Karyawisata sebagai Metode Layanan Bimbingan dan Konseling

30 November 2024 16:31:47 Dibaca : 8

Karyawisata sebagai Metode Layanan Bimbingan dan Konseling

Oleh: Maryam Rahim

Karyawisata dapat digunakan sebagai salah satu metode layanan bimbingan dan konseling. Metode ini dilakukan dengan cara membawa siswa/ konseli ke tempat-tempat atau objek yang memiliki suasana dan kondisi yang sesuai dengan topik layanan. Tempat atau objek dimaksud seperti: pabrik yang memproduksi barang tertentu, pantai, museum, sanggar seni, dan lainnya.

Melalui metode karyawisata ini siswa/konseli akan melakukan sesuatu (berkarya) sambil berwisata. Misalnya: ketika berkaryawisata ke pabrik, maka siswa/konseli dapat mengamati langsung situasi kerja di pabrik tersebut, dapat melakukan wawancara dengan para pekerja tentang perasaan, kepuasaan kerja, maupun berbagai hambatan yang mereka temui pada saat bekerja bekerja di tempat tersebut; dapat melakukan wawancara dengan pengelola pabrik, bertanya tentang gaji pekerja, fasilitas lain yang diperoleh oleh pekerja, dan lainnya. Demikian halnya ketika berkaryawisata ke sanggar seni, siswa/konseli dapat mengamati kegiatan yang terjadi di tempat tersebut, wawancara dengan para seniman, belajar melukis, menari, menggunakan alat musik, dan lainnya. Kegiatan-kegiatan seperti ini tentu saja akan meberikan pengalaman yang aktual dan berharga bagi pengembangan diri siswa/konseli, baik di bidang pribadi, sosial, belajar, dan karir.

Agar kegiatan karyawisata benar-benar membantu siswa memperoleh atau mengembangkan perilaku sebagaimana yang telah dirumuskan dalam tujuan layanan, maka sebelum pelaksanaan karyawisata perlu dipersiapkan instrumen-instrumen yang akan digunakan siswa/konseli pada saat kunjungan, misalnya: pedoman observasi, pedoman wawancara. Kegiatan karyawisata ini akan lebih bermakna jika siswa/konseli diminta untuk membuat laporan pelaksanaan karyawisata. Laporan tersebut dapat dilaksanakan secara individual ataupun kelompok. Metode ini dapat digunakan pada bimbingan klasikal dan bimbingan kelas besar/lintas kelas.

Metode karyawisata dapat digunakan untuk mengembangkan berbagai perilaku, baik perilaku sebagai individu/pribadi (seperti pengembangan bakat/minat, kemampuan berpikir kritis), perilaku sosial (seperti kerjasama, tanggung jawab bersama), perilaku belajar (seperti belajar mengorganisasi kegiatan), dan pengembangan karir (pengembangan bakat/minat, pemahaman dunia kerja).

Langkah-langkah penggunaan metode karyawisata sebagai metode layanan bimbingan dan konseling:

1)  Tahap awal (dilaksanakan beberapa hari sebelum pelaksanaan karyawisata)

a)     Merumuskan tujuan layanan

b)     Menetapkan tempat/objek karyawisata

c)     Menetapkan kegiatan, misalnya wawancara dan topik wawancara, observasi dan aspek-aspek yang diobservasi, serta menetapkan sumber data (pihak yang diwawancarai atau objek yang diobservasi)

d)     Mengirim surat pemberitahuan ke pihak yang dikunjungi tersebut (misalnya manajer pabrik, pengelola museum)

e)     Menetapkan pihak-pihak yang terlibat dan ikut serta pada saat kegiatan, seperti: kepala sekolah, guru-guru bidang studi/wali kelas

f)      Mempersiapkan peralatan dan instrumen-instrumen yang akan digunakan

2)    Tahap kegiatan

Pelaksanaan berbagai kegiatan yang telah dirancang pada tahap awal, seperti: wawancara, observasi, dan lainnya

3)     Tahap akhir (dilaksanakan sehari atau beberapa hari setelah pelaksanaan karyawisata)

a)  Meminta siswa/konseli memasukkan laporan pelaksanaan karyawisata

b)  Mengajak siswa/konseli bersama-sama membuat kesimpulan layanan/kegiatan

c)  Mengevaluasi ketercapaian tujuan layanan

d)     Meminta siswa/konseli membuat komitmen untuk merubah perilaku atau meningkatkan perilaku yang sudah baik sesuai dengan tujuan layanan.

e)     Menutup kegiatan layanan/kegiatan.

