KATEGORI : KARAKTER

SIKAP SOSIAL

09 April 2024 02:44:15 Dibaca : 319

A. Pengertian Sikap Sosial

Sikap sosial adalah sebagai sarana berkomunikasi untuk membangun keharmonisan