Pengalaman Konseling Menggunakan Teknik PENA
By. Jumadi Mori Salam Tuasikal
Di suatu sore yang tenang di Laboratorium Bimbingan dan Konseling kampus, saya membuka sesi praktik konseling yang memang disediakan untuk mahasiswa. Ruangan itu sederhana, namun cukup nyaman, dengan nuansa hangat dan tenang yang sengaja saya ciptakan agar mahasiswa merasa aman dan diterima. Pintu terbuka pelan, dan masuklah seorang mahasiswi yang memperkenalkan diri dengan nama samaran Mawar. Ia duduk pelan, mengatur napas, lalu menatap saya dengan mata yang menyimpan banyak cerita. Mawar adalah mahasiswi semester awal yang mulai merasa terbebani dengan tekanan kuliah dan ekspektasi dari keluarga. Ia menyampaikan bahwa akhir-akhir ini ia mudah lelah, kehilangan motivasi, dan bahkan sering menangis tanpa sebab yang jelas. Wajahnya menggambarkan kelelahan emosional yang tidak mudah ia ungkapkan dengan kata-kata. Saya tahu, saat itu saya tidak bisa langsung bertanya terlalu dalam, saya harus mendekatinya dengan hangat dan pelan.
Saya memutuskan untuk menggunakan Teknik PENA (Pendekatan Emosional dengan Narasi dan Analogi) sebuah metode yang membantu konseli mengeksplorasi perasaannya melalui cerita dan kisah yang menyentuh. Saya mulai dengan menyampaikan sebuah cerita tentang seekor burung kecil yang kehilangan arah saat terbang di tengah badai, namun akhirnya menemukan cahaya dan kembali pulang. Saya katakan padanya bahwa terkadang, kita adalah burung kecil itu. Mawar tersenyum tipis. Cerita itu membangkitkan sesuatu dalam dirinya. Ia mulai menceritakan bagaimana ia merasa seperti berjalan sendiri di tengah gelap, tanpa tahu harus menuju ke mana. Ia merasa tekanan tugas, kompetisi antar teman, dan rasa takut mengecewakan orang tuanya membuatnya kehilangan arah dan semangat.
Saya mendengarkan dengan penuh perhatian. Tidak banyak bertanya, hanya menunjukkan bahwa saya ada dan hadir bersamanya. Lalu saya melanjutkan dengan analogi lainnya. Saya menceritakan tentang sebuah benih pohon yang butuh waktu lama untuk tumbuh, terkadang bahkan tampak tidak berkembang selama bertahun-tahun. Namun saat waktunya tiba, ia menjulang kuat dan memberikan keteduhan. Mawar mengangguk pelan. Ia mulai memahami bahwa dirinya pun sedang dalam proses. Bahwa tidak semua pertumbuhan bisa dilihat secara langsung. Ia kemudian mulai membuka lebih dalam tentang masa kecilnya, tentang harapan-harapan orang tua yang ia rasakan seperti beban, bukan semangat.
Di sesi selanjutnya, saya mengajak Mawar untuk menulis cerita pendek tentang dirinya, namun dalam sudut pandang seorang sahabat. Ini bagian dari Teknik PENA yang mendorong konseli melihat dirinya dari lensa yang lebih lembut. Saat ia membaca ceritanya sendiri, matanya berkaca-kaca. Ia tak menyangka bahwa dirinya, dalam tulisan itu, tampak begitu tangguh meskipun sering merasa rapuh. Melalui proses ini, Mawar mulai bisa menamai perasaannya. Ia belajar bahwa rasa lelah dan kecewa itu valid, dan bahwa ia tidak harus selalu tampil kuat. Saya pun membagikan kisah tentang seorang pelukis buta yang tetap bisa menghasilkan karya indah karena ia merasakan dunia melalui emosi, bukan visual. Ini menjadi titik balik bagi Mawar, bahwa ia juga bisa terus berkarya dan bertumbuh meskipun belum semua jalannya terlihat jelas.
Sesi demi sesi, Mawar menjadi lebih terbuka dan jujur tentang dirinya. Ia mulai mengubah caranya memandang kegagalan, bukan lagi sebagai akhir, tapi sebagai bagian dari proses. Ia menceritakan bagaimana ia mulai menulis jurnal harian, mencoba berbicara dengan diri sendiri lewat tulisan, dan memberi ruang untuk menangis jika perlu. Kami menutup sesi terakhir dengan refleksi bersama. Mawar mengatakan bahwa Teknik PENA membuatnya merasa seperti sedang membaca buku hidupnya sendiri, dengan bab-bab yang ternyata tidak sesuram yang ia kira. Ia menyadari bahwa di balik tekanan, ada pembelajaran. Di balik air mata, ada kekuatan.
Saya merasa bersyukur telah menggunakan pendekatan ini. Teknik PENA bukan hanya membantunya merasa lebih baik, tetapi juga memberinya alat untuk memahami dirinya dengan cara yang sederhana namun menyentuh. Sebagai dosen, saya belajar bahwa konseling bukan sekadar tentang memberi solusi, melainkan menghadirkan ruang aman bagi mahasiswa untuk kembali menemukan dirinya sendiri.
Berkenalan dengan PENA (Pendekatan Emosional dengan Narasi dan Analogi): Eksplorasi Teknik Konseling
By. Jumadi Mori Salam Tuasikal
Dalam dunia konseling yang sarat akan keintiman, empati, dan kejujuran, seorang konselor dituntut untuk tidak hanya memahami teori, tetapi juga menghadirkan pendekatan yang menyentuh hati. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk membuka ruang kesadaran emosional klien adalah PENA (Pendekatan Emosional dengan Narasi dan Analogi). Pendekatan ini menempatkan kekuatan cerita sebagai alat untuk menyentuh batin dan mengaktifkan refleksi diri klien secara mendalam. PENA berakar dari pemahaman bahwa manusia adalah makhluk yang hidup dengan cerita. Mereka menyusun makna hidup melalui pengalaman, memori, dan simbol yang dibentuk dalam narasi. Ketika konselor menggunakan cerita pendek, kisah inspirasional, atau analogi yang relevan, mereka sedang membangun jembatan emosional yang menghubungkan dunia klien dengan kemungkinan-kemungkinan pemahaman baru tentang dirinya.
Dalam praktiknya, PENA mengawali proses dengan mendengarkan narasi dari klien itu sendiri. Klien diajak untuk menceritakan kisah hidupnya, peristiwa yang menggugah emosi, atau pengalaman yang menurutnya memiliki dampak besar dalam hidup. Konselor kemudian mencermati pola, makna tersembunyi, dan emosi-emosi yang muncul dari cerita tersebut. Ini menjadi fondasi awal dalam menentukan arah intervensi yang lebih personal. Setelah cerita klien dipahami, konselor dapat menyelipkan analogi atau cerita pendek yang memiliki kemiripan dengan kondisi klien. Analoginya tidak perlu rumit, bisa sesederhana kisah tentang pohon yang tetap tumbuh meski diterpa angin, atau perahu kecil yang berhasil menepi meskipun terombang-ambing ombak. Cerita ini akan membantu klien melihat dirinya dalam sudut pandang baru tanpa merasa dihakimi atau diberi nasihat secara langsung.
