KIAT BELAJAR SENDIRI DAN BELAJAR KELOMPOK
KIAT BELAJAR SENDIRI DAN BELAJAR KELOMPOK
Oleh: Maryam Rahim
Setiap siswa harus memiliki ketrampilan dalam belajar, baik belajar sendiri maupun belajar kelompok, mengingat belajar sendiri dan belajar kelompok tidak terlepas dari aktivitas setiap siswa. Untuk memiliki ketrampilan belajar sendiri dan belajar kelompok, maka setiap siswa perlu membaca materi ini. Materi ini diharapkan dapat membantu siswa memahami cara-cara belajar sendiri dan belajar kelompok, dan menerapkannya dalam aktivitas belajar setiap hari.
BELAJAR SENDIRI
Belajar sendiri memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar atau modalitas belajar masing-masing. Setiap orang memiliki gaya belajar yang berbeda dengan orang lain. Belajar sesuai dengan gaya belajar masing-masing, tentu saja akan membantu terjadinya aktivitas belajar sendiri yang nantinya akan memberikan hasil yang maksimal. Namun tidak jarang ada juga siswa yang mengalami kesulitan ketika belajar sendiri, misalnya timbul rasa malas, ngantuk, dan ingin cepat-cepat berhenti meskipun apa yang dipelajari belum dipahami. Untuk itu kita perlu melakukan kiat-kiat tersendiri dalam belajar sendiri.
Kiat-Kiat Belajar Sendiri:
Belajar sendiri memerlukan kiat-kiat tertentu, agar kegiatan belajar ini dapat memberikan hasil yang maksimal. Hal ini perlu ditegaskan, mengingat banyak orang (siswa) yang tidak mendapatkan hasil dari kegiatan belajar sendiri, disebabkan tidak memahami kiat-kiat belajar sendiri. Berikut adalah beberapa kiat belajar sendiri:
a. Buatlah jadwal kegiatan belajar harian (bukan nanti pada saat akan mengikuti ulangan atau ujian).
b. Taatilah jadwal yang sudah dibuat itu, artinya apapun yang Anda lakukan pada hari itu, Anda tetap belajar.
c. Tumbuhkan semangat belajar dengan cara memahami bahwa belajar sangat bermanfaat bagi diri sendiri untuk jangka panjang, bukan hanya sekedar untuk ulangan atau ujian.
d. Belajarlah sesuai dengan gaya belajar Anda.
e. Belajarlah sesuai dengan kebiasaan belajar Anda, misalnya sambil ngemil, belajar di waktu tengah malam, sambil duduk di ayunan, belajar sambil menyuarakan apa yang dipelajari, atau menuliskan kembali dalam bentuk ringkasan, bagan, peta konsep, dan lainnya.
f. Berilah waktu jeda atau selingan pada saat belajar, misalnya setiap 1 jam dengan melakukan kegiatan lain, misalnya menyiram bunga, menghirup udara segar. Sambil melakukan aktivitas tersebut, Anda berusaha untuk mengingat-ingat hal-hal telah Anda pelajari.
g. Hindari kegiatan yang mengganggu penyimpanan informasi/materi yang telah dipelajari, seperti nonton TV, bermain gadget.
h. Jauhkan hal-hal yang dapat mengganggu belajar, seperti HP, siaran TV, tempat-tempat yang gaduh.
i. Aturlah tempat belajar atau ruang belajar Anda sesuai dengan selera Anda, yang setiap saat dapat diubah, agar Anda selalu berada dalam situasi belajar yang bervariasi. Kondisi ini tentu saja akan menimbulkan motivasi belajar.
BELAJAR KELOMPOK
Belajar kelompok merupakan metode belajar yang dapat digunakan untuk memaksimalkan aktivitas belajar siswa. Melalui belajar kelompok siswa saling bertukar pikiran atau berdiskusi tentang berbagai persoalan, misalnya menjawab soal-soal latihan, memperjelas materi yang belum jelas bagi beberapa anggota kelompok. Namun seringkali belajar kelompok menjadi tidak efisien karena berubah menjadi acara bercanda atau aktivitas lain yang mengganggu.
