Bimbingan dan Konseling Karir Holistik

07 August 2024 12:01:07 Dibaca : 161

Bimbingan dan Konseling Karir Holistik

Oleh: Maryam Rahim

Bimbingan dan Konseling karir Holistik merupakan hasil penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh Rahim (2019). Tahapan konseling karir Holistik sebagai berikut:

 

Tahap 1: membangun rapport dan komitmen, serta evaluasi

Tahap ini dilakukan untuk membangun rapport (hubungan baik), merumuskan dan memahami tujuan bimbingan/konseling karir, serta membangun kesepakatan pertemuan dan waktu. Pada tahap ini diupayakan terjadinya hubungan baik dalam arti terjadi suatu kondisi saling memahami, mengenal tujuan bersama, dan tercipta hubungan yang akrab sehingga menumbuhkan rasa saling percaya antara konselor dan konseli. Kondisi ini akan sangat berpengaruh pada kegiatan di tahap selanjutnya. Selain itu, tujuan bimbingan dan konseling harus dapat dirumuskan dalam rumusan yang realistik, yang akan mengarahkan aktivitas berikutnya serta memudahkan dalam mengukur keberhasilan layanan. Rumusan tujuan tersebut perlu dipahami oleh konseli maupun konselor. Di samping itu kesepakatan pertemuan dan waktu pertemuan juga harus telah disepakati pada tahap ini.

Tahap ini diikuti dengan kegiatan evaluasi terhadap hasil yang diperoleh pada tahap 1 ini. Evaluasi dilakukan untuk memastikan apakah telah terbangun rapport (hubungan baik), apakah tujuan bimbingan/konseling karir telah dirumuskan secara realistis dan telah dipahami oleh klien (konseli) dan konselor, dan apakah telah terbangun kesepakatan pertemuan dan waktu pelaksanaan layanan.

Tahap 2: Analisis karakteristik konseli dan dunia kerja, serta evaluasi

Kegiatan pada tahap ini difokuskan pada analisis karakteristik konseli, dan dunia kerja. Pemahaman terhadap karakteristik konseli meliputi  pemahaman konseli terhadap dirinya sendiri, yakni pemahaman tentang bakat, minat, kemampuan intelektual, kepribadian, cita-cita, tujuan hidup, gaya hidup yang diinginkan, termasuk memahami berbagai kelemahan yang dimiliki; serta pemahaman terhadap lingkungan keluarga, yakni pemahaman tentang kondisi ekonomi orang tua, dan harapan-harapan orang tua tentang karir. Pemahaman konseli terhadap dunia kerja, yakni pemahaman tentang berbagai jenis sekolah/perguruan tinggi lanjutan; pemahaman tentang berbagai jenis pekerjaan dengan berbagai persyaratan yang ditetapkan, gaji/upah yang diperoleh, fasilitas yang disediakan, latihan-latihan yang dibutuhkan, kondisi tempat kerja, serta kendala-kendala yang dihadapi selama menjalani pekerjaan tersebut.

Pemahaman konseli terhadap dirinya sendiri dapat dibantu dengan melakukan tes bakat/minat, tes IQ, tes kepribadian; inventory memahami cita-cita, tujuan hidup, gaya hidup yang diinginkan, kondisi ekonomi orang tua, serta harapan-harapan orang tua tentang karir; termasuk invetory memahami kelemahan diri. Pemahaman konseli terhadap dunia kerja dapat dibantu dengan pemberian informasi dengan menggunakan buku informasi karir, leaflet-leaflet pilihan jurusan dan studi lanjutan/perguruan tinggi lanjutan, blog-blog karir, kunjungan karir, informasi dari nara sumber, dan melalui sumber infomasi karir lainnya. Akhir tahap ini berupa pemahaman konseli tentang dirinya dan dunia kerja, serta pemahaman konselor tentang karakteristik konseli. Hal ini sangat penting untuk menjadi dasar melanjutkan proses konseling ke tahap berikutnya.

Tahap 2 diikuti dengan kegiatan evaluasi terhadap hasil yang diperoleh dalam tahap ini. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah konseli dan juga konselor telah memahami karakteristik konseli, dan apakah konseli telah memiliki pemahaman terhadap dunia kerja.

Tahap 3: Melakukan perencanaan karir dan evaluasi

Berdasarkan pemahaman konseli tentang dirinya dan dunia kerja, serta pemahaman konselor terhadap karakteristik konseli, maka pada tahap ini konseli difasilitasi oleh konselor melakukan perencanaan karir. Proses ini dilalui dengan membuat berbagai alternatif rencana karir, disertai pertimbangan dari berbagai aspek, sehingga membutuhkan diskusi yang bisa memakan waktu singkat ataupun waktu panjang, tergantung pada kemampuan konseli.

Kegiatan ini perlu melibatkan orang tua yang berkepentingan dengan keberlanjutan rencana karir yang akan dipilih oleh konseli. Pelibatan orang tua dalam bentuk meminta informasi, baik secara tatap muka langsung maupun melalui media misalnya telepon, dari orang tua tentang karir yang diinginkan ditekuni anaknya. Tahap ini diharapkan menghasilkan dua atau tiga rencana karir yang akan ditetapkan atau diputuskan pada tahap berikutnya. Keberhasilan tahap 3 ini turut ditentukan oleh keberhasilan tahap 1 (tahap awal) dan tahap 2 (analisis karakteritik konseli dan dunia kerja).

Tahap ini diikuti dengan kegiatan evaluasi terhadap hasil yang diperoleh dalam tahap ini. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah konseli telah memiliki 2 atau 3 rencana karir. Jika tahap ini belum berhasil, maka kegiatan dapat kembali ke tahap 1 dan tahap 2, atau tahap 2 saja.

