KATEGORI : Umum

Kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif ?

21 May 2023 13:48:44 Dibaca : 47583

Kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan untuk kritis dan objektif mempertimbangkan informasi, argumen, dan bukti yang diberikan. Ini melibatkan kemampuan untuk mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan dalam argumen atau bidang informasi tertentu, serta kemampuan untuk mengambil keputusan yang rasional dan terinformasi berdasarkan informasi dan bukti yang diberikan. Kemampuan berpikir kritis membutuhkan kesabaran, ketekunan, dan kemauan untuk menggali lebih dalam dan mempertimbangkan semua informasi yang tersedia sebelum membuat keputusan atau mengekspresikan pandangan. Orang yang berpikir kritis juga sering mempertanyakan asumsi atau keyakinan yang terkait dengan masalah yang dipertimbangkan, dan cenderung melihat masalah dari berbagai sudut pandang sebelum sampai pada kesimpulan. Kemampuan berpikir kritis sangat penting di dunia profesional dan akademik, dan seringkali menjadi kualitas yang dicari dalam calon karyawan atau siswa yang potensial. Ini juga merupakan keterampilan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, memberi seseorang kemampuan untuk membuat keputusan yang baik dalam situasi pribadi dan profesional.

Parameter kemampuan berpikir kritis pada pembelajar dapat diukur dengan beberapa komponen atau aspek sebagai kriteria asessmen penting pada pembelajar (Zubaidah and Aloysius 2015). Sebagaimana lima aspek berpikir kritis yang diusulkan (Norris and Ennis 1989) antara lain:

  1. Elementary clarification: Memberikan penjelasan sederhana dengan memfokuskan pertanyaan, menganalisis argumen, bertanya dan menjawab pertanyaan yang membutuhkan penjelasan atau tantangan.
  2. Basic support: Membangun keterampilan dasar dengan mempertimbangkan kredibilitas sumber dan melakukan pertimbangan observasi.
  3. Inference: Menarik kesimpulan dengan menyusun dan mempertimbangkan deduksi, menyusun dan mempertimbangkan induksi, menyusun keputusan dan mempertimbangkan hasilnya.
  4. Advanced clarification: Memberikan penjelasan lanjut dengan mengidentifikasi istilah dan mempertimbangkan definisi, dan mengidentifikasi asumsi.
  5. Strategies and tactics: Menentukan suatu tindakan dan berinteraksi dengan orang lain.

Kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan untuk menghasilkan ide baru, solusi kreatif untuk masalah, dan membuat sesuatu yang bernilai dengan cara yang berbeda dan baru. Kemampuan ini melibatkan kemampuan untuk melihat masalah dari perspektif yang berbeda, mengembangkan gagasan baru, dan mengeksplorasi opsi alternatif untuk mencapai hasil yang lebih baik. Kemampuan berpikir kreatif diperlukan di berbagai bidang seperti seni, bisnis, teknologi, ilmu sosial, dan lain-lain. Beberapa teknik yang dapat membantu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif adalah penggunaan " brainstorming " atau pemikiran asosiatif, mempertanyakan asumsi, pengembangan kemampuan imajinasi, dan pembelajaran berkelanjutan. Kemampuan berpikir kreatif sangat penting dalam menyelesaikan masalah kompleks atau menciptakan inovasi baru, dan dapat menjadi sumber kepuasan intelektual dan profesional yang besar. Seiring dengan kemajuan teknologi dan harapan masyarakat untuk lebih kreatif, kemampuan berpikir kreatif menjadi semakin penting dalam banyak bidang pekerjaan.