Manfaat Belajar Kelompok
Belajar kelompok memiliki manfaat sosial, antara lain :
a. Dalam kelompok belajar, seorang anggota akan mendapat lebih banyak pengalaman-pengalaman tentang pemecahan masalah daripada seorang belajar sendiri.
b. Dalam kelompok belajar terjadi pertukaran ide-ide baru, gagasan-gagasan baru dibandingkan jika belajar seorang diri.
c.Beberapa pendapat dari anggota-anggota kelompok belajar lebih “mewakili” (representatif) dari pada pendapat seseorang. Dalam kelompok, belajar lebih produktif dengan memberikan kritik terhadap usul-usul atau saran-saran yang dikemukakan anggota kelompok.
d. Melalui kelompok belajar dapat dikembangkan perasaan sosial yang lebih baik:
e.Tiap anggota kelompok belajar telah mengerti tentang maksud, tehnik, dan pola yang berlaku dalam proses belajar, atau dalam sebuah kelompok.
f. Dalam kelompok terlihat adanya gerak, dinamika dan keaktifan dari seluruh anggota kelompok belajar, yang memungkinkan setiap anggota kelompok dapat berinteraksi satu dengan yang lain. Belajar kelompok akan mengembangkan berbagai perilaku sosial yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari sebagai makhluk sosial.
g. Tiap anggota kelompok dapat mengadakan pertukaran pikiran, pendapat yang konstruktif, serta dapat mengutarakan pendapat yang relevan (berkaitan) dengan masalah yang sedang dipecahkan.
h. Cara belajar kelompok harus lebih unggul daripad cara belajar sendiri, karena itu tiap anggota kelompok diharapkan:
1) Dapat menguji dan menilai gagasan-gagasan orang lain dan gagasan sendiri.
2) Dapat mempergunakan mekanisme (prosedure) demokrasi dalam penggunaan, penyelesaian, konflik, membuat keputusan.
3) Dapat menimbulkan perubahan konstruktif pada perilaku orang lain dalam hal ini anggota kelompok.
i. Setiap anggota kelompok akan merasakan manfaat belajar kelompok dan optimis menghadapi proses belajar.
Kiat-Kiat Belajar Kelompok
Agar aktivitas belajar kelompok dapat memberikan hasil yang maksimal, dalam arti benar-benar dapat membantu anggota kelompok akan memperoleh hasil belajar yang diharapkan, maka perlu memperhatikan kiat-kiat berikut:
a. Jumlah anggota kelompok maksimal adalah 5 orang. Dengan anggota kelompok yang tidak terlalu banyak diharapkan siswa bisa lebih focus dalam berdiskusi.
b. Tentukan materi beberapa hari sebelum belajar kelompok dilaksanakan. Menentukan materi belajar sebelum belajar kelompok dilakukan adalah sangat penting agar semua anggota bisa mempersiapkan diri terhadap materi yang akan didiskusikan.
c. Waktu belajar kelompok minimal 2 jam tiap pertemuan dan dilakukan 3 kali dalam seminggu. Waktu belajar yang efektif adalah siang hari atau sore hari setelah istirahat di rumah. Usahakan agar setiap anggota datang tepat pada waktunya di tempat yang disepakati sebelumnya.
d. Ciptakan suasana belajar yang serius tapi santai. Setiap anggota kelompok diharapkan untuk fokus terhadap materi yang didiskusikan. Hindari bercanda yang berkepanjangan atau bermain HP saat belajar kelompok. Apabila anda teman yang bercanda terlalu lama jangan sungkan untuk menegurnya demi tercapainya tujuan belajar kelompok.
e. Pilihlah tempat belajar yang nyaman dan tenang, jauh dari televisi atau keramaian. Tempat belajar kelompok yang tenang dan nyaman sangat membantu dalam meningkatkan konsentrasi dalam proses belajar dan berdiskusi.
f. Manfaatkan waktu untuk mengerjakan soal-soal yang telah disepakati. Tiap-tiap anggota harus mengerjakan soalnya sendiri-sendiri. Apabila ada anggota yang tidak bisa mengerjakan suatu soal, anggota yang lain harus menjelaskan kepadanya sampai ia mengerti. Janganlah ragu-ragu untuk bertanya apabila tidak bisa mengerjakan soal. Bila semua anggota kelompok tidak ada yang mampu, catatlah soal tersebut untuk ditanyakan kepada guru di sekolah.
g. Jangan ragu-ragu membantu menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain. Semakin sering anda menjelaskan suatu materi kepada orang lain maka semakin dalam juga penguasaan anda terhadap materi tersebut.