Kegiatan karyawisata sebagai metode layanan bimbingan dan konseling ini dapat dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan karyawisata yang dilaksanakan oleh sekolah, atau dirancang khusus sebagai layanan bimbingan dan konseling.

Fantasi sebagai Metode Layanan Bimbingan dan Konseling

30 November 2024 14:11:08 Dibaca : 9

Fantasi sebagai Metode Layanan Bimbingan dan Konseling

Oleh: Maryam Rahim

            Fantasi dapat digunakan sebagai salah satu metode layanan bimbingan dan konseling. Metode ini dilaksanakan dengan meminta siswa/konseli membayangkan dirinya sebagai seseorang (misalnya: ilmuwan, tokoh agama, tokoh nasional, pahlawan bangsa, pengusaha sukses), atau pohon (misalnya: pohon beringin, pohon kelapa, dan lainnya), atau tanaman (misalnya padi, jagung, dan lainnya), atau benda-benda lainnya (misalnya meja, kursi, dan lainnya), dan meminta siswa/konseli menjelaskan alasan mengapa ia ingin seperti sesuatu yang dibayangkannya itu. Melalui kegiatan tersebut diharapkan siswa/konseli memiliki perilaku sebagaimana yang menjadi tujuan layanan yang telah dirumuskan sebelumnya.

            Contoh pertanyaan yang diajukan:

-       Seandainya Anda jadi pohon, maka Anda ingin seperti pohon apa?

-       Jelaskan alasan Anda mengapa memilih menjadi pohon tersebut!

              Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, maka siswa akan membayangkan dan memikirkan pohon apa yang ingin dipilihnya, serta memikirkan alasan dirinya memilih menjadi pohon tersebut, misalnya dari segi manfaatnya, kondisi pohonnya, dan karakteristik lain dari pohon tersebut.

             Fantasi dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan mengemukakan pendapat, kemampuan menganalisis, kemampuan menghargai pendapat orang lain, dan kemampuan berfantasi/ berimajinasi.

            Penggunaan metode fantasi dalam layanan bimbingan dan konseling dapat dilakukan melalui langkah-langkah berikut:

a.  Tahapan Pelaksanaan

1)  Tahap pembentukan:

a)     Mempersiapkan siswa/konseli untuk mengikuti layanan

b)     Memulai kegiatan layanan dengan berdoa

c)     Menyampaikan tujuan layanan

d)     Menyampaikan topik layanan

2)     Tahap peralihan

a)     Memastikan kesiapan siswa/konseli untuk menggikuti layanan

b)     Mengenali suasana hati siswa/konseli

c)     Menekankan asas-asas bimbingan dan konseling

3)    Tahap inti

a)     Meminta siswa/konseli untuk membayangkan dirinya sebagai suatu obyek, misalnya orang, pohon, atau benda lainnya, disertai alasan mengapa dirinya ingin   seperti obyekyang dibayangkannya itu.

b)     Meminta siswa/konseli lain untuk memberikan pendapat tentang penyampaian temannya.

c)     Memberikan kesempatan kepada siswa/konseli untuk bertanya hal-hal yang belum jelas

d)     Memberikan kesempatan kepada siswa/konseli lain untuk merespon pertanyaan temannya

e)     Memberikan penguatan kepada siswa/konseli

f)      Memastikan semua siswa/konseli telah memahami materi layanan

4)     Tahap akhir

a)     Mengajak siswa/konseli bersama-sama membuat kesimpulan layanan

b)     Mengevaluasi ketercapaian tujuan layanan

c)     Meminta siswa/konseli membuat komitmen untuk merubah perilaku atau meningkatkan perilaku yang sudah baik sesuai dengan tujuan layanan.

d)     Menutup kegiatan layanan.

Metode fantasi dapat digunakan di tingkat sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah atas. Penggunaan metode ini dapat mengembangkan kemampuan mengemukakan pendapat, kemampuan menganalisis, kemampuan menghargai pendapat orang lain, dan kemampuan berfantasi/ berimajinasi pada diri siswa/konseli.