Menurut Treffinger (2002), ada lima aspek yang menjadi parameter kemampuan berpikir kreatif yang harus dimiliki oleh setiap individu untuk dapat berpikir kreatif secara efektif. Kelima aspek tersebut adalah:

  1. Kefasihan (fluency): Kemampuan untuk menghasilkan banyak ide dalam waktu yang singkat. Individu yang memiliki kemampuan ini mampu menghasilkan ide yang banyak dan beragam tanpa terpaku pada satu konsep atau gagasan saja.
  2. Berpikir fleksibel (flexibility): Kemampuan untuk melihat masalah dari berbagai sudut pandang dan mempertimbangkan banyak jenis solusi. Individu yang fleksibel mampu melihat masalah dari berbagai konteks yang berbeda dan menghasilkan solusi yang tidak biasa.
  3. Elaborasi (elaboration): Kemampuan untuk mengembangkan ide menjadi gagasan yang lebih rinci dan nyata. Individu yang mampu mengelaborasi ide menjadi solusi konkrit dan berguna dalam situasi tertentu.
  4. Kebaruan (originality): Kemampuan untuk menghasilkan ide-ide yang unik dan baru. Individu yang mampu mengembangkan ide kreatif yang tidak biasa dan inovatif yang bisa berdampak positif pada lingkungan sekitarnya.
  5. Pemikiran metaforis (metaphorical thinking): Mengacu pada kemampuan untuk menggunakan perbandingan atau analogi untuk membuat koneksi baru. Pemikiran metaforis melibatkan pemikiran tentang bagaimana hal-hal yang berbeda menjadi sama dan kemudian memindahkan koneksi tersebut untuk menghasilkan atau menemukan kemungkinan hal yang baru.

Pemikiran metaforis adalah jenis pemikiran yang menggunakan metafora atau analogi untuk melihat hubungan antara dua hal yang pada dasarnya berbeda secara alami. Metafora adalah sebuah perumpamaan yang menunjukkan kesamaan atau kemiripan antara dua hal yang berbeda dan memungkinkan kita untuk melihat keterkaitan yang mungkin tidak terlihat. Pemikiran metaforis sering digunakan dalam seni, bahasa, dan sastra untuk membantu menggambarkan perasaan, pikiran, atau gagasan yang kompleks dan abstrak. Pemikiran metaforis juga sering digunakan dalam bidang-bidang seperti sains dan bisnis untuk membantu menjelaskan konsep yang kompleks. Misalnya, konsep "genetika" dapat dijelaskan sebagai "kode komputer kehidupan" atau "peta jalan kehidupan". Analogi semacam ini dapat membantu menyederhanakan ide yang kompleks dan menjadikannya lebih mudah dimengerti. Pemikiran metaforis juga dapat membantu memicu kreativitas dan meningkatkan kepribadian kreatif seseorang. Dengan membuka perspektif baru, membuat hubungan baru di antara hal-hal yang berbeda, dan melakukan pemetaan pemikiran yang tidak terduga, pemikiran metaforis dapat membantu individu mengeksplorasi lebih banyak kemungkinan dan menciptakan solusi yang lebih inovatif.

Berpikir kritis dan berpikir kreatif adalah dua hal yang berbeda. Berikut ini adalah perbedaan antara keduanya:

  1. Tujuan: Berpikir kritis dimaksudkan untuk menganalisis masalah atau situasi dengan tujuan memecahkan atau menyelesaikannya. Sedangkan berpikir kreatif dimaksudkan untuk menghasilkan ide-ide baru atau solusi yang belum pernah terpikirkan sebelumnya.
  2. Proses: Berpikir kritis melibatkan proses analitis yang terpusat pada pembuktian, analisis, dan evaluasi fakta dan argumen yang telah dikumpulkan. Sedangkan berpikir kreatif melibatkan proses ekspansif yang seringkali terpusat pada pemikiran bebas dan berimajinasi.
  3. Jenis Pertanyaan: Berpikir kritis melibatkan pertanyaan-pertanyaan terkait dengan fakta dan logika, seperti "apa bukti yang membenarkan klaim ini?" atau "apa contoh kasus yang dapat memperkuat argumen ini?". Sedangkan berpikir kreatif melibatkan pertanyaan-pertanyaan terkait dengan ide dan konsep, seperti "bagaimana cara menghasilkan ide-ide baru yang belum pernah terpikirkan sebelumnya?".
  4. Pengambilan Keputusan: Berpikir kritis digunakan untuk membantu dalam pengambilan keputusan dengan cara mengumpulkan informasi dan menganalisisnya secara kritis untuk menentukan solusi terbaik. Sedangkan berpikir kreatif digunakan untuk mengembangkan solusi baru dan inovatif yang mungkin belum pernah terpikirkan sebelumnya.
  5. Tanggapan Emosional: Berpikir kritis seringkali berfokus pada fakta dan bukti, sehingga tanggapan emosional tidak selalu diperhitungkan. Sedangkan berpikir kreatif seringkali melibatkan emosi dan imajinasi, sehingga tanggapan emosional dapat memainkan peran penting dalam pengembangan ide dan solusi.