Pendekatan ini sangat efektif terutama ketika klien kesulitan mengungkapkan perasaannya secara langsung. Dengan menyajikan narasi yang sepadan, konselor memberikan ruang refleksi yang aman. Klien bisa menangis, tertawa, atau merasa lega karena merasa “terwakili” oleh cerita tersebut. Emosi yang selama ini tertahan pun mulai mengalir secara alami. PENA juga menumbuhkan rasa koneksi dan empati yang kuat antara konselor dan klien. Ketika konselor menyampaikan analogi dengan penuh ketulusan dan penghayatan, klien tidak hanya mendengar, tetapi juga merasa dipahami. Hubungan ini memperkuat rapport dan membuat sesi konseling menjadi lebih bermakna.
Dalam prosesnya, konselor tidak hanya menyampaikan cerita begitu saja, tetapi juga mengaitkan pesan moral dan maknanya dengan situasi klien. Misalnya, setelah menceritakan tentang ulat yang berubah menjadi kupu-kupu, konselor dapat bertanya, “Menurutmu, di mana posisi kamu dalam kisah itu sekarang?” Pertanyaan ini membantu klien mengaitkan pengalaman emosional dengan pertumbuhan dirinya. PENA bukan hanya alat bantu naratif, melainkan jembatan menuju kesadaran dan perubahan. Klien yang semula merasa putus asa dapat menemukan kembali harapan. Mereka mulai melihat bahwa setiap cerita punya masa sulit, tapi juga punya kemungkinan untuk berubah arah. Harapan ini penting dalam proses healing dan perencanaan masa depan.
Pendekatan ini juga fleksibel digunakan dalam berbagai setting konseling, baik individu, kelompok, maupun klasikal. Dalam konseling kelompok, misalnya, konselor dapat menggunakan cerita pendek inspiratif sebagai bahan refleksi bersama. Sementara dalam konseling klasikal, analogi dapat disisipkan dalam materi pengembangan diri yang kontekstual. PENA juga sejalan dengan prinsip dasar konseling yang tidak memaksakan solusi, tetapi memfasilitasi pemahaman. Cerita tidak bersifat memaksa, tetapi membuka ruang berpikir dan merasa. Ini menjadikan PENA sebagai pendekatan yang lembut namun dalam, penuh makna, dan sangat manusiawi.
Kelebihan lain dari PENA adalah kemampuannya untuk melintasi budaya. Cerita dan analogi dapat disesuaikan dengan latar belakang budaya klien, sehingga terasa lebih dekat dan membumi. Kisah lokal, legenda, atau bahkan cerita pribadi konselor yang relevan bisa menjadi media yang kuat untuk membangun ikatan emosional. PENA juga mengajarkan bahwa dalam konseling, kata-kata bisa menjadi obat. Ketika dirangkai dengan empati dan dikemas dalam bentuk cerita, kata-kata mampu menyentuh sisi terdalam manusia. Di sanalah penyembuhan dimulai, bukan hanya di pikiran, tetapi di hati.
Sebagai pendekatan, PENA mengingatkan kita bahwa tugas konselor bukan menyelesaikan masalah klien secara langsung, melainkan membantu klien menemukan makna dan kekuatan dalam kisah hidupnya. Dengan menggenggam pena itu, klien diberdayakan untuk menulis ulang narasi hidupnya, dengan akhir yang lebih penuh harapan dan keutuhan. Dengan demikian, PENA tidak hanya menjadi metode, tetapi menjadi filosofi dalam berpraktik konseling. Ia membawa pesan bahwa setiap orang punya cerita, dan di dalam cerita itu tersimpan potensi untuk bertumbuh. Konselor hanya perlu hadir, mendengarkan, dan menyelipkan seuntai narasi yang dapat menyalakan cahaya dalam jiwa klien.
TEORI PSIKOANALISIS FREUD SUDAH BASI?
By. Jumadi Mori Salam Tuasikal
Dalam sebuah forum diskusi yang berlangsung baru-baru ini, seorang peserta menyampaikan pandangan yang cukup menarik untuk dibahas "Teori psikoanalisis Freud sudah basi." Pandangan ini tampaknya muncul dari persepsi bahwa teori-teori yang dikemukakan oleh Sigmund Freud lebih dari satu abad yang lalu tidak lagi relevan dengan kondisi masyarakat dan ilmu psikologi modern. Apakah benar demikian?
Banyak orang yang menganggap bahwa teori psikoanalisis, yang sangat berfokus pada alam bawah sadar dan pengalaman masa kecil, kini telah digantikan oleh teori-teori yang lebih mutakhir. Pendekatan ilmiah dalam psikologi, yang kini lebih berbasis data dan riset empiris, seringkali dianggap lebih kredibel daripada metode introspektif dan spekulatif yang diajukan oleh Freud. Konsep seperti kompleks Oedipus, yang mendominasi teori Freud, kerap kali dipandang tidak sesuai lagi dengan realitas sosial yang lebih kompleks saat ini. Dalam konteks perkembangan psikologi modern, pendekatan psikoanalisis kerap dianggap tidak lagi memadai dalam menjelaskan perilaku manusia secara menyeluruh. Beberapa menganggap bahwa Freud terlalu fokus pada faktor-faktor seksual dan insting dasar manusia, sehingga mengabaikan dimensi sosial, budaya, dan politik yang juga mempengaruhi perilaku individu. Hal inilah yang menyebabkan teori psikoanalisis sering kali disebut sebagai sesuatu yang "basi."
Selain itu ada juga argumen bahwa psikoanalisis tidak lagi banyak digunakan dalam praktek klinis modern. Terapis kini lebih banyak menggunakan terapi kognitif-behavioral, yang dinilai lebih efektif karena berfokus pada modifikasi pikiran dan perilaku yang dapat diamati, alih-alih menggali alam bawah sadar yang abstrak dan sulit dibuktikan secara ilmiah, sehingga pernyataan bahwa teori Freud sudah basi mencerminkan pandangan bahwa dunia psikologi telah mengalami perubahan besar, dan banyak teori Freud yang dianggap tidak lagi sesuai dengan kebutuhan dan harapan manusia modern yang lebih menginginkan penjelasan yang rasional dan empiris.