Memahami Gaya Belajar
Memahami Gaya Belajar
Oleh: Maryam Rahim
Gaya belajar termasuk salah satu aspek yang penting dalam belajar, oleh sebab itu diperlukan pemahaman tentang gaya belajar peserta didik, baik oleh guru maupun oleh peserta didik itu sendiri. Gaya belajar adalah cara atau metode yang lebih disukai oleh seseorang dalam menerima, memproses, dan memahami informasi atau pengetahuan baru. Setiap individu memiliki gaya belajar yang berbeda-beda, yang membuat mereka lebih efektif dalam belajar ketika menggunakan metode tertentu. Ciri-ciri gaya belajar menurut Bobbi de Porter & Mike Hernacki dalam buku Quantum Learning::
1. Orang-orang Visual:
Rapi dan teratur.
Berbicara dengan cepat.
Perencana dan pengatur jangka panjang yang baik.
Teliti terhadap detail.
Mementingkan penampilan, baik dalam hal pakaian maupun presentasi.
Pengeja yang baik dan dapat melihat kata-kata yang sebenarnya dalam pikiran mereka.
Mengingat apa yang dilihat, daripada yang didengar.
Mengingat dengan asosiasi visual.
Biasanya tidak terganggu oleh keributan.
Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan sering kali minta bantuan orang untuk mengulanginya.
Pembaca cepat dan tekun.
Lebih suka membaca daripada dibacakan.
Membutuhkan pandangan dan tujuan yang menyeluruh dan bersikap waspada sebelum secara mental merasa pasti tentang suatu masalah atau proyek.
Mencoret-coret tanpa arti selama berbicara di telepon dan dalam rapat.
Lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain.
Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat ya atau tidak.
Lebih suka melakukan demonstrasi daripada berpidato.
Lebih suka seni daripada musik.
Sering kali mengetahui apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai memilih kata-kata.
Kadang-kadang kehilangan konsentrasi ketika mereka ingin memperhatikan.
2. Orang-orang Auditorial:
Berbicara kepada diri sendiri saat bekerja.
Mudah terganggu oleh keributan.
Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan dibuku ketika membaca.
Senang membaca dengan keras dan mendengarkan.
Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama dan warna suara.
Merasa kesulitan untuk menulis, tetapi hebat dalam bercerita.
Berbicara dalam irama yang terpola.
Biasanya pembicara yang fasih.
Lebih suka musik daripada seni.
Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada yang dilihat.
Suka berbicara, suka berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu panjang lebar.
Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan visualisasi, seperti memotong bagian-bagian hingga sesuai satu sama lain.
Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya.
Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik.
3. Orang-orang Kinestik:
Berbicara dengan perlahan.
Menanggapi perhatian fisik.
Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka.
Berdiri dekat ketika berbicara dengan orang.
Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak.
Mempunyai perkembangan awal otot-otot yang besar.
Belajar melalui memanipulasi dan praktik.
Menghafal dengan cara berjalan dan melihat.
Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca.
Banyak menggunakan isyarat tubuh.
Tidak dapat duduk diam untuk waktu lama.
Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang telah pernah berada di tempat itu.
Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi.
Menyukai buku-buku yang berorientasi pada plot mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca.
Kemungkinan tulisannya jelek.
Ingin melakukan segala sesuatu.
Menyukai permainan yang menyibukkan.
Memahami gaya belajar peserta didik sangat penting bagi guru. Pemahaman gaya belajar peserta didik akan membantu guru dalam menggunakan metode dan media dalam pembelajaran. Peserta didik akan lebih optimal dalam belajar jika ia bisa belajar dengan gaya belajar yang dimilikinya.
Pendidikan Masa Prenatal
Pendidikan Masa Prenatal
Oleh: Maryam Rahim
Masa prenatal atau masa sebelum lahir merupakan masa paling awal kehidupan manusia. Hurlock (1980) memasukan masa prenatal sebagai salah satu masa atau fase dalam perkembangan manusia. Masa ini berlangsung sejak saat konsepsi yakni ketika terjadi pembuahan akibat bertemunya ovum dan sperma hingga sebelum masa kelahiran. Al Qur’an telah menjelaskan tentang masa awal kehidupan manusia sebagaimana dalam surat Al Mu'minun ayat 12-14.