 

Dilema Moral sebagai Metode Layanan Bimbingan dan Konseling

30 November 2024 11:39:07 Dibaca : 26

Dilema Moral sebagai Metode Layanan Bimbingan dan Konseling

Oleh: Maryam Rahim

Dilema moral dapat menjadi salah satu metode layanan bimbingan dan konseling. Metode ini dilaksanakan dengan cara memberikan/menyajikan peristiwa/masalah yang mengandung dilema moral untuk dibahas bersama dalam proses layanan bimbingan dan konseling. Melalui pembahasan tentang peristiwa atau kondisi yang mengandung dilema moral tersebut, diharapkan siswa/konseli memiliki kemampuan/perilaku seperti berikut: kemampuan berikir kritis, kemampuan menganalisis, kemampuan mengsintesis, kemampuan menemukan solusi terhadap situasi dilematis, kemampuan mengemukakan pendapat/solusi baik secara lisan maupun tertulis.

            Dilema moral terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua atau lebih tindakan yang semuanya memiliki konsekuensi etis atau moral yang bertentangan. Berikut beberapa contoh kondisi yang mengandung dilema moral:

1)  Kebohongan demi kebaikan     Seorang dokter mengetahui bahwa pasiennya mengidap penyakit yang sulit disembuhkan, tetapi keluarganya meminta dokter untuk tidak memberi tahu pasien     karena takut ia akan kehilangan harapan.

     -   Dilema: Apakah dokter harus memberi tahu pasien sesuai kode etik kedokteran atau mengikuti permintaan keluarga demi menjaga semangat pasien?

2)  Pencurian untuk bertahan hidup    Seorang ibu miskin mencuri makanan dari supermarket untuk memberi makan anak-anaknya yang kelaparan.

    -  Dilema: Apakah mencuri dapat dibenarkan demi menyelamatkan nyawa, atau tetap salah secara hukum dan moral?

3) Pengorbanan satu untuk menyelamatkan banyak Dalam situasi darurat di sebuah kapal yang hampir tenggelam, hanya ada satu sekoci kecil yang mampu menyelamatkan lima orang, tetapi ada enam orang di kapal. Seseorang harus mengorbankan diri agar sekoci tidak tenggelam.

   - Dilema: Apakah etis memilih siapa yang harus dikorbankan, atau lebih baik membiarkan semuanya mengambil risiko bersama?

4) Rahasia teman yang membahayakan Anda mengetahui bahwa seorang teman dekat melakukan tindakan ilegal yang berbahaya, misalnya mengemudi dalam keadaan mabuk. Jika Anda melaporkannya, dia bisa dihukum berat, tetapi jika Anda tidak melaporkannya, dia mungkin membahayakan orang lain.

   -  Dilema: Apakah lebih penting menjaga rahasia teman atau melindungi masyarakat?

5) Keputusan medis untuk menyelamatkan satu orang Dalam keadaan darurat di rumah sakit, seorang dokter hanya memiliki satu alat bantu pernapasan, tetapi ada dua pasien kritis. Salah satunya adalah seorang anak muda dengan masa depan cerah, sedangkan yang lainnya adalah orang tua yang telah berkontribusi banyak bagi masyarakat.

  -  Dilema: Siapa yang harus diberi alat bantu, dan apa dasar pengambilan keputusan itu?

       Setiap dilema ini memunculkan pertanyaan etis yang sulit dijawab karena melibatkan nilai-nilai yang saling bertentangan. Untuk menemukan solusi yang tepat, dibutuhkan pemikiran dari berbagai sudut pandang.

        Metode dilema moral dapat digunakan pada bimbingan klasikal dan bimbingan kelompok, dengan tahapan pelaksanaan berikut:

 1)  Tahap pembentukan:

      a)   Mempersiapkan siswa/konseli untuk mengikuti layanan

      b)   Memulai kegiatan layanan dengan berdoa

      c)   Menyampaikan tujuan layanan

      d)  Menyampaikan topik layanan

2)  Tahap peralihan

     a)  Memastikan kesiapan siswa/konseli untuk menggikuti layanan

     b) Mengenali suasana hati siswa/konseli

     c) Menekankan asas-asas bimbingan dan konseling

3) Tahap inti

     a) Menyampaikan secara lisan atau tertulis tentang sebuah situasi/kondisi yang mengandung dilemma moral.

     b) Meminta siswa/konseli (secara individual atau kelompok) memikirkan solusi dari situasi yang dilematis itu.

     c) Membahas hasil-hasil pemikiran siswa/konseli tentang solusi yang ditemukan.

     d) Memberikan penguatan-penguatan kepada siswa/konseli

     e)  Memastikan semua siswa/konseli telah memahami materi layanan

4)  Tahap akhir

     a) Mengajak siswa/konseli bersama-sama membuat kesimpulan layanan

     b) Mengevaluasi ketercapaian tujuan layanan

     c) Meminta siswa/konseli membuat komitmen untuk merubah perilaku atau meningkatkan perilaku yang sudah baik sesuai dengan tujuan layanan.

     d) Menutup kegiatan layanan.