Meskipun kritik terhadap teori psikoanalisis Freud sering kali muncul, tidak adil jika kita langsung menganggap teori ini sepenuhnya usang. Banyak kontribusi penting Freud yang masih relevan hingga saat ini, khususnya dalam pemahaman tentang alam bawah sadar dan pengaruh masa kecil terhadap perkembangan psikologis seseorang. Freud adalah pionir dalam membuka tabir tentang bagaimana pikiran tidak sepenuhnya berada di bawah kendali kesadaran kita. Teori ini terus menjadi fondasi penting dalam dunia psikologi. Freud memperkenalkan konsep bahwa pengalaman masa kecil sangat mempengaruhi bagaimana seseorang berperilaku di masa dewasa. Ide bahwa trauma masa kecil dapat membentuk kepribadian, pola pikir, dan perilaku seseorang adalah sesuatu yang masih diakui dan digunakan dalam banyak pendekatan psikoterapi saat ini. Dalam terapi psikoanalitik modern, masih ada fokus pada bagaimana pengalaman-pengalaman di masa lalu membentuk pola hubungan interpersonal seseorang.
Selain itu, konsep alam bawah sadar yang diperkenalkan Freud juga telah melahirkan banyak penelitian baru dalam bidang psikologi, neurosains, dan psikiatri. Meskipun cara Freud menggambarkan alam bawah sadar mungkin dianggap terlalu spekulatif, esensinya tetap penting. Psikoanalisis mendorong penelitian tentang mekanisme otak yang mengendalikan perilaku manusia tanpa disadari, yang kemudian berkembang menjadi teori-teori baru dalam bidang psikologi kognitif dan neurosains. Tidak hanya itu, teori psikoanalisis Freud juga menjadi inspirasi bagi berbagai pendekatan baru dalam psikoterapi, seperti psikoterapi psikoanalitik yang lebih modern dan pendekatan terapi berbasis hubungan. Psikoanalisis menjadi dasar dari pendekatan terapeutik yang berfokus pada dinamika hubungan antarpribadi dan konflik internal yang sering kali tidak disadari oleh klien.
Seiring waktu, beberapa teori psikoanalisis telah diadaptasi dan disempurnakan oleh para penerus Freud. Teori objek-relasi, misalnya, menawarkan pemahaman yang lebih luas tentang bagaimana hubungan antara individu dengan objek (orang lain) di masa kecil membentuk dinamika hubungan dewasa. Ini menunjukkan bahwa meski teori Freud mungkin telah berkembang, ide dasarnya tetap relevan. Pendekatan psikoanalisis juga masih dipakai untuk menangani kasus-kasus klinis tertentu yang tidak bisa ditangani dengan terapi kognitif-behavioral.
Psikoanalisis memberi ruang bagi pasien untuk memahami konflik-konflik internal yang mendalam, yang mungkin tidak bisa dijelaskan hanya dengan modifikasi perilaku saja. Dalam banyak kasus, terutama yang berkaitan dengan trauma berat atau gangguan kepribadian, psikoanalisis masih sangat efektif. Jadi, meski ada berbagai kritik, psikoanalisis tidak bisa dianggap sepenuhnya basi. Teori ini terus berkontribusi dalam memahami kompleksitas jiwa manusia, dan memberikan landasan bagi berbagai penelitian dan terapi modern yang terus berkembang hingga kini.
Banyak kritik tajam yang diarahkan pada teori Freud, salah satunya adalah kecenderungan Freud untuk terlalu menekankan aspek seksual dalam perkembangan manusia. Kritik ini sering kali muncul dari para ilmuwan yang berpendapat bahwa Freud terlalu obsesi pada seksualitas, hingga mengabaikan faktor-faktor lain yang juga penting dalam membentuk kepribadian, seperti aspek sosial dan lingkungan. Selain itu, metode Freud yang subjektif, seperti analisis mimpi dan asosiasi bebas, juga kerap dikritik karena kurangnya validasi ilmiah. Psikologi modern lebih mengutamakan pendekatan berbasis bukti, yang menuntut penelitian yang dapat direplikasi dan diukur secara objektif. Dalam hal ini, psikoanalisis kerap kali dianggap lebih sebagai ilmu spekulatif daripada sains empiris.
Di sisi lain juga, banyak pula yang memberikan komentar positif terhadap psikoanalisis. Teori Freud dihargai karena menggugah kesadaran tentang pentingnya alam bawah sadar, serta membuka jalan bagi pemikiran yang lebih mendalam tentang perilaku manusia. Freud juga berjasa dalam memperkenalkan konsep-konsep penting seperti mekanisme pertahanan diri, yang kini digunakan secara luas dalam berbagai pendekatan psikologi. Di bidang klinis, beberapa terapis masih menggunakan psikoanalisis untuk membantu pasien memahami konflik batin mereka, terutama dalam kasus-kasus yang melibatkan trauma atau gangguan kepribadian. Bagi beberapa pasien, terapi psikoanalitik memberikan wawasan yang mendalam tentang konflik internal yang tidak dapat dipecahkan dengan terapi lain. Bisa dibilang teori psikoanalisis adalah teori yang kontroversial. Meskipun ada kritik yang tajam, banyak juga yang mengakui kontribusinya terhadap perkembangan psikologi. Pandangan terhadap teori ini tergantung pada bagaimana orang memahami esensi psikoanalisis dan bagaimana mereka menilainya dalam konteks ilmu psikologi modern.
Seiring berjalannya waktu, psikoanalisis terus beradaptasi dengan perubahan zaman. Meskipun beberapa elemen dari teori Freud tampak ketinggalan zaman, banyak ide-ide dasar yang tetap relevan dan terus digunakan dalam pendekatan psikoterapi modern. Salah satu kontribusi terbesarnya adalah konsep alam bawah sadar yang masih menjadi dasar bagi banyak penelitian psikologis kontemporer. Dalam dunia modern, konsep tentang peran pengalaman masa kecil yang diperkenalkan Freud tetap menjadi bahan diskusi yang penting. Banyak pendekatan terapi yang digunakan saat ini, termasuk terapi kognitif-behavioral, masih memanfaatkan gagasan bahwa pengalaman masa lalu dapat memengaruhi pola pikir dan perilaku di masa depan.
Selain itu, psikoanalisis juga berkontribusi dalam pemahaman tentang mekanisme pertahanan diri, seperti represi, proyeksi, dan sublimasi. Mekanisme ini masih menjadi bagian penting dalam psikologi modern dan digunakan untuk menjelaskan bagaimana individu menghadapi stres, konflik internal, dan emosi negatif. Meskipun konsep seperti kompleks Oedipus mungkin tidak lagi dianggap relevan, fokus Freud pada dinamika keluarga dan hubungan antarpribadi tetap menjadi pusat dalam berbagai pendekatan terapi saat ini. Psikoanalisis membuka pintu untuk pendekatan berbasis hubungan, seperti terapi objek-relasi dan terapi sistem keluarga.