Sebagai awal dari perkembangan manusia maka upaya pendidikan di masa ini menjadi sangat penting.Pendidikan prenatal merujuk pada upaya untuk memberikan pendidikan kepada calon ibu dan ayah selama masa kehamilan guna mempersiapkan kesehatan fisik, mental, emosional, dan spiritual ibu serta bayi yang sedang dikandung. Pendidikan ini bertujuan untuk memastikan kondisi optimal bagi perkembangan janin dan kesejahteraan ibu selama kehamilan, melahirkan, dan masa pasca melahirkan.
Beberapa aspek yang diperhatikan dalam pendidikan prenatal antara lain:
1. Gizi dan kesehatan: Nutrisi yang tepat bagi ibu hamil sangat penting untuk mendukung pertumbuhan janin. Ini mencakup anjuran makanan yang harus dikonsumsi dan dihindari, serta kebutuhan vitamin dan mineral penting.
2. Kesehatan emosional dan mental: Ibu hamil juga perlu menjaga kesehatan emosional dan mental, karena stres, kecemasan, dan depresi dapat berdampak pada bayi. Pendidikan ini biasanya melibatkan teknik relaksasi, meditasi, dan cara menangani emosi.
3. Melakukan aktivitas fisik: Pentingnya olahraga ringan yang sesuai untuk ibu hamil, seperti jalan kaki, yoga prenatal, atau senam hamil, yang membantu menjaga kebugaran tubuh dan mempersiapkan proses persalinan.
4. Kesehatan spiritual dan psikologis: Beberapa kebiasaan atau pendekatan spiritual juga disarankan, termasuk membaca kitab suci atau melakukan doa dan meditasi. Dalam perspektif Islam, misalnya, ibu hamil sering disarankan membaca Al Qur’an, karena diyakini suara dan kandungan Al Qur’an dapat memberikan ketenangan dan berdampak positif pada janin. Keberhasilan Imran dalam mendidik anaknya tidak terlepas dari usaha secara kontinu atau terus-menerus mendo’akan kepada Allah, mulai dari saat mengandung sampai anaknya lahir, seperti yang tergambar dalam ayat 132 –133 Surah al-Baqarah:
5. Pemahaman tentang proses persalinan dan persiapan kelahiran: Penting bagi ibu hamil untuk memahami tentang berbagai metode persalinan, bagaimana cara menghadapi rasa sakit saat melahirkan, teknik pernapasan, dan apa yang harus dipersiapkan sebelum, saat, dan sesudah melahirkan.
6. Peran ayah: Dalam pendidikan prenatal, keterlibatan ayah juga diutamakan. Ayah diharapkan dapat mendukung ibu hamil, baik secara emosional maupun fisik, dan ikut dalam proses persiapan persalinan.
Melalui pendidikan prenatal yang baik, diharapkan para calon orang tua (ibu dan ayah) lebih siap menghadapi masa kehamilan dan melahirkan, serta memberikan lingkungan yang terbaik bagi bayi sejak dalam kandungan. Masa awal yang baik akan menjadi fundasi yang kuat bagi perkembangan di masa post natal atau sesudah kelahiran.
Tindakan Preventif Orientasi Sexual Menyimpang Sejak Usia Dini
Tindakan Preventif Orientasi Sexual Menyimpang Sejak Usia Dini
Oleh: Maryam Rahim
Saat ini perilaku orientasi sexual yang menyimpang yang dikenal dengan LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, dan Transgender) semakin marak di Indonesia. Kelompok ini tidak hanya diam, mereka mulai melakukan upaya penyebarluasan anggota melalui media sosial, yang tentu saja sangat berbahaya khususnya bagi generasi muda. Kondisi ini jika dibiarkan berlarut tanpa upaya yang maksimal, maka bahaya itu akan semakin besar. Telah banyak dilakukan upaya pencegahan dan juga penyelesaian masalah berupa pembinaan bagi yang telah terpapar, namun belum memberikan hasil yang diharapkan. Atas dasar kondisi itulah dianggap perlu melakukan tindakan preventif sejak usia dini.