 

Apa saja gaya kognitif pada pembelajar ?

21 May 2023 13:27:10 Dibaca : 4818

Gaya kognitif adalah cara individu memproses dan mengorganisir informasi dalam menghadapi tugas kognitif tertentu. Gaya kognitif berkaitan dengan preferensi individu dalam memproses informasi, seperti melalui gambar, teks, jangka pendek dan jangka panjang, serta bagaimana individu menilai informasi dalam pemecahan masalah. Terdapat beberapa jenis gaya kognitif, seperti visual, auditorial, kinestetik, reflektif, dan berpikir global. Gaya kognitif dapat memengaruhi cara individual dalam belajar, memahami, dan mengambil keputusan. Dengan demikian, pada dasarnya gaya kognitif merujuk pada kemampuan individu dalam memproses informasi dan cara mereka mengorganisasikan, menyimpan, dan menggunakan informasi tersebut untuk memahami dunia di sekitarnya. Ada beberapa gaya kognitif yang berbeda, termasuk:

  1. Visual-Spatial: orang yang memiliki gaya kognitif ini cenderung berpikir dalam gambar dan membutuhkan representasi visual dari informasi untuk memahaminya.
  2. Verbal-Linguisitic: orang yang memiliki gaya kognitif ini cenderung berpikir dalam kata-kata dan mengandalkan bahasa untuk memproses informasi.
  3. Logis-Matematis: orang dengan gaya kognitif ini cenderung berpikir secara logis dan mampu memecahkan masalah matematika.
  4. Kinestetik: orang dengan gaya kognitif ini cenderung belajar dengan melakukan atau mencoba hal-hal secara langsung.
  5. Interpersonal: orang dengan gaya kognitif ini cenderung belajar dengan berinteraksi dan bekerja sama dengan orang lain.
  6. Intrapersonal: orang dengan gaya kognitif ini cenderung memahami solusi dan masalah dalam diri mereka sendiri.

Setiap orang mungkin memiliki kombinasi dari beberapa gaya kognitif ini. Memahami gaya kognitif Anda dan gaya kognitif orang lain dapat membantu Anda berkomunikasi dan belajar secara lebih efektif.

Dalam konteks pembelajaran, peserta didik memiliki dua gaya kognitif yang selalu hadir mampu menguatkan bahkan melemahkan pencapaian tujuan pembelajaran. Gaya kognitif tersebut yaitu gaya kognitif FI (Field Independent) dan FD (Field Dependent) kedua gaya kognitif ini sering digunakan dalam psikologi kognitif. Gaya kognitif FI mengacu pada kecenderungan individu untuk menyelesaikan tugas dan masalah dengan memusatkan perhatian pada detail-detail kecil dan mendeteksi hubungan di antara mereka. Orang dengan gaya kognitif FI cenderung lebih mandiri dan fleksibel, dengan kecenderungan untuk berfokus pada informasi visual dan memisahkan persepsi secara logis. Sementara itu, FD terlibat dalam menyelesaikan tugas dengan memperhatikan elemen keseluruhan, mencari hubungan antara komponen dan melihat gambaran besar daripada detail kecil. Individu dengan orientasi kognitif FD cenderung lebih kooperatif dan tergantung pada keadaan sosial, keterampilan verbal dan emosional, serta menggunakan pesan visual dan verbal.