Psikoanalisis juga memberi kontribusi besar pada ilmu-ilmu sosial dan humaniora. Banyak karya sastra, seni, dan film yang terinspirasi oleh gagasan Freud tentang alam bawah sadar dan konflik internal. Ini menunjukkan bahwa meskipun psikoanalisis mungkin tidak lagi menjadi arus utama dalam psikologi klinis, pengaruhnya terhadap budaya tetap kuat. Pendekatan psikoanalisis juga terus digunakan di berbagai institusi akademik dan lembaga kesehatan mental, terutama dalam menangani kasus-kasus klinis yang kompleks. Meskipun bukan pilihan pertama untuk terapi singkat, psikoanalisis tetap memberikan wawasan yang mendalam dan mendasar dalam penanganan masalah psikologis yang lebih kompleks.
Menyambung sedikit persoalan diskusi yang dibicarakan karena konteks diskusinya adalah persoalan moral, maka salah satu kontribusi psikoanalisis yang paling penting hingga saat ini adalah dalam memahami konflik moral yang dialami individu. Psikoanalisis memberikan wawasan tentang bagaimana alam bawah sadar dan mekanisme pertahanan diri berperan dalam membentuk pandangan moral seseorang. Freud percaya bahwa banyak konflik moral berasal dari ketidaksesuaian antara dorongan insting dan tuntutan sosial, yang masih relevan dalam konteks modern.
Misalnya, dalam kasus permasalahan moral, psikoanalisis dapat membantu individu memahami sumber-sumber kecemasan moral yang mereka alami, seperti rasa bersalah yang berlebihan atau dorongan yang bertentangan dengan nilai-nilai yang mereka pegang. Psikoanalisis menawarkan cara untuk mengeksplorasi asal-usul dari konflik tersebut dan bagaimana mereka memengaruhi perilaku seseorang. Selain itu, konsep tentang super-ego, yang dikembangkan oleh Freud, memberikan pemahaman tentang bagaimana nilai-nilai moral internal terbentuk dan berfungsi. Super-ego berperan sebagai pengawas moral yang mengatur perilaku seseorang berdasarkan norma-norma sosial yang diinternalisasi. Ini membantu menjelaskan mengapa orang sering kali merasa bersalah atau malu meskipun tidak ada hukuman eksternal yang nyata.
Psikoanalisis juga memberikan wawasan tentang bagaimana individu dapat terjebak dalam konflik moral yang tidak disadari. Dorongan bawah sadar yang bertentangan dengan keyakinan moral sadar sering kali menyebabkan stres dan kecemasan, yang kemudian diatasi dengan mekanisme pertahanan seperti rasionalisasi atau represi. Dalam konteks permasalahan moral yang lebih luas, psikoanalisis juga membantu menjelaskan dinamika moral dalam masyarakat. Misalnya, bagaimana norma sosial tertentu diinternalisasi oleh individu dan bagaimana mereka dapat menyebabkan konflik batin jika bertentangan dengan keinginan bawah sadar. Psikoanalisis membuka peluang untuk memahami bahwa moralitas bukan hanya produk dari rasionalitas, tetapi juga dari proses psikologis yang lebih mendalam.
So, menghadiri diskusi bisa membuat kita banyak belajar dari beragam perspektif isi otak yang mengalirkan ide dan gagasan yang datang dari anak-anak muda yang cerdas-cerdas yang masih peduli terhadap masa depan bangsa ini. Senang rasanya bisa mendapatkan banyak hal baru dalam sebuah diskusi, Terimakasih
KONSELING TRAUMATIK
By. Jumadi Mori Salam Tuasikal
Konseling traumatik adalah bentuk intervensi psikologis yang dirancang khusus untuk membantu individu yang telah mengalami peristiwa traumatis. Tujuan utamanya adalah membantu korban trauma mengatasi dampak psikologis dari pengalaman yang mengguncang dan memulihkan fungsi normal mereka dalam kehidupan sehari-hari. Trauma dapat didefinisikan sebagai respons emosional terhadap peristiwa yang sangat menegangkan atau mengancam jiwa. Peristiwa ini dapat mencakup kekerasan fisik atau seksual, bencana alam, kecelakaan serius, atau menyaksikan kematian. Setiap orang dapat mengalami trauma, namun reaksi setiap individu terhadap peristiwa traumatis dapat sangat bervariasi.
Konseling traumatik berbeda dari bentuk konseling lainnya karena fokusnya yang spesifik pada pengalaman traumatis dan dampaknya. Pendekatan ini mengakui bahwa trauma dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan seseorang, termasuk emosi, pikiran, perilaku, dan hubungan interpersonal. Salah satu tujuan utama konseling traumatik adalah membantu klien memproses dan mengintegrasikan pengalaman traumatis mereka. Ini melibatkan membantu klien memahami reaksi mereka terhadap trauma dan mengembangkan strategi koping yang sehat untuk mengatasi gejala trauma yang berkelanjutan. Konseling traumatik sering kali melibatkan pendekatan bertahap. Tahap awal biasanya berfokus pada membangun rasa aman dan stabilitas. Ini penting karena banyak korban trauma merasa tidak aman atau tidak stabil setelah pengalaman traumatis mereka. Setelah keamanan dan stabilitas tercapai, konselor dapat mulai bekerja dengan klien untuk mengeksplorasi pengalaman traumatis mereka. Ini dilakukan dengan hati-hati dan penuh perhatian, dengan menghormati kesiapan klien untuk membahas aspek-aspek tertentu dari trauma mereka.
Konseling traumatik sering menggunakan berbagai teknik terapi, termasuk Terapi Perilaku Kognitif (CBT), Desensitisasi dan Pemrosesan Ulang Gerakan Mata (EMDR), dan pendekatan berbasis tubuh. Pilihan teknik tergantung pada kebutuhan spesifik klien dan sifat trauma mereka. Penting untuk dicatat bahwa konseling traumatik bukan hanya tentang membahas pengalaman traumatis. Ini juga melibatkan pengajaran keterampilan praktis untuk mengelola gejala trauma, seperti teknik relaksasi, strategi grounding, dan keterampilan regulasi emosi. Konselor traumatik harus sangat terlatih dan berpengalaman dalam bekerja dengan trauma. Mereka perlu memahami kompleksitas trauma dan bagaimana hal itu dapat mempengaruhi otak dan tubuh. Mereka juga harus mampu mengenali dan merespons tanda-tanda trauma sekunder atau retraumatisasi.