Orientasi seksual menyimpang mengacu pada perilaku seksual atau preferensi seksual yang tidak sejalan dengan norma atau standar moral, sosial, atau agama tertentu, terutama dalam konteks agama Islam. Beberapa bentuk orientasi seksual yang populer dikenal adalah Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT). Dalam Islam, orientasi seksual yang dianggap menyimpang adalah setiap bentuk perilaku seksual yang melanggar ketentuan syariat, terutama yang menyimpang dari hubungan heteroseksual yang sah (yaitu antara laki-laki dan perempuan dalam ikatan pernikahan). Islam mengajarkan bahwa hubungan sexual hanya boleh dilakukan dalam pernikahan antara laki-laki dan perempuan, dan setiap bentuk hubungan seksual di luar itu dianggap melanggar hukum agama dan moralitas.
Tindakan preventif untuk mengatasi orientasi sexual yang menyimpang sejak usia dini membutuhkan pendekatan yang holistik, melibatkan peran keluarga, sekolah dan masyarakat dalam bentuk penguatan spiritual dan moral. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah orientasi sexual menyimpang sejak usia dini, antara lain adalah:
1. Pendidikan sexual yang tepat.
a. Memberikan pengajaran yang sesuai dengan usia anak. Sejak dini, anak-anak harus diberikan pendidikan tentang sexualitas yang sesuai dengan usia mereka, dengan fokus pada pemahaman tentang tubuh, identitas gender, dan perbedaan antara jenis kelamin. Pendidikan ini perlu disampaikan dengan cara yang positif dan informatif.
b. Penanaman nilai moral dan agama. Pendidikan sexual yang diintegrasikan dengan nilai-nilai moral dan agama dapat memberikan kerangka berpikir yang lebih kuat bagi anak tentang makna sexualitas dalam konteks agama dan etika.
2. Lingkungan keluarga yang sehat.
a. Pendidikan dari orang tua. Orang tua memiliki peran penting dalam menanamkan nilai-nilai tentang sexualitas yang benar. Memberikan pengetahuan dasar tentang identitas gender dan peran jenis kelamin sejak dini akan membantu anak memahami batasan dan nilai yang baik.
b. Menyediakan komunikasi terbuka. Anak harus merasa nyaman berbicara dengan orang tua tentang berbagai hal, termasuk tentang perubahan fisik dan emosional. Komunikasi terbuka ini akan mencegah anak mendapatkan informasi yang salah dari lingkungan luar.
3. Lingkungan sosial yang positif.
a. Penguatan peran lingkungan sekolah dan teman sebaya. Sekolah dan komunitasnya juga memainkan peran penting. Anak harus berada dalam lingkungan yang sehat secara moral dan mendukung perkembangan psikologis yang sehat.
b. Melakukan pemantauan terhadap konten media yang dikonsumsi anak. Media memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan anak, oleh sebab itu orang tua dan pendidik/guru dan orang dewasa lainnya harus mengontrol konten media yang dikonsumsi anak, terutama yang berkaitan dengan isu-isu gender dan sexualitas.
4. Pemahaman dan pembinaan agamaa.
a. Penanaman nilai agama. Ajaran agama, dapat memberikan pemahaman yang mendalam tentang peran gender, hubungan antara laki-laki dan perempuan, serta etika dalam kehidupan sexual. Pengajaran tentang nilai-nilai ini sejak dini dapat menjadi landasan yang kuat untuk membentengi berkembangnya orientasi sexual yang menyimpang.
b. Contoh dari tokoh agama: Anak-anak dapat diarahkan untuk meneladani tokoh-tokoh agama yang memiliki integritas moral dan mengikuti ajaran agama dalam aspek kehidupan termasuk sexualitas.
5. Penguatan identitas diri.
a. Pembinaan karakter. Mengembangkan rasa percaya diri dan penghargaan terhadap diri sendiri adalah aspek penting dalam mencegah perilaku menyimpang. Anak yang memiliki pemahaman yang kuat tentang identitasnya cenderung memiliki kemampuan untuk menolak pengaruh negatif.
b. Penanganan emosi yang tepat. Anak dibimbing untuk mengelola emosi dengan baik, seperti bingung dengan identitas atau perubahan tubuh, dapat membantu anak memahami dan mengatasi rasa tidak nyaman tanpa mengambil keputusan yang salah.