Tahap 4: Membuat keputusan karir, dan evaluasi

Dari dua atau tiga rencana karir yang telah dihasilkan pada tahap 3, maka pada tahap 4 ini akan ditetapkan atau diputuskan satu atau dua rencana karir yang akan menjadi pilihan konseli. Proses ini dapat saja masih membutuhkan diskusi lebih lanjut, sehingga konselor harus benar-benar mampu membuat konseli menetapkan keputusan karir yang akan dapat direalisasikan sebagai pilihan yang permanen, meskipun mungkin masih terjadi adanya dua pilihan, sebagai pilihan pertama dan pilihan kedua.

Pada proses pembuatan keputusan karir ini posisi konselor lebih banyak memfasilitasi, dalam arti konseli yang lebih banyak berperan. Namun demikian hal inipun akan tergantung pada karakteristik konseli, apakah konseli benar-benar mampu membuat keputusan dengan fasilitasi konselor, ataukah konselor yang harus lebih banyak mengambil peran. Keberhasilan tahap ini turut dipengaruhi oleh keberhasilan tahap 2 (analisis karakteristik konseli dan dunia kerja), dan tahap 3 (melakukan perencanaan karir).

Tahap ini diikuti dengan kegiatan evaluasi terhadap hasil yang diperoleh. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah konseli telah membuat keputusan karir dari 2 atau 3 rencana karir yang telah dihasilkan pada tahap sebelumnya. Jika tahap ini belum berhasil, maka kegiatan kembali lagi ke tahap 3 untuk mencermati kembali rencana karir yang telah ditetapkan, apakah rencana karir yang telah ditetapkan belum didasarkan pada pertimbangan pemahaman diri dan pemahaman dunia kerja oleh konseli, atau karena faktor lain.

Tahap 5: Membantu konseli merealisasikan pilihan karir, dan evaluasi

Setelah diperoleh keputusan karir maka tugas konselor selanjutnya adalah membantu konseli merealisasikan keputusan karir, terutama bagi konseli yang mengalami kesulitan dalam menentukan pilihan pertama dan pilihan kedua disebabkan adanya pengaruh eksternal seperti teman, situasi pendaftaran, proses pendaftaran (online atau non online), termasuk mengalami kesulitan memperoleh akses ke sekolah/perguruan tinggi tujuan. Keberhasilan tahap ini ditentukan oleh keberhasilan pada tahap 3 (melakukan perencanaan karir) dan tahap 4 (membuat keputusan karir).

Tahap ini diikuti dengan kegiatan evaluasi terhadap hasil yang diperoleh. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah konseli telah dapat merealisasikan keputusan karir yang telah ditetapkan. Evaluasi tidak hanya dilakukan untuk mengetahui apakah konseli telah berada pada posisi karir (jurusan atau sekolah/perguruan tinggi lanjutan) yang dipilihnya, namun evaluasi itu berlangsung selama konseli menjalani karirnya, untuk mengetahui apakah konseli telah nyaman di jurusan yang menjadi pilihannya, ataupun di sekolah/perguruan tinggi lanjutan, mengetahui keberhasilan konseli dalam karirnya, prestasi yang dicapai, serta kemungkinan pengembangan yang hendak dilakukan konseli. Jika hasil evaluasi menunjukkan tahap merealisasikan karir ini belum berhasil, maka kegiatan kembali ke tahap 3 dan tahap 4, atau hanya pada tahap 4.

Tahap 6: Evaluasi Akhir

Meskipun pada setiap tahap dilakukan evaluasi namun masih diperlukan evaluasi secara keseluruhan terhadap hasil yang diperoleh pada tahap 1 sampai dengan tahap 5. Evaluasi akhir dilakukan untuk mengukur keberhasilan konseli berdasarkan tujuan bimbingan dan konseling yang telah dirumuskan dan disepakati pada tahap 1 (tahap awal).

Tahap 7: Tindak Lanjut dan Evaluasi

Tahap 7 berupa kegiatan tindak lanjut terhadap hasil evaluasi yang dilakukan pada tahap 6, yakni evaluasi terhadap tahapan layanan secara keseluruhan. Khusus hasil evaluasi terhadap perkembangan karir konseli ditindaklanjuti sesuai dengan data yang diperoleh dari hasil evaluasi. Tindak lanjut dalam bentuk membantu menemukan solusi terhadap masalah yang dihadapi bagi konseli yang mengalami kendala/hambatan dalam karirnya, sedangkan bagi konseli yang berhasil dan berprestasi dalam karirnya diberikan penguatan motivasi serta berbagai informasi yang dibutuhkan dalam pengembangan karir secara optimal.

Perkembangan teknologi sebagaimana yang terjadi saat ini sangat memungkinkan dan membantu guru bimbingan dan konseling/konselor dalam melakukan kegiatan tindak lanjut. Penggunaan jejaring sosial seperti group What’s App alumni, pertemanan melalui face-book, atau aplikasi lainnya, dapat dijadikan sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan konseli yang telah berada di pendidikan lanjutan atau di dunia kerja. Komunikasi dimaksud dalam bentuk saling berbagi informasi tentang keberhasilan atau hambatan yang ditemui dalam karir, pemberian apresiasi dan motivasi yang telah berhasil, ataupun solusi terhadap konseli yang menemui hambatan atau masalah dalam karirnya.

Referensi:

Rahim, Maryam. 2019. Pengembangan Model Bimbingan dan Konseling Karir bagi Siswa Pendidikan Menengah Atas di Kota Gorontalo. Disertasi. Pascasarjana Universitas Negeri Gorontalo.