiknya terapkan beberapa tips berikut agar lebih maksimal.

  1. Hal paling penting untuk menemukan ide melalui metode ini adalah memiliki seseorang yang bertindak sebagai fasilitator yang mengkoordinator jalannya proses brainstorming.
  2. Tetapkan tujuan, hal paling pertama yang harus dilakukan dalam cara melakukan brainstorming adalah menentukan tujuan yang hendak dicapai. Pasalnya tanpa mengetahui tujuan, sesi brainstorming hanya berjalan tanpa arah. Tanyakan pada diri, untuk apa sesi brainstorming tersebut diadakan, masalah apa yang hendak diselesaikan, dan kendala apa yang dihadapi. Dengan menentukan tujuan dan menyampaikan hal tersebut sebelumnya, setiap peserta memiliki pemahaman yang sama terhadap masalah yang dihadapi saat brainstorming dimulai. 
  3. Tetapkan batas waktu, menetapkan waktu sangatlah penting dan hal ini biasanya tergantung pada kerumitan masalahnya . Normalnya, brainstorming dilakukan selama 15–60 menit.
  4. Mulailah dengan masalah/ringkasan target, anggota harus memiliki pertanyaan, rencana, atau tujuan yang jelas sesuai dengan topik.
  5. Menahan diri dari penilaian/kritik, seluruh peserta tidak boleh bersikap negatif dalam menanggapi ide dari peserta lain, meski hanya melalui bahasa tubuh.
  6. Dorong ide-ide aneh dan unik, bebaskanlah semua orang merasa untuk melontarkan ide (asalkan sesuai topik).
  7. Jangan mengikuti satu alur pemikiran terlalu lama, pastikan untuk menghasilkan banyak ide berbeda, dan jelajahi ide individu secara mendetail.
  8. Manfaatkan visual, gunakan diagram untuk membantu menghidupkan ide dan membantu orang lain melihat sesuatu dengan cara yang berbeda.
  9. Berikan waktu bagi anggota tim untuk memikirkan ide. Cara melakukan brainstroming lainnya dalam melakukan brainstorming adalah dengan memberikan waktu bagi setiap anggota tim untuk memikirkan ide dan konsep sebelum sesi berlangsung. Pasalnya, dengan memberikan waktu tersebut maka saat hadir dalam sesi brainstorming, masing-masing anggota sudah memiliki ide dan konsep yang hendak diajukan sehingga brainstorming pun dapat berjalan lebih produktif. Cara ini juga akan mendorong setiap anggota tim memiliki gagasan yang mandiri, bukan lagi hanya menyetujui ide orang lain saja. 
  10. Petakan ide, hal yang tidak boleh dilewatkan dalam cara melakukan brainstorming adalah mencatat ide-ide yang ada. Salah satu cara mudahnya adalah dengan memetakan ide ke dalam kerangka berpikir mind map. Gunakan papan tulis untuk membuat gambaran mind map atas pokok-pokok ide yang muncul selama brainstorming berlangsung. Lewat mind map, kamu dan tim tetap bisa fokus pada ide sentral sambil mengatur dan mengelompokkan ide-ide lain pada jenis yang tepat. Dengan begitu kamu pun dapat lebih mudah menemukan ide yang paling potensial terhadap permasalahan yang dihadapi. 
  11. Ciptakan ruang diskusi yang ramah dan terbuka, jika kamu berperan sebagai pemimpin dalam brainstorming ini, maka pastikan kamu telah menciptakan ruang diskusi yang ramah dan terbuka bagi setiap partisipan. Ramah dan terbuka dalam artian, kamu mendukung dan menyambut semua ide yang dilontarkan oleh partisipan. Brainstorming adalah zona di mana setiap ide diapresiasi. Dengan menciptakan ruang yang terbuka tersebut maka partisipan pun akan lebih percaya diri dan kreatif menggali ide. 