6. Konsultasi dan bimbingan psikologis.
a. Intervensi dini. Jika ada tanda-tanda kebingungan sexual atau identitas pada anak, segera berkonsultasi dengan psikolog atau ahli terkait yang memiliki keahlian dalam perkembangan anak dan gender.
b. Pendekatan non-judgmental. Bimbingan harus dilakukan dengan pendekatan yang penuh empati dan pengertian, tanpa menghakimi, agar anak merasa aman untuk membuka diri dan berbicara tentang perasaannya.
7. Penerapan peraturan dan pengawasanPerlindungan hukum. Orang tua dan masyarakat juga perlu mendukung peraturan yang melindungi anak-anak dari paparan konten yang tidak pantas dan lingkungan yang bisa mempengaruhi perkembangan identitas sexual mereka.
Dengan melakukan berbagai kegiatan tersebut sejak usia dini, diharapkan anak-anak dapat tumbuh dengan pemahaman yang benar tentang sexualitas dan menghindari penyimpangan orientasi sexual sejak dini.
Pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang Budi Pekerti dan Pengembangannya
Pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang Budi Pekerti dan Pengembangannya
Oleh: Maryam Rahim
Tahun 1992 Ki Hajar Dewantara mulai mewujudkan berbagai pemikirannya tentang pendidikan sebagai upaya untuk memberikan kesempatan bagi masyarakat pribumi Indonesia yang tidak mendapatkan kesempatan bersekolah pada masa penjajahan Belanda. Tahun 1992 Ki Hajar Dewantara mendirikan Taman Siswa sebagi tempat belajar bagi para pribumi saat itu.
Pemikiran penting lainnya dari Ki Hajar Dewantara adalah tentang Budi Pekerti. Menurut Ki Hajar Dewantara, budi pekerti, atau watak atau karakter merupakan perpaduan antara gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Budi pekerti juga dapat diartikan sebagai perpaduan antara cipta (kognitif), karsa (afektif) sehingga menciptakan karya (psikomotor). Budi Pekerti merupakan keselarasan (keseimbangan) hidup antara cipta, rasa, karsa dan karya. Keselarasan hidup anak dilatih melalui pemahaman kesadaran diri yang baik tentang kekuatan dirinya, kemudian dilatih mengelola diri agar mampu memiliki kesadaran sosial bahwa ia tidak hidup sendiri dalam relasi sosialnya, sehingga ketika membuat sebuah keputusan yang bertanggungjawab dalam kemerdekaan dirinya dan kemerdekaan orang lain. Budi Pekerti melatih anak untuk memiliki kesadaran diri yang utuh untuk menjadi dirinya (kemerdekaan diri) dan kemerdekaan orang lain.
Menurut Ki Hajar Dewantara, keluarga menjadi tempat yang utama dan paling baik untuk melatih keterampilan sosial dan karakter baik bagi seorang anak. Keluarga merupakan tempat bersemainya pendidikan yang sempurna bagi anak untuk melatih kecerdasan budi-pekerti (pembentukan watak individual). Keluarga juga merupakan sebuah ekosistem kecil untuk mempersiapkan hidup anak dalam bermasyarakat dibanding dengan institusi pendidikan lainnya.
Alam keluarga menjadi ruang bagi anak untuk mendapatkan teladan, tuntunan, pengajaran dari orang tua. Keluarga menjadi tempat untuk berinteraksi sosial antara kakak dan adik dan sesama anggota keluarga, sehingga kemandirian dapat tercipta karena anak-anak dan anggota keluarga saling belajar antara satu dengan yang lain dalam menyelesaikan persoalan yang mereka hadapi. Oleh sebab itu, peran orang tua sebagai guru, penuntun, dan teladan menjadi sangat penting dalam pertumbuhan budi pekerti yang baik bagi anak.
Referensi:
Rafael, Simon Petrus. 2022. Filosofi Pendidikan Nasional. Direktorat Pendidikan Profesi Guru Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi
Kategori
- Masih Kosong
Arsip
Blogroll
- Masih Kosong