Salah satu aspek penting dari konseling traumatik adalah membantu klien membangun kembali rasa kontrol dan pemberdayaan. Trauma sering kali melibatkan pengalaman ketidakberdayaan yang intens, sehingga membantu klien menemukan kembali kemampuan mereka untuk membuat pilihan dan mengambil tindakan adalah bagian penting dari proses penyembuhan. Konseling traumatik juga sering melibatkan pekerjaan dengan sistem kepercayaan klien. Trauma dapat sangat mengguncang pandangan seseorang tentang dunia dan diri mereka sendiri. Konselor dapat membantu klien menantang dan merekonstruksi keyakinan yang tidak membantu yang mungkin telah berkembang sebagai hasil dari trauma. Pendekatan holistik sering digunakan dalam konseling traumatik, mengakui bahwa trauma mempengaruhi seluruh orang - pikiran, tubuh, dan jiwa. Ini mungkin melibatkan integrasi praktik seperti mindfulness, yoga, atau teknik penyembuhan tradisional lainnya ke dalam proses konseling.
Konseling traumatik juga mempertimbangkan konteks budaya dan sosial dari trauma dan penyembuhan. Apa yang dianggap traumatis dan bagaimana orang merespons trauma dapat sangat bervariasi antar budaya. Konselor perlu peka terhadap faktor-faktor ini dalam pekerjaan mereka. Banyak konseling traumatik berfokus pada trauma masa lalu, tetapi juga dapat melibatkan bekerja dengan trauma yang sedang berlangsung atau trauma kompleks. Trauma kompleks mengacu pada paparan berulang terhadap peristiwa traumatis, sering kali dalam konteks hubungan interpersonal.
Konseling traumatik tidak hanya untuk individu yang telah didiagnosis dengan Gangguan Stres Pasca-Trauma (PTSD). Banyak orang yang telah mengalami trauma mungkin tidak memenuhi kriteria diagnostik untuk PTSD tetapi masih dapat sangat mendapat manfaat dari konseling traumatik. Salah satu tantangan dalam konseling traumatik adalah mengelola risiko retraumatisasi. Membahas pengalaman traumatis dapat memicu kenangan dan emosi yang intens. Konselor perlu terampil dalam membantu klien mengelola tingkat aktivasi mereka dan tetap dalam "jendela toleransi" mereka. Konseling traumatik sering melibatkan pekerjaan dengan memori traumatis. Ini mungkin termasuk membantu klien memproses dan mengintegrasikan kenangan yang terfragmentasi atau yang telah disimpan dalam bentuk non-verbal atau somatik.
Penting untuk diingat bahwa penyembuhan dari trauma bukanlah proses linear. Klien mungkin mengalami kemajuan dan kemunduran. Konselor traumatik perlu mendukung klien melalui proses ini dan membantu mereka memahami bahwa setback adalah bagian normal dari perjalanan penyembuhan. Konseling traumatik juga dapat melibatkan bekerja dengan keluarga atau sistem pendukung klien. Trauma tidak hanya mempengaruhi individu tetapi juga dapat memiliki dampak yang signifikan pada hubungan. Melibatkan orang yang dicintai dalam proses penyembuhan dapat menjadi komponen penting. Banyak konseling traumatik berfokus pada membangun ketahanan. Ini melibatkan membantu klien mengidentifikasi dan mengembangkan kekuatan dan sumber daya mereka. Tujuannya adalah tidak hanya untuk pulih dari trauma masa lalu tetapi juga untuk membangun kapasitas untuk mengatasi tantangan di masa depan.
Konseling traumatik sering kali perlu mempertimbangkan masalah keselamatan yang sedang berlangsung, terutama dalam kasus kekerasan dalam rumah tangga atau pelecehan yang sedang berlangsung. Konselor mungkin perlu bekerja dengan klien untuk mengembangkan rencana keselamatan dan menghubungkan mereka dengan sumber daya yang sesuai. Aspek penting dari konseling traumatik adalah membantu klien mengenali dan merayakan kemajuan mereka. Trauma dapat memiliki efek yang sangat melemahkan, dan mengakui langkah-langkah kecil menuju penyembuhan dapat menjadi sangat memberdayakan bagi klien. Konseling traumatik juga dapat melibatkan bekerja dengan masalah identitas. Trauma dapat sangat mempengaruhi cara seseorang melihat diri mereka sendiri. Membantu klien merekonstruksi rasa identitas yang positif dan kohesif sering menjadi bagian penting dari proses penyembuhan.
Cara Pelaksanaan Konseling Traumatik
- Asesmen awal: Melakukan evaluasi menyeluruh terhadap pengalaman traumatis klien, gejala saat ini, dan kebutuhan spesifik.
- Membangun aliansi terapeutik: Mengembangkan hubungan yang aman dan terpercaya dengan klien.
- Stabilisasi: Membantu klien mencapai keadaan yang stabil secara emosional sebelum memulai pekerjaan trauma yang lebih mendalam.
- Psikoedukasi: Memberikan informasi tentang trauma dan dampaknya kepada klien.
- Pengembangan keterampilan koping: Mengajarkan teknik-teknik untuk mengelola gejala trauma.
- Pemrosesan trauma: Bekerja melalui pengalaman traumatis dengan kecepatan yang sesuai untuk klien.
- Integrasi: Membantu klien mengintegrasikan pengalaman traumatis ke dalam narasi hidup mereka.
- Pertumbuhan pasca-trauma: Mendukung klien dalam menemukan makna dan pertumbuhan dari pengalaman mereka.
Metode dan Teknik
- Terapi Perilaku Kognitif (CBT) untuk Trauma
- Desensitisasi dan Pemrosesan Ulang Gerakan Mata (EMDR)
- Terapi Paparan Naratif
- Terapi Psikodinamik
- Teknik relaksasi dan grounding
- Mindfulness dan meditasi
- Terapi seni dan ekspresif
- Terapi berbasis tubuh
Tantangan
- Risiko retraumatisasi
- Mengelola reaksi transfer dan countertransference
- Mengatasi resistensi klien
- Menangani krisis atau pikiran bunuh diri
- Mengelola kelelahan kasih sayang konselor
- Mengatasi hambatan budaya dalam pemahaman dan pengobatan trauma
- Menangani trauma kompleks atau berlapis
Kolaborasi
- Bekerja dengan psikiater untuk manajemen obat jika diperlukan
- Berkoordinasi dengan pekerja sosial untuk dukungan praktis
- Melibatkan sistem pendukung klien (keluarga, teman)
- Berkolaborasi dengan kelompok pendukung trauma
- Bekerja dengan advokat korban dalam kasus kekerasan
- Berkoordinasi dengan penyedia layanan kesehatan lain untuk perawatan holistik
- Melibatkan sumber daya komunitas untuk dukungan tambahan
Penting untuk dicatat bahwa konseling traumatik bukanlah proses yang cepat. Penyembuhan dari trauma membutuhkan waktu, dan durasi terapi dapat sangat bervariasi tergantung pada sifat trauma dan kebutuhan individu klien. Akhirnya, tujuan akhir dari konseling traumatik adalah tidak hanya untuk mengurangi gejala trauma, tetapi juga untuk membantu klien mencapai pertumbuhan pasca-trauma. Ini melibatkan membantu klien menemukan makna dalam pengalaman mereka dan menggunakan apa yang telah mereka pelajari untuk hidup lebih penuh dan bermakna.