Sumber:

https://faculty.washington.edu/ezent/imdt.htm

https://www.ekrut.com/media/cara-melakukan-brainstorming

https://www.orami.co.id/magazine/brainstorming

Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh sumber daya manusia yang dihasilkan dari sebuah proses pendidikan dan pembelajaran bermutu yang diselenggarakan oleh sebuah lembaga pendidikan guru atau Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang hebat dan bermutu. Tuntutan terhadap lulusan lembaga pendidikan yang bermutu semakin dirasakan mendesak karena semakin ketatnya persaingan dalam lapangan kerja. Salah satu implikasi globalisasi dalam pendidikan yaitu adanya deregulasi yang memungkinkan peluang lembaga pendidikan (termasuk perguruan tinggi asing) membuka sekolahnya di Indonesia. Oleh karena itu persaingan antar lembaga pendidikan akan semakin berat.Mengantisipasi perubahan-perubahan yang begitu cepat dan tantangan yang semakin besar serta kompleks, tiada jalan lain bagi LPTK untuk mengupayakan cara-cara untuk meningkatkan daya saing lulusan serta produk-produk akademik lainnya, antara lain dicapai melalui revitalisasi LPTK. LPTK adalah perguruan tinggi yang diberi tugas oleh Pemerintah untuk menyelenggarakan program pengadaan guru pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan atau pendidikan menengah, serta untuk menyelenggarakan dan mengembangkan ilmu kependidikan dan non-kependidikan. LPTK berperan sebagai lembaga pendidikan prajabatan dan dalam jabatan. Sebagai lembaga pendidikan prajabatan, LPTK berperan: (1) menghasilkan guru yang berkualitas (kualifikasi, kompetensi, berkarakter kuat dan berjiwa pendidik); (2) menghasilkan calon guru dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan untuk menjamin terselenggaranya pendidikan yang memenuhi standar di setiap satuan pendidikan untuk berbagai jalur, jenis dan jenjang pendidikan. Selain itu, LPTK berperan dalam pembinaan guru dalam jabatan, antara lain: (1) melaksanakan sertifikasi guru dalam jabatan, (2) membantu kemendikbud dalam pembinaan guru berkelanjutan, (3) melaksanakan penilaian kompetensi dan kinerja guru secara terus menerus, serta (4) menghasilkan berbagai inovasi pendidikan dan pembelajaran di sekolah untuk peningkatan mutu pendidikan.

Namun kenyataannya kehadiran lebih dari 400 LPTK di Indonesia, belum mampu menyelesaikan permasalahan guru Indonesia yang sangat kompleks, antara lain; (1) kekurangan guru, terutama guru pada daerah-daerah khusus; (2)distribusi tidak proporsional; (3) ketidakcocokan (mismatched) antara latar belakang pendidikan dan tugas yang diampu; (4) kualifikasi akademik dan kompetensi guru sebagian berada di bawah standar; (5) disparitas kualitas atau kompetensi; (6) kesejahteraan guru belum merata; (7) tata kelola dan sistem insentif yang tidak adil dan tidak disesuaikan dengan prestasi kerja; dan (8) kinerja dan prestasi guru rendah, karena insentif tidak efektif meningkatkan kinerja guru. Pada saat ini LPTK mengalami berbagai masalah, antara lain: (1) belum semua LPTK memenuhi standar; (2) disparitas kualitas akibat kurangnya pengendalian jumlah dan kualitas LPTK; (3) over supply lulusan pendidikan akademik sarjana, sehingga banyak LPTK menghasilkan penggangguran terdidik; dan (4) diperlukan perhatian pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintahan daerah terhadap LPTK yang masih kurang itu.Memperhatikan berbagai permasalahan tersebut, maka LPTK di Indonesia perlu direvitalisasi. Pada tahun 2016 dan 2017 Universitas Negeri Gorontalo beroleh program revitalisasi LPTK pada 4 Prodi di Fakultas MIPA. Melalui program tersebut telah menghasilkan beberapa dokumen diantaranya pedoman pengelolaan akademik, kurikulum yang berstandar Nasional Dikti yang berorientasi pada KKNI selain itu dihasilkan pula RPS dan perangkat pengembangan pembelajaran. Hasil revitalisasi tersebut merupakan salah satu penguatan lembaga yang memiliki peran signifikan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan membangun masyarakat yang sejahtera. Dalam mewujudkan visi Universitas Negeri Gorontalo menjadi “Leading University dalam pengembangan kebudayaan dan inovasi berbasis potensi regional di kawasan Asia Tenggara”, UNG bertekad turut membangun negeri dalam menghasilkan lulusan yang berkualitas, baik pendidik, tenaga kependidikan, tenaga profesional, maupun tenaga lainnya. Untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas, maka kurikulum yang merupakan salah satu instrument penting dalam proses pendidikan.Di dalam Permenristekdikti No. 44 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi, Standar proses pembelajaran merupakan kriteria minimal tentang pelaksanaan pembelajaran pada program studi untuk memperoleh capaian pembelajaran lulusan. Dengan demikian, tercapai tidaknya tujuan pendidikan akan sangat tergantung dari pelaksanaan pembelajaran yang diterapkan. Salah satunya adalah penyesuaian perangkat pembelajaran dengan kebutuhan pengguna lulusan, dalam hal ini adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan ajar serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tinggi.Pengembangan perangkat pembelajaran merupakan wujud implementasi dari KKNI sebagai kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor (Perpres nomor 8 tahun 2012). KKNI yang terdiri atas sembilan jenjang memiliki implikasi terhadap kurikulum perguruan tinggi. Setiap lulusan perguruan tinggi, termasuk UNG harus mencapai jenjang tertentu dari KKNI. Lulusan program studi jenjang S-1 harus mencapai KKNI level 6.

Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2015 Tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi Pasal 4 menyebutkan bahwa Standar Nasional Pendidikan terdiri atas, (a) standar kompetensi lulusan, (b) standar isi pembelajaran, (c) standar proses pembelajaran, (d) standar penilaian pembelajaran, (e) standar dosen dan tenaga kependidikan, (f) standar sarana dan prasarana pembelajaran, (g) standar pengelolaan pembelajaran, dan (h) standar pembiayaan pembelajaran. Dengan diterbitkannya Permen Ristek Dikti Nomor 44 tahun 2015 tersebut maka diperlukan penyesuaian beberapa rujukan akademik termasuk didalamnya penyesuaian kurikulum. Khusus dalam standar pengelolaan pembelajaran perguruan tinggi hendaknya; (1) menyusun kebijakan, rencana strategis, dan operasional terkait dengan pembelajaran yang dapat diakses oleh sivitas akademika dan pemangku kepentingan, serta dapat dijadikan pedoman bagi program studi dalam melaksanakanprogram pembelajaran, (2) menyelenggarakan pembelajaran sesuai dengan jenis dan program pendidikan yang selaras dengan capaian pembelajaran lulusan, (3) menjaga dan meningkatkan mutu pengelolaan program studi dalam melaksanakan program pembelajaran secara berkelanjutan dengan sasaran yang sesuai dengan visi dan misi perguruan tinggi, (4) melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap kegiatan program studi dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, (5) memiliki panduan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, pengawasan, penjaminan mutu, dan pengembangan kegiatan pembelajaran dan dosen, dan (6) menyampaikan laporan kinerja program studi dalam menyelenggarakan program pembelajaran paling sedikit melalui pangkalan data pendidikan tinggi.

Uraian di atas telah menggambarkan penting pengelolaan mutu lulusan yang sebagai calon guru yang mampu berdaya saing di pasar kerja. Oleh karena itu, perlunya terobosan dalam mengelola calon guru yang berpengalaman dalam bidang pembelajaran di sekolah. Salah satu upaya yang perlu dikembangkan untuk meningkatkan pengalaman para calon guru di sekolah yaitu dosen LPTK juga harus menjadi model bagi mahasiswa calon guru. Hal ini sebagaimana yang dituangkan dalam Permenristekdikti No. 55 Tahun 2017 tentang Standar Pendidikan Guru: (S1) Sarjana Pendidikan dan Pendidikan Profesi Guru. Capaian pembelajaran lulusan program sarjana pendidikan harus memiliki; 1) Kompetensi pemahaman peserta didik; 2) Kompetensi pembelajaran yang mendidik; 3) Kompetensi penguasaan bidang keilmuan dan atau keahlian; dan 4) Kompetensi sikap dan kepribadian. Untuk mencapai hal tersebut dalam prosesnya harus memiliki; 1) Karakteristik proses pembelajaran; 2) Perencanaan proses pembelajaran; 3) Pelaksanaan proses pembelajaran; dan 4) Beban belajar mahasiswa. Sehingga tercapainya proses pembelajaran tersebut Program Sarjana Pendidikan mampu menerapkan prinsip dosen sebagai model yang dimaknai sebagai panutan bagi mahasiswa calon pendidik; dan sebagai pengalaman otentik dimaknai bahwa mahasiswa calon pendidik memperoleh pengalaman pembelajaran langsung sedini mungkin dalam situasi nyata di satuan pendidikan. Oleh karenanya, dosen harus mampu memberikan contoh baik bagi mahasiswa calon guru, dalam melaksanakan tugas keprofesiannya, termasuk bagaimana melaksanakan pembelajaran di kelas. Agar dosen LPTK pada saat melaksanakan tugas pembelajaran mampu menghadirkan pengalaman nyata bagaimana melaksanakan pembelajaran yang baik, yang relevan dengan tuntutan mutu proses pembelajaran di sekolah, maka dosen harus mengalami langsung bagaimana menjadi “guru” melalui suatu program diployment atau penugasan dosen di sekolah (PDS). PDS merupakan kegiatan yang memberikan dampak positif baik bagi LPTK maupun bagi Sekolah Laboratorium dan atau Sekolah mitra. Program PDS membutuhkan komitmen dosen untuk mengalami dan menjadi guru di Sekolah Laboratorium dan atau Sekolah mitra.