                Penggunaan metode dilema moral sebagai metode layanan bimbingan dan konseling, akan melatih siswa/konseli memiliki keterampilan menemukan solusi pada saat mengalami masalah dilematis.

KIAT BELAJAR SENDIRI DAN BELAJAR KELOMPOK

16 November 2024 08:51:05 Dibaca : 22

KIAT BELAJAR SENDIRI DAN BELAJAR KELOMPOK

Oleh: Maryam Rahim

 

Setiap siswa harus memiliki ketrampilan dalam belajar, baik belajar sendiri maupun belajar kelompok, mengingat belajar sendiri dan belajar kelompok tidak terlepas dari aktivitas setiap siswa. Untuk memiliki ketrampilan belajar sendiri dan belajar kelompok, maka setiap siswa perlu membaca materi ini. Materi ini diharapkan dapat membantu siswa memahami cara-cara belajar sendiri dan belajar kelompok, dan menerapkannya dalam aktivitas belajar setiap hari.

 

BELAJAR SENDIRI

Belajar sendiri memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar atau modalitas belajar masing-masing. Setiap orang memiliki gaya belajar yang berbeda dengan orang lain. Belajar sesuai dengan gaya belajar masing-masing, tentu saja akan membantu terjadinya aktivitas belajar sendiri yang nantinya akan memberikan hasil yang maksimal. Namun tidak jarang ada juga siswa yang mengalami kesulitan ketika belajar sendiri, misalnya timbul rasa malas, ngantuk, dan ingin cepat-cepat berhenti meskipun apa yang dipelajari belum dipahami. Untuk itu kita perlu melakukan kiat-kiat tersendiri dalam belajar sendiri.

 Kiat-Kiat Belajar Sendiri:

Belajar sendiri memerlukan kiat-kiat tertentu, agar kegiatan belajar ini dapat memberikan hasil yang maksimal. Hal ini perlu ditegaskan, mengingat banyak orang (siswa) yang tidak mendapatkan hasil dari kegiatan belajar sendiri, disebabkan tidak memahami kiat-kiat belajar sendiri. Berikut adalah beberapa kiat belajar sendiri:

a.       Buatlah jadwal kegiatan belajar harian (bukan nanti pada saat akan mengikuti ulangan atau ujian).

b.      Taatilah jadwal yang sudah dibuat itu, artinya apapun yang Anda lakukan pada hari itu, Anda tetap belajar.

c.       Tumbuhkan semangat belajar dengan cara memahami bahwa belajar sangat bermanfaat bagi diri sendiri untuk jangka panjang, bukan hanya sekedar untuk ulangan atau ujian.

d.      Belajarlah sesuai dengan gaya belajar Anda.

e.       Belajarlah sesuai dengan kebiasaan belajar Anda, misalnya sambil ngemil, belajar di waktu tengah malam, sambil duduk di ayunan, belajar sambil menyuarakan apa yang dipelajari, atau menuliskan kembali dalam bentuk ringkasan, bagan, peta konsep, dan lainnya.

f.       Berilah waktu jeda atau selingan pada saat belajar, misalnya setiap 1 jam dengan melakukan kegiatan lain, misalnya menyiram bunga, menghirup udara segar. Sambil melakukan aktivitas tersebut, Anda berusaha untuk mengingat-ingat hal-hal telah Anda pelajari.

g.      Hindari kegiatan yang mengganggu penyimpanan informasi/materi yang telah dipelajari, seperti nonton TV, bermain gadget.

h.      Jauhkan hal-hal yang dapat mengganggu belajar, seperti HP, siaran TV, tempat-tempat yang gaduh.

i.        Aturlah tempat belajar atau ruang belajar Anda sesuai dengan selera Anda, yang setiap saat dapat diubah, agar Anda selalu berada dalam situasi belajar yang bervariasi. Kondisi ini tentu saja akan menimbulkan motivasi belajar.