Kedua gaya kognitif ini memiliki implikasi penting dalam pendidikan dan karir, di mana orang dengan gaya kognitif FI lebih mendapatkan manfaat dari instruksi berorientasi pada masalah, grafis visual, dan tugas-tugas analitis, sedangkan orang dengan gaya kognitif FD lebih mendapat manfaat dari instruksi verbal, tugas-tugas berkolaborasi dan pengalaman belajar. Secara umum, gaya kognitif FI mengacu pada individu yang lebih terampil dalam pemecahan masalah dan menarik kesimpulan secara mandiri, sedangkan FD cenderung mengandalkan konteks dan pengalaman sosial untuk memproses informasi. Dalam konteks pendidikan, gaya kognitif FI dapat dianggap sebagai kelebihan dalam situasi pengerjaan tugas mandiri dan ujian, sedangkan FD dapat bermanfaat dalam situasi belajar kolaboratif dan analisis konteks sosial. Gaya kognitif FI (Field Independent) dan gaya kognitif FD (Field Dependent) adalah dua jenis gaya kognitif yang berbeda dalam cara seseorang memproses informasi dan memahami dunia di sekitar mereka. Beberapa perbedaan antara keduanya adalah sebagai berikut:

  1. FI cenderung lebih analitis dan objektif dalam memahami informasi, sementara FD cenderung lebih holistik dan lebih dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya.
  2. Individu dengan gaya kognitif FI bersifat mandiri dan selalu mampu memecahkan masalah sendiri, sementara individu dengan gaya FD lebih bergantung pada lingkungan sekitarnya dan lebih cenderung membutuhkan bantuan dari orang lain dalam memecahkan masalah.
  3. Individu dengan gaya kognitif FI lebih fokus pada detail, sementara individu dengan gaya FD lebih fokus pada keseluruhan gambar atau konteks yang lebih besar.
  4. Individu dengan gaya kognitif FI cenderung lebih suka bekerja sendiri, sementara individu dengan gaya FD lebih suka bekerja dalam kelompok.
  5. Dalam hal belajar, individu dengan gaya kognitif FI lebih suka belajar melalui informasi tertulis atau visual, sementara individu dengan gaya FD lebih suka belajar melalui pengalaman langsung.
  6. Individu dengan gaya kognitif FI lebih suka menyelesaikan tugas secara berurutan, sementara individu dengan gaya FD lebih suka mengerjakan tugas dengan cara yang lebih holistik, melibatkan banyak aspek sekaligus.

Jadi, meskipun keduanya memiliki kekuatan dan kelemahan masing-masing, gaya kognitif FI dan FD berbeda dalam cara mereka memproses informasi dan memahami dunia di sekitar mereka.

Apa perbedaan hipotesis teori dan hipotesis statistik ?

15 May 2023 18:56:18 Dibaca : 8959

Hipotesis teori adalah hipotesis yang berhubungan dengan teori umum atau konsep abstrak, yang diasumsikan sebagai faktor yang mempengaruhi fenomena tertentu. Hipotesis teori tidak selalu dapat diuji dengan data empiris dan cenderung lebih abstrak. Sedangkan hipotesis statistik adalah hipotesis yang diasumsikan sebagai hasil pengujian pada data empiris atau pengamatan yang dilakukan, dan dapat dibuktikan atau dibantahkan melalui statistik inferensial. Hipotesis statistik lebih konkret karena didukung oleh data. Dengan kata lain, hipotesis teori berhubungan dengan asumsi dan prinsip konseptual yang lebih luas, sedangkan hipotesis statistik berhubungan dengan hasil pengujian yang didasarkan pada data empiris.

Hipotesis teori dan hipotesis statistik berbeda dalam sifat dan penggunaannya di dalam penelitian.

Hipotesis teori adalah sebuah pernyataan atau dugaan yang menggambarkan hubungan antara variable di dalam suatu konsep atau fenomena. Hipotesis teori biasanya berkaitan dengan penjelasan fenomena alam atau sosial yang lebih mendasar dan abstrak. Hipotesis teori dibangun untuk mengeksplorasi konsep secara teoritis dan menggunakan rancangan penelitian untuk menguji kebenarannya. Sementara itu, hipotesis statistik adalah pernyataan atau dugaan yang menggambarkan hubungan atau perbedaan antara dua variabel dalam sebuah sampel. Hipotesis statistik digunakan untuk menguji asumsi atau prediksi dengan cara mengumpulkan data dari sebuah sampel dan menerapkan teknik statistik. Hipotesis statistik bertujuan untuk menilai tingkat signifikansi dari perbedaan atau hubungan antara variabel dalam sampel. Dengan demikian, hipotesis teori dan hipotesis statistik berbeda dalam sifat, tujuan, dan penggunaannya di dalam penelitian. Hipotesis teori digunakan untuk menguji hubungan antara konsep secara umum, sementara hipotesis statistik digunakan untuk menguji hubungan antara sampel dalam penelitian.