Melalui penguatan kemitraan antara LPTK dengan sekolah laboratorium atau sekolah mitra merupakan wujud dari tujuan revitalisasi yang telah dilaksanakan, Fakultas MIPA dalam hal ini prodi-prodi yang telah terlibat dalam program revitalisasi sangat berpotensi untuk membangun dan mengembangkan penguatan kemitraan dengan pihak-pihak mitra baik sekolah laboratorium maupun sekolah mitra yang sudah terjalin kerjasama melalui MOU. Dalam program kemitraan ini, dosen LPTK akan ditugas ke sekolah laboratorium atau sekolah mitra untuk bekerjasama dalam memperbaiki bentuk-bentuk pengutan pada mutu pembelajaran. Bentuk penguatan kemitraan dijalankan pada beberapa program yang bersinegris baik pihak LPTK maupun mitradengan indikator keberhasilan; 1) Terlaksanannya PDS melalui penyusunan perangkat pembelajaran kolaboratif antara dosen dan guru mitra, pembelajaran kolaboratif yang dibuktikan dengan rekaman audio visual proses pembelajaran kolaboratif, dan diperolehnya pengalaman baik dan terlaporkan menjadi tulisan pengalaman baikprogram PDS. 2) Terlaksananya pendampingan pencapaian kualitas pembelajaran melalui PDS dengan iklim pembelajaran yang semakin baik, dihasilkannya perangkat pembelajaran yang semakin berkualitas, dan meningkatnya prestasi belajar peserta didik. 3) Terciptanya kemitraan sejati antara dosen LPTK dan guru Sekolah Laboratorium dan/atau Sekolah Mitra, yang ditandai dengan program-program tindak lanjut dalam peningkatan kualitas pembelajaran dalam berbagai bentuk dan berkelanjutan, serta menguatkan kemitraan dalam pelaksanaan PLP dan PPL.

Terkait dengan hal tersebut maka dipandang perlu adanya program PDS melalui penguatan kemitraan dengan sekolah laboratorium maupun sekolah mitra. Melalui program ini, Universitas Negeri Gorontalo memprioritaskan 5 (lima) Prodi yang akan diikutkan dalam program dimaksud. Kelima prodi dimaksud adalah; (1) Prodi Pendidikan Biologi, (2) Prodi Pendidikan Kimia, (4) Prodi Pendidikan Fisika, dan (4) Prodi Pendidikan Geografi serta (5) Prodi Pendidikan Matematika.

Harapan dari program tersebut adalah untuk mewujudkan Indonesia yang Unggul dalam penyelenggaraan dan pembangunan pendidikan nasional yang harus dikelola oleh tenaga pendidik yang unggul, dalam mengahasilkan guru yang unggul tentunya peran LPTK dalam mengelola dan meluluskan alumninya sebagai calon guru yang memiliki daya saing. Untuk mewujudkan hal tersebut akan terimplementasi melalui program Penugasan Dosen di Sekolah (PDS) pada awal semester Ganjil Tahun Ajaran Baru melalui kemitraan dengan Sekolah mitra. Tujuan Penugasan Dosen di Sekolah adalah untuk membangun kemitraan yang sejati secara kolaboratif antara dosen dan guru yang memiliki manfaat bersama dalam mendesain pembelajaran, penelitian dan publikasi, penyusunan buku ajar dan media serta sebagai wadah terselenggaranya program PLP dan PPL. Dari bentuk kemitraan ini akan memberikan pengaruh positif kepada sekolah dalam hal pencapaian kualitas pembelajaran seperti terciptanya iklim pembelajaran yang semakin baik, dihasilkannya perangkat pembelajaran yang semakin berkualitas, dan meningkatnya prestasi belajar peserta didik.