 

 

BELAJAR KELOMPOK

Belajar kelompok merupakan metode belajar yang dapat digunakan untuk memaksimalkan aktivitas belajar siswa. Melalui belajar kelompok siswa saling bertukar pikiran atau berdiskusi tentang berbagai persoalan, misalnya menjawab soal-soal latihan, memperjelas materi yang belum jelas bagi beberapa anggota kelompok. Namun seringkali belajar kelompok menjadi tidak efisien karena berubah menjadi acara bercanda atau aktivitas lain yang mengganggu.

 

Manfaat Belajar Kelompok

Belajar kelompok memiliki manfaat sosial, antara lain :

a. Dalam kelompok belajar, seorang anggota akan mendapat lebih banyak pengalaman-pengalaman tentang pemecahan masalah daripada seorang belajar sendiri.

b. Dalam kelompok belajar terjadi pertukaran ide-ide baru, gagasan-gagasan baru dibandingkan jika belajar seorang diri.

c.Beberapa pendapat dari anggota-anggota kelompok belajar lebih “mewakili” (representatif) dari pada pendapat seseorang. Dalam kelompok, belajar lebih produktif dengan memberikan kritik terhadap usul-usul atau saran-saran yang dikemukakan anggota kelompok.

d. Melalui kelompok belajar dapat dikembangkan perasaan sosial yang lebih baik:

e.Tiap anggota kelompok belajar telah mengerti tentang maksud, tehnik, dan pola yang berlaku dalam proses belajar, atau dalam sebuah kelompok.

f. Dalam kelompok terlihat adanya gerak, dinamika dan keaktifan dari seluruh anggota kelompok belajar, yang memungkinkan setiap anggota kelompok dapat berinteraksi satu dengan yang lain. Belajar kelompok akan mengembangkan berbagai perilaku sosial yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari sebagai makhluk sosial.

g. Tiap anggota kelompok dapat mengadakan pertukaran pikiran, pendapat yang konstruktif, serta dapat mengutarakan pendapat  yang relevan (berkaitan) dengan masalah yang sedang dipecahkan.

h. Cara belajar kelompok harus lebih unggul daripad cara belajar sendiri, karena itu tiap anggota kelompok diharapkan:

         1)   Dapat menguji dan menilai gagasan-gagasan orang lain dan gagasan sendiri.

         2)      Dapat mempergunakan mekanisme (prosedure) demokrasi dalam penggunaan, penyelesaian, konflik, membuat keputusan.

         3)      Dapat menimbulkan perubahan konstruktif pada perilaku orang lain dalam hal ini anggota kelompok.

i. Setiap anggota kelompok akan merasakan manfaat belajar kelompok dan optimis menghadapi proses belajar.

 

Kiat-Kiat Belajar Kelompok

Agar aktivitas belajar kelompok dapat memberikan hasil yang maksimal, dalam arti benar-benar dapat membantu anggota kelompok akan memperoleh hasil belajar yang diharapkan, maka perlu memperhatikan kiat-kiat berikut:

a. Jumlah anggota kelompok maksimal adalah 5 orang. Dengan anggota kelompok yang tidak terlalu banyak diharapkan siswa bisa lebih focus dalam berdiskusi.

b. Tentukan materi beberapa hari sebelum belajar kelompok dilaksanakan. Menentukan materi belajar sebelum belajar kelompok dilakukan adalah sangat penting agar semua anggota bisa mempersiapkan diri terhadap materi yang akan didiskusikan.

c. Waktu belajar kelompok minimal 2 jam tiap pertemuan dan dilakukan 3 kali dalam seminggu. Waktu belajar yang efektif adalah siang hari atau sore hari setelah istirahat di rumah. Usahakan agar setiap anggota datang tepat pada waktunya di tempat yang disepakati sebelumnya.

d. Ciptakan suasana belajar yang serius tapi santai. Setiap anggota kelompok diharapkan untuk fokus terhadap materi yang didiskusikan. Hindari bercanda yang berkepanjangan atau bermain HP saat belajar kelompok. Apabila anda teman yang bercanda terlalu lama jangan sungkan untuk menegurnya demi tercapainya tujuan belajar kelompok.

e. Pilihlah tempat belajar yang nyaman dan tenang, jauh dari televisi atau keramaian. Tempat belajar kelompok yang tenang dan nyaman sangat membantu dalam meningkatkan konsentrasi dalam proses belajar dan berdiskusi.

f.  Manfaatkan waktu untuk mengerjakan soal-soal yang telah disepakati. Tiap-tiap anggota harus mengerjakan soalnya sendiri-sendiri. Apabila ada anggota yang tidak bisa mengerjakan suatu soal, anggota yang lain harus menjelaskan kepadanya sampai ia mengerti. Janganlah ragu-ragu untuk bertanya apabila tidak bisa mengerjakan soal. Bila semua anggota kelompok tidak ada yang mampu, catatlah soal tersebut untuk ditanyakan kepada guru di sekolah.

g. Jangan ragu-ragu membantu menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain. Semakin sering anda menjelaskan suatu materi kepada orang lain maka semakin dalam juga penguasaan anda terhadap materi tersebut.