Contoh hipotesis teori adalah:

  1. Teori evolusi yang menyatakan bahwa spesies berevolusi dari makhluk yang lebih primitif adalah benar.
  2. Teori gravitasi yang membuat prediksi bahwa benda yang besar menarik benda yang lebih kecil ke arahnya adalah benar.
  3. Teori relativitas yang menyatakan bahwa waktu dan ruang adalah relative dan berubah sesuai dengan kecepatan dan gravitasi adalah benar.
  4. Teori Big Bang yang menyebutkan bahwa alam semesta berasal dari ledakan besar sekitar 13,8 miliar tahun yang lalu adalah benar.
  5. Teori Darwin yang menyatakan bahwa seleksi alam adalah mekanisme utama evolusi adalah benar.

Contoh hipotesis statistik adalah:

  1. "Rata-rata nilai ujian siswa di kelas A sama dengan rata-rata nilai siswa di kelas B."
  2. "Proporsi responden yang lebih memilih produk A daripada produk B adalah lebih dari 50%."
  3. "Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam waktu reaksi antara kelompok yang diberi kafein dan kelompok yang tidak diberi kafein."
  4. "Rata-rata pengeluaran konsumen di toko A lebih besar daripada rata-rata pengeluaran konsumen di toko B."
  5. "Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dan penghasilan."

Multivariate Analysis of Variance (MANOVA)

14 May 2023 17:55:30 Dibaca : 16635

MANOVA adalah teknik analisis statistik yang digunakan untuk menguji perbedaan simultan antara dua atau lebih variabel dependen yang terkait dengan satu atau lebih variabel independen. Tujuannya adalah untuk menentukan apakah terdapat perbedaan signifikan antara kelompok dalam beberapa variabel dependen. MANOVA sering digunakan dalam penelitian sosial, psikologi, dan ilmu-ilmu terkait. MANOVA merupakan teknik analisis yang sangat berguna dalam menguji perbedaan simultan antara beberapa variabel dependen yang terkait dengan satu atau lebih variabel independen. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan MANOVA antara lain:

  1. MANOVA dapat digunakan untuk menguji perbedaan simultan pada lebih dari dua variabel dependen.
  2. MANOVA memerlukan asumsi normalitas, homogenitas, dan multikolinearitas untuk dapat menghasilkan hasil yang valid.
  3. MANOVA juga memerlukan sample size yang cukup besar agar dapat menghasilkan hasil yang akurat dan valid.
  4. MANOVA sering digunakan dalam penelitian sosial dan psikologi untuk menguji perbedaan antara kelompok dalam beberapa variabel dependen.

Dengan menggunakan MANOVA, peneliti dapat memperoleh informasi yang lebih komprehensif tentang perbedaan antara kelompok dalam beberapa variabel dependen. Hal ini dapat membantu peneliti dalam mengambil keputusan yang lebih tepat terkait dengan variabel independen yang diteliti.

Kapan menggunakan MANOVA ?

MANOVA (Multivariate Analysis of Variance) digunakan ketika peneliti ingin mengetahui pengaruh satu atau lebih variabel independen pada beberapa variabel dependen yang saling terkait. MANOVA dapat memberikan informasi tentang bagaimana variabel independen mempengaruhi beberapa variabel dependen secara bersamaan, dan apakah ada perbedaan signifikan antara kelompok dalam variabel dependen. Dengan demikian, MANOVA dapat membantu kita memahami hubungan antar variabel secara lebih komprehensif. MANOVA sangat penting dalam analisis data karena dapat memberikan wawasan yang komprehensif tentang hubungan antar variabel. Selain itu, MANOVA juga memiliki beberapa kegunaan lain, seperti:

  1. Membantu menentukan apakah ada perbedaan signifikan antara kelompok dalam satu atau lebih variabel dependen.
  2. Memungkinkan kita untuk menganalisis efek gabungan dari beberapa variabel independen pada beberapa variabel dependen.
  3. Dapat membantu kita memprediksi nilai variabel dependen berdasarkan nilai-nilai variabel independen yang diberikan.