TEKNIK KONSELING MENGGUNAKAN CERITA HIKMAH DAN DONGENG
By: Jumadi Mori Salam Tuasikal
Selama berabad-abad, manusia telah menggunakan cerita hikmah dan dongeng untuk menyampaikan pesan-pesan yang mendalam. Ternyata, kekuatan narasi ini juga dapat dimanfaatkan dalam konseling. Mengapa? Karena cerita dan dongeng menghadirkan emosi, pengalaman, dan pelajaran yang dapat menarik perhatian secara emosional. Konseling menggunakan cerita dan dongeng berfungsi sebagai sarana untuk menggambarkan situasi atau masalah yang dialami oleh individu yang menghadapi tantangan dalam hidup mereka. Ketika orang mendengarkan cerita atau dongeng yang menggambarkan masalah mereka secara tidak langsung, mereka dapat merasa lebih terhubung, mengurangi rasa kesepian dan isolasi yang mereka rasakan. Dalam lingkungan yang aman, mereka dapat melihat bagaimana karakter dalam cerita memecahkan masalah mereka dan menemukan inspirasi dan motivasi untuk mengatasi kesulitan mereka sendiri. Cerita dan dongeng juga efektif dalam menciptakan pemahaman yang lebih dalam tentang diri sendiri. Melalui proses identifikasi dengan karakter dalam cerita, individu dapat melihat bagaimana tindakan, keputusan, dan pilihan mereka dapat mempengaruhi kehidupan mereka sendiri. Hal ini dapat membuka pintu untuk refleksi yang lebih mendalam dan kemungkinan perubahan positif. Jadi, jika Anda sedang mencari pendekatan inovatif dalam konseling, cerita dan dongeng dapat menjadi alat yang powerful untuk membantu individu memahami dan menjelajahi diri mereka dengan lebih baik.
Apa Itu Konseling Menggunakan Cerita Hikmah dan Dongeng?
Konseling menggunakan cerita hikmah dan dongeng adalah pendekatan dalam bidang konseling yang menggunakan cerita atau dongeng sebagai alat untuk membantu individu memahami dan mengatasi masalah mereka. Dalam konseling ini, cerita atau dongeng digunakan sebagai sarana untuk menggambarkan situasi atau masalah yang serupa dengan yang dialami oleh individu klien. Melalui cerita atau dongeng ini, klien dapat merasa lebih terhubung dengan pengalaman mereka sendiri dan menemukan inspirasi untuk mencari solusi. Disamping itu teknik ini juga memungkinkan konselor menyampaikan cerita-cerita yang mengandung nilai-nilai moral, etika, dan kebijaksanaan untuk membantu klien memahami dan mengatasi masalah yang mereka hadapi. Cerita-cerita ini bisa berasal dari berbagai sumber, termasuk folklore, cerita rakyat, teks-teks agama, dan literatur klasik maupun modern.
Manfaat Konseling Menggunakan Cerita Hikmah dan Dongeng
Konseling menggunakan cerita hikmah dan dongeng memiliki banyak manfaat yang dapat membantu individu dalam proses pemulihan dan perubahan positif. Beberapa manfaat utama dari pendekatan ini adalah:
- Mengurangi rasa kesepian dan isolasi: Mendengarkan cerita atau dongeng yang menggambarkan masalah yang serupa dapat membuat klien merasa lebih terhubung dan memahami bahwa mereka tidak sendirian dalam perjuangan mereka.
- Memberikan inspirasi dan motivasi: Melalui cerita atau dongeng, klien dapat melihat bagaimana karakter dalam cerita berhasil mengatasi masalah mereka. Hal ini dapat memberikan inspirasi dan motivasi bagi klien untuk mencari solusi yang sesuai dengan situasi mereka.
- Membantu refleksi diri: Identifikasi dengan karakter dalam cerita dapat membantu klien melihat bagaimana tindakan, keputusan, dan pilihan mereka mempengaruhi kehidupan mereka sendiri. Ini membuka pintu untuk refleksi yang lebih mendalam tentang diri mereka sendiri.
- Menghidupkan imajinasi: Cerita dan dongeng dapat membuka pintu imajinasi klien, memungkinkan mereka untuk melihat masalah dan solusi dari sudut pandang yang berbeda. Ini dapat membantu klien melihat pilihan yang mungkin tidak mereka pertimbangkan sebelumnya.
Dengan manfaat-manfaat ini, konseling menggunakan cerita dan dongeng dapat menjadi metode yang efektif dalam membantu individu mengatasi masalah dan mencapai perubahan positif dalam hidup mereka.
Statistik tentang Konseling Menggunakan Cerita Hikmah dan Dongeng
Terdapat beberapa statistik yang menunjukkan efektivitas dan popularitas konseling menggunakan cerita dan dongeng. Berikut adalah beberapa data yang menarik: Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh Asosiasi Konselor Amerika, 85% dari konselor yang berpartisipasi dalam penelitian ini menggunakan cerita dan dongeng dalam praktik konseling mereka. Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal "Counseling and Values" menunjukkan bahwa konseling menggunakan cerita dan dongeng dapat membantu meningkatkan motivasi dan keterlibatan klien dalam proses konseling. Survei yang dilakukan oleh Asosiasi Konselor Profesional di Inggris menunjukkan bahwa 92% dari responden merasa bahwa konseling menggunakan cerita dan dongeng efektif dalam membantu klien memahami dan mengatasi masalah mereka. Statistik ini menunjukkan bahwa konseling menggunakan cerita dan dongeng telah menjadi pendekatan yang populer dan efektif dalam praktik konseling.
Strategi Konseling Menggunakan Cerita Hikmah dan Dongeng
Ada beberapa strategi yang dapat digunakan dalam konseling menggunakan cerita hikmah dan dongeng. Berikut adalah beberapa strategi yang umum digunakan oleh para konselor:
- Pemilihan cerita yang tepat: Konselor harus memilih cerita atau dongeng yang relevan dengan masalah yang dihadapi oleh klien. Cerita harus memiliki karakter yang dapat diidentifikasi oleh klien dan menggambarkan situasi atau masalah yang serupa.
- Penggunaan metafora: Konselor dapat menggunakan metafora dalam cerita atau dongeng untuk membantu klien memahami dan mengatasi masalah mereka. Metafora dapat membantu menggambarkan konsep-konsep yang sulit dipahami dengan cara yang lebih mudah dimengerti.