Memahami Gaya Belajar

18 October 2024 18:45:33 Dibaca : 68

Memahami Gaya Belajar

Oleh: Maryam Rahim

            Gaya belajar termasuk salah satu aspek yang penting dalam belajar, oleh sebab itu diperlukan pemahaman tentang gaya belajar peserta didik, baik oleh guru maupun oleh peserta didik itu sendiri. Gaya belajar adalah cara atau metode yang lebih disukai oleh seseorang dalam menerima, memproses, dan memahami informasi atau pengetahuan baru. Setiap individu memiliki gaya belajar yang berbeda-beda, yang membuat mereka lebih efektif dalam belajar ketika menggunakan metode tertentu. Ciri-ciri gaya belajar menurut Bobbi de Porter & Mike Hernacki dalam buku Quantum Learning::

1. Orang-orang Visual:

        Rapi dan teratur.

        Berbicara dengan cepat.

        Perencana dan pengatur jangka panjang yang baik.

        Teliti terhadap detail.

        Mementingkan penampilan, baik dalam hal pakaian maupun presentasi.

        Pengeja yang baik dan dapat melihat kata-kata yang sebenarnya dalam pikiran mereka.

        Mengingat apa yang dilihat, daripada yang didengar.

        Mengingat dengan asosiasi visual.

        Biasanya tidak terganggu oleh keributan.

        Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan sering kali minta bantuan orang untuk mengulanginya.

        Pembaca cepat dan tekun.

        Lebih suka membaca daripada dibacakan.

        Membutuhkan pandangan dan tujuan yang menyeluruh dan bersikap waspada sebelum secara mental merasa pasti tentang suatu masalah atau proyek.

        Mencoret-coret tanpa arti selama berbicara di telepon dan dalam rapat.

        Lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain.

        Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat ya atau tidak.

        Lebih suka melakukan demonstrasi daripada berpidato.

        Lebih suka seni daripada musik.

        Sering kali mengetahui apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai memilih kata-kata.

        Kadang-kadang kehilangan konsentrasi ketika mereka ingin memperhatikan.

 

      2.  Orang-orang Auditorial:

         Berbicara kepada diri sendiri saat bekerja.

        Mudah terganggu oleh keributan.

        Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan dibuku ketika membaca.

        Senang membaca dengan keras dan mendengarkan.

        Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama dan warna suara.

        Merasa kesulitan untuk menulis, tetapi hebat dalam bercerita.

        Berbicara dalam irama yang terpola.

        Biasanya pembicara yang fasih.

        Lebih suka musik daripada seni.

        Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada yang dilihat.

        Suka berbicara, suka berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu panjang lebar.

        Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan visualisasi, seperti memotong bagian-bagian hingga sesuai satu sama lain.

        Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya.

        Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik.

 

    3.  Orang-orang Kinestik:

         Berbicara dengan perlahan.

        Menanggapi perhatian fisik.

        Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka.

        Berdiri dekat ketika berbicara dengan orang.

        Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak.

        Mempunyai perkembangan awal otot-otot yang besar.

        Belajar melalui memanipulasi dan praktik.

        Menghafal dengan cara berjalan dan melihat.

        Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca.

        Banyak menggunakan isyarat tubuh.

        Tidak dapat duduk diam untuk waktu lama.

        Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang telah pernah berada di tempat itu.

        Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi.

        Menyukai buku-buku yang berorientasi pada plot mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca.

        Kemungkinan tulisannya jelek.

        Ingin melakukan segala sesuatu.

        Menyukai permainan yang menyibukkan.

            Memahami gaya belajar peserta didik sangat penting bagi guru. Pemahaman gaya belajar peserta didik akan membantu guru dalam menggunakan metode dan media dalam pembelajaran. Peserta didik akan lebih optimal dalam belajar jika ia bisa belajar dengan gaya belajar yang dimilikinya.