MANOVA dapat digunakan dalam beberapa situasi, seperti:

  1. Ketika ada lebih dari satu variabel dependen dalam penelitian, misalnya, pengaruh asupan gizi terhadap berat badan, tinggi badan, dan lingkar pinggang.
  2. Ketika variabel independen memiliki beberapa level, misalnya, pengaruh jenis latihan terhadap kekuatan otot pada level berbeda dari intensitas dan durasi latihan.
  3. Ketika tujuan penelitian adalah untuk mengevaluasi perbedaan secara keseluruhan antara dua atau lebih kelompok, misalnya, perbedaan antara kelompok yang berbeda dalam hal jenis kelamin, usia, atau tingkat pendidikan dalam hal variasi variasi psikologis atau sosial seperti kepuasan hidup dan tingkat stres.

Selain itu, MANOVA juga dapat digunakan dalam berbagai bidang, seperti; kesehatan, olahraga, psikologi, sosiologi, pendidikan, ilmu sosial, bisnis, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, MANOVA adalah alat analisis yang sangat berguna bagi peneliti yang ingin memahami hubungan antara beberapa variabel secara bersamaan.

Bagaimana menggunakan MANOVA ?

MANOVA atau Multivariate Analysis of Variance adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis perbedaan-perbedaan antara dua atau lebih kelompok dalam beberapa variabel terkait. Untuk menggunakan MANOVA, langkah-langkahnya adalah:

  1. Tentukan hipotesis dan variabel-variabel yang akan dianalisis.
  2. Pilih model MANOVA yang tepat untuk data Anda.
  3. Lakukan uji normalitas dan homogenitas untuk memastikan data Anda cocok untuk analisis MANOVA.
  4. Lakukan analisis MANOVA.
  5. Interpretasikan hasil analisis.

Namun, perlu diingat bahwa MANOVA memerlukan pemahaman yang baik tentang teknik analisis statistik, sehingga disarankan untuk mempelajari dan memahami konsep dasarnya terlebih dahulu sebelum menggunakan MANOVA.

Bagaimana teknik analisis MANOVA ?

MANOVA (Multivariate Analysis of Variance) merupakan teknik analisis multivariat yang digunakan untuk membandingkan rata-rata dari dua atau lebih kelompok dalam beberapa variabel dependen. Teknik analisis MANOVA digunakan ketika terdapat lebih dari satu variabel dependen, sehingga dapat menganalisis dalam satu waktu terhadap beberapa variabel dependen secara bersamaan.

Langkah-langkah analisis MANOVA adalah sebagai berikut:

  1. Formulasi hipotesis: merumuskan hipotesis nol yang menentukan adanya perbedaan antara kelompok.
  2. Menentukan tingkat kepercayaan dan derajat kebebasan: menentukan alpha dan derajat kebebasan untuk melakukan analisis MANOVA.
  3. Menghitung nilai F dan p-value: melakukan uji signifikansi untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara kelompok.
  4. Melakukan analisis post-hoc: melakukan analisis tambahan untuk mengetahui kelompok mana yang berbeda satu sama lain.

Output analisis MANOVA adalah nilai F dan p-value, serta dapat dibuat tabel anova untuk masing-masing variabel dependen. Analisis MANOVA juga dapat digunakan untuk menganalisis interaksi antara variabel independen dan dependen.

Jenis dan Bentuk Kekerasan Seksual

08 May 2023 21:31:40 Dibaca : 322

Tahukah Anda?

Indikator yang menjadi penanda suatu hal sebagai kekerasan atau bukan adalah paksaan. Paksaan bisa hadir dalam dua hal, yakni dalam bentuk pemberian hukuman (punishment) ataupun iming-iming/bujuk rayu (rewards). Contoh tindakan paksaan dalam bentuk pemberian hukuman adalah saat korban diancam mendapatkan nilai yang buruk apabila tidak mengikuti keinginan pelaku. Adapun contoh paksaan dalam bentuk bujuk rayu adalah saat korban dijanjikan akan dibelikan gawai apabila ia mau melakukan hubungan seksual dengan pelaku.