- Diskusi reflektif: Setelah mendengarkan cerita atau dongeng, konselor dapat memfasilitasi diskusi reflektif dengan klien. Diskusi ini dapat membantu klien mengaitkan cerita dengan pengalaman mereka sendiri, mengidentifikasi pola pikir atau pola perilaku yang tidak sehat, dan mengeksplorasi solusi yang mungkin.
- Penerapan dalam kehidupan nyata: Konselor harus membantu klien menghubungkan pelajaran dari cerita atau dongeng ke kehidupan mereka sehari-hari. Ini dapat melibatkan perencanaan tindakan konkret yang dapat diambil oleh klien untuk mengatasi masalah mereka.
Strategi-strategi ini dapat membantu konselor dalam menggunakan cerita hikmah dan dongeng secara efektif dalam konseling mereka.
Membuat Rencana Konseling Menggunakan Cerita Hikmah dan Dongeng
Untuk menciptakan rencana konseling menggunakan cerita hikmah dan dongeng, konselor perlu mengikuti langkah-langkah berikut:
- Identifikasi masalah klien: Konselor harus memahami masalah yang dihadapi oleh klien dengan cara mendengarkan cerita hidup mereka. Ini akan membantu konselor memilih cerita atau dongeng yang relevan.
- Pilih cerita atau dongeng yang tepat: Konselor harus memilih cerita atau dongeng yang menggambarkan masalah yang serupa dengan yang dihadapi oleh klien. Cerita harus memuat karakter yang dapat diidentifikasi oleh klien.
- Mendengarkan cerita atau dongeng: Konselor harus mendengarkan cerita atau dongeng dengan seksama, memberikan perhatian pada detail-detail yang relevan dengan masalah klien.
- Diskusi reflektif: Setelah cerita atau dongeng selesai didengarkan, konselor harus memfasilitasi diskusi reflektif dengan klien. Ini akan membantu klien mengaitkan cerita dengan pengalaman mereka sendiri dan mengidentifikasi pelajaran yang dapat dipetik.
- Hubungkan dengan kehidupan nyata: Konselor harus membantu klien menghubungkan pelajaran dari cerita atau dongeng ke kehidupan mereka sehari-hari. Ini dapat melibatkan perencanaan tindakan konkret yang dapat diambil oleh klien untuk mengatasi masalah mereka.
Dengan mengikuti langkah-langkah ini, konselor dapat menciptakan rencana konseling yang efektif menggunakan cerita dan dongeng.
Tips Konseling Menggunakan Cerita Hikmah dan Dongeng
Berikut adalah beberapa tips yang dapat membantu konselor dalam menggunakan cerita dan dongeng dalam konseling:
- Pilih cerita yang sesuai: Pastikan cerita atau dongeng yang dipilih relevan dengan masalah yang dihadapi oleh klien. Cerita harus memiliki karakter yang dapat diidentifikasi oleh klien.
- Dengarkan dengan empati: Dengarkan cerita atau dongeng dengan penuh perhatian dan empati. Berikan ruang bagi klien untuk berbagi pengalaman mereka dengan aman.
- Gunakan pertanyaan terbuka: Gunakan pertanyaan terbuka untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang pengalaman dan perasaan klien. Pertanyaan terbuka memberikan kesempatan bagi klien untuk mengungkapkan diri dengan lebih bebas.
- Fasilitasi diskusi reflektif: Fasilitasi diskusi reflektif dengan klien setelah mendengarkan cerita atau dongeng. Bantu klien mengaitkan cerita dengan pengalaman mereka sendiri dan mengidentifikasi pelajaran yang dapat dipetik.
- Bantu klien menghubungkan dengan kehidupan nyata: Bantu klien menghubungkan pelajaran dari cerita atau dongeng ke kehidupan mereka sehari-hari. Dorong klien untuk merencanakan tindakan konkret yang dapat mereka ambil untuk mengatasi masalah mereka.
Dengan mengikuti tips-tips ini, konselor dapat menggunakan cerita dan dongeng secara efektif dalam konseling mereka.
Teknik yang Digunakan dalam Konseling Menggunakan Cerita Hikmah dan Dongeng
Ada beberapa teknik yang umum digunakan dalam konseling menggunakan ccerita hikmah dan dongeng. Berikut adalah beberapa teknik yang dapat digunakan oleh konselor:
- Visualisasi: Minta klien untuk membayangkan cerita atau dongeng dalam pikiran mereka. Ini dapat membantu klien lebih terhubung dengan cerita dan memperkuat pengalaman emosional.
- Role-playing: Gunakan role-playing untuk membantu klien memainkan peran karakter dalam cerita atau dongeng. Ini dapat membantu klien melihat situasi dari perspektif yang berbeda dan mengeksplorasi solusi yang mungkin.
- Menulis cerita: Minta klien untuk menulis cerita mereka sendiri yang menggambarkan masalah yang mereka hadapi. Ini dapat membantu klien mengungkapkan perasaan mereka secara kreatif dan melihat masalah mereka dengan sudut pandang yang berbeda.
- Menggambar: Minta klien untuk menggambar gambar atau ilustrasi yang mewakili cerita atau dongeng yang mereka dengarkan. Ini dapat membantu klien mengungkapkan perasaan mereka dengan cara yang non-verbal.
Teknik-teknik ini dapat membantu konselor dalam menggunakan cerita dan dongeng dengan lebih kreatif dan efektif dalam konseling mereka.
Pelatihan untuk Konseling Menggunakan Cerita Hikmah dan Dongeng
Untuk menjadi seorang konselor yang terampil dalam menggunakan cerita hikmah dan dongeng dalam konseling, pelatihan yang sesuai diperlukan. Pelatihan ini dapat membantu konselor memahami teori-teori yang mendasari konseling menggunakan cerita dan dongeng, mengembangkan keterampilan praktis, dan memperoleh pengalaman langsung dalam menggunakan pendekatan ini. Ada berbagai pelatihan yang tersedia, baik dalam bentuk seminar, lokakarya, atau program sertifikasi. Konselor dapat mencari pelatihan yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga terpercaya dalam bidang konseling dan terapi.
Layanan Konseling Menggunakan Cerita Hikmah dan Dongeng
Banyak konselor dan terapis yang menawarkan layanan konseling menggunakan ccerita hikmah dan dongeng. Jika Anda tertarik untuk menjalani konseling menggunakan pendekatan ini, carilah konselor atau terapis yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam menggunakan cerita dan dongeng dalam praktik mereka. Anda dapat mencari informasi tentang layanan konseling menggunakan cerita dan dongeng secara online, melalui direktori konselor, atau dengan mendapatkan referensi dari teman atau keluarga yang pernah menjalani konseling menggunakan pendekatan ini.
Manfaat Penggunaan Cerita Hikmah dan Dongeng
- Pembelajaran Tidak Langsung: Klien dapat belajar dari pengalaman tokoh-tokoh dalam cerita tanpa merasa dihakimi atau disalahkan secara langsung.
- Pemahaman Emosional: Cerita sering kali menyentuh sisi emosional klien, membantu mereka untuk terhubung dengan perasaan mereka sendiri.
- Peningkatan Refleksi Diri: Klien didorong untuk merenung dan mengevaluasi perilaku serta sikap mereka melalui analogi cerita.
- Penanaman Nilai Positif: Cerita hikmah mengandung pesan-pesan moral yang dapat membentuk nilai-nilai positif dan menginspirasi perubahan perilaku.
Proses Konseling dengan Cerita Hikmah dan Dongeng
- Identifikasi Masalah Klien: Konselor mengidentifikasi masalah utama yang dihadapi klien dan menentukan cerita yang relevan dengan situasi tersebut.
- Penyampaian Cerita: Konselor menceritakan kisah yang dipilih dengan cara yang menarik dan mudah dipahami oleh klien.
- Diskusi dan Refleksi: Setelah cerita disampaikan, konselor mengajak klien untuk berdiskusi tentang makna cerita dan relevansinya dengan masalah yang dihadapi klien.
- Aplikasi Praktis: Konselor membantu klien menerapkan pelajaran dan nilai dari cerita tersebut ke dalam kehidupan nyata mereka.
Contoh Penerapan dalam Mengatasi Bullying Verbal
- Cerita Inspiratif: Konselor dapat menceritakan kisah tokoh yang menghadapi intimidasi dan bagaimana mereka mengatasi situasi tersebut dengan bijaksana.
- Dongeng dengan Pesan Moral: Kisah-kisah seperti fabel atau legenda yang mengajarkan tentang keberanian, keteguhan hati, dan pentingnya menghargai orang lain.
- Narasi Histori: Cerita dari sejarah yang menunjukkan contoh-contoh nyata dari orang-orang yang berhasil melawan ketidakadilan dan menemukan cara damai untuk mengatasinya.
Keuntungan dan Tantangan
a) Keuntungan:
- Meningkatkan keterlibatan emosional klien.
- Menyediakan cara yang tidak konfrontatif untuk menghadapi masalah.
- Memudahkan internalisasi nilai-nilai positif.
b) Tantangan:
- Memilih cerita yang tepat dan relevan dengan masalah klien.
- Memastikan klien dapat memahami dan mengaitkan diri dengan cerita yang disampaikan.
- Menghindari interpretasi yang keliru atau berlebihan dari cerita.
Kesimpulan
Konseling menggunakan cerita dan dongeng adalah pendekatan yang inovatif dalam bidang konseling yang dapat membantu individu memahami dan menjelajahi diri mereka dengan lebih baik.
Kategori
- ADAT
- ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
- BERITA.MOLAMETO.ID
- BK ARTISTIK
- BK MULTIKULTURAL
- BOOK CHAPTER
- BUDAYA
- CERITA FIKSI
- CINTA
- DEFENISI KONSELOR
- DOSEN BK UNG
- HIPNOKONSELING
- HKI/PATEN
- HMJ BK
- JURNAL PUBLIKASI
- KAMPUS
- KARAKTER
- KARYA
- KATA BANG JUM
- KEGIATAN MAHASISWA
- KENAKALAN REMAJA
- KETERAMPILAN KONSELING
- KOMUNIKASI KONSELING
- KONSELING LINTAS BUDAYA
- KONSELING PERGURUAN TINGGI
- KONSELOR SEBAYA
- KULIAH
- LABORATORIUM
- MAHASISWA
- OPINI
- ORIENTASI PERKULIAHAN
- OUTBOUND
- PENDEKATAN KONSELING
- PENGEMBANGAN DIRI
- PRAKTIKUM KULIAH
- PROSIDING
- PUISI
- PUSPENDIR
- REPOST BERITA ONLINE
- RINGKASAN BUKU
- SEKOLAH
- SISWA
- TEORI DAN TEKNIK KONSELING
- WAWASAN BUDAYA
Arsip
- April 2025 (7)
- March 2025 (1)
- January 2025 (11)
- December 2024 (18)
- October 2024 (2)
- September 2024 (15)
- August 2024 (5)
- July 2024 (28)
- June 2024 (28)
- May 2024 (8)
- April 2024 (2)
- March 2024 (2)
- February 2024 (15)
- December 2023 (13)
- November 2023 (37)
- July 2023 (6)
- June 2023 (14)
- January 2023 (4)
- September 2022 (2)
- August 2022 (4)
- July 2022 (4)
- February 2022 (3)
- December 2021 (1)
- November 2021 (1)
- October 2021 (1)
- June 2021 (1)
- February 2021 (1)
- October 2020 (4)
- September 2020 (4)
- March 2020 (7)
- January 2020 (4)
Blogroll
- AKUN ACADEMIA EDU JUMADI
- AKUN GARUDA JUMADI
- AKUN ONESEARCH JUMADI
- AKUN ORCID JUMADI
- AKUN PABLON JUMADI
- AKUN PDDIKTI JUMADI
- AKUN RESEARCH GATE JUMADI
- AKUN SCHOLER JUMADI
- AKUN SINTA DIKTI JUMADI
- AKUN YOUTUBE JUMADI
- BERITA BEASISWA KEMDIKBUD
- BERITA KEMDIKBUD
- BLOG DOSEN JUMADI
- BLOG MATERI KONSELING JUMADI
- BLOG SAJAK JUMADI
- BOOK LIBRARY GENESIS - KUMPULAN REFERENSI
- BOOK PDF DRIVE - KUMPULAN BUKU
- FIP UNG BUDAYA KERJA CHAMPION
- FIP UNG WEBSITE
- FIP YOUTUBE PEDAGOGIKA TV
- JURNAL EBSCO HOST
- JURNAL JGCJ BK UNG
- JURNAL OJS FIP UNG
- KBBI
- LABORATORIUM
- LEMBAGA LLDIKTI WILAYAH 6
- LEMBAGA PDDikti BK UNG
- LEMBAGA PENELITIAN UNG
- LEMBAGA PENGABDIAN UNG
- LEMBAGA PERPUSTAKAAN NASIONAL
- LEMBAGA PUSAT LAYANAN TES (PLTI)
- ORGANISASI PROFESI ABKIN
- ORGANISASI PROFESI PGRI
- UNG KODE ETIK PNS - PERATURAN REKTOR
- UNG PERPUSTAKAAN
- UNG PLANET
- UNG SAHABAT
- UNG SIAT
- UNG SISTER
- WEBSITE BK UNG