Kekerasan seksual mencakup tindakan:

  1. menyampaikan ujaran yang mendiskriminasi atau melecehkan tampilan fisik, kondisi tubuh, dan/atau identitas gender korban;
  2. memperlihatkan alat kelaminnya dengan sengaja tanpa persetujuan korban;
  3. menyampaikan ucapan yang memuat rayuan, lelucon, dan/atau siulan yang bernuansa seksual kepada korban;
  4. menatap korban dengan nuansa seksual dan/atau membuat tidak nyaman;
  5. mengirimkan pesan, lelucon, gambar, foto, audio, dan/atau video bernuansa seksual kepada korban meskipun sudah dilarang korban;
  6. mengambil, merekam, dan/atau mengedarkan foto dan/atau rekaman audio dan/atau visual korban yang bernuansa seksual tanpa persetujuan korban;
  7. mengunggah foto tubuh dan/atau informasi pribadi korban yang bernuansa seksual tanpa persetujuan korban;
  8. menyebarkan informasi terkait tubuh dan/atau pribadi korban yang bernuansa seksual tanpa persetujuan korban;
  9. mengintip atau dengan sengaja melihat korban yang sedang melakukan kegiatan secara pribadi dan/atau pada ruang yang bersifat pribadi;
  10. membujuk, menjanjikan, menawarkan sesuatu, atau mengancam korban untuk melakukan transaksi (transaksi tidak terbatas pada transaksi uang, tetapi juga meliputi transaksi jabatan, angka kredit, prestasi, ataupun transaksi nilai lainnya) atau kegiatan seksual yang tidak disetujui oleh korban;
  11. memberi hukuman atau sanksi yang bernuansa seksual;
  12. menyentuh, mengusap, meraba, memegang, memeluk, mencium dan/atau menggosokkan bagian tubuhnya pada tubuh korban tanpa persetujuan korban;
  13. membuka pakaian korban tanpa persetujuan korban;
  14. memaksa korban untuk melakukan transaksi atau kegiatan seksual;
  15. mempraktikkan budaya komunitas mahasiswa, pendidik, dan tenaga kependidikan yang bernuansa kekerasan seksual;
  16. melakukan percobaan perkosaan, tetapi penetrasi tidak terjadi;
  17. melakukan perkosaan, termasuk penetrasi dengan benda atau bagian tubuh selain alat kelamin;
  18. memaksa atau memperdayai korban untuk melakukan aborsi;
  19. memaksa atau memperdayai korban untuk hamil;
  20. membiarkan terjadinya kekerasan seksual dengan sengaja (yang dimaksud sengaja adalah bertujuan untuk membuat seseorang mengalami kekerasan seksual); dan/atau
  21. melakukan perbuatan kekerasan seksual lainnya.

Banyak korban yang belum memiliki kapasitas diri atau pemahaman mengenai hak-haknya. Sebagai konsekuensinya, korban tidak memiliki kesempatan untuk membela dirinya. Korban merasa harus mengikuti keinginan pelaku yang sebetulnya bersifat pemaksaan.

Dalam beberapa kasus, pelaku melakukan kekerasan seksual melalui manipulasi dan bujuk rayu, seperti menjanjikan sesuatu kepada korban sehingga korban tidak menyadari kekerasan seksual yang dialami. Ditambah lagi jika pelaku memiliki otoritas yang membuat ketimpangan relasi kuasa makin menguat.

Sayangnya semua kondisi tersebut justru melahirkan sikap atau perspektif yang bersifat menghakimi korban. Akibat ketergantungan pada perspektif pihak yang lebih berkuasa dan dianggap lebih kredibel, pemakluman dan keberpihakan kepada pelaku kekerasan seksual masih kerap terjadi.

Bagikan! Semoga bermanfaat.

 

Sumber:

Pusat Penguatan Karakter Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi

Jalan Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta 10270Telepon (021) 5746121, Faksimile (021) 5746121,

Laman https://puspeka.kemdikbud.go.id

ISBN: 978-623-7096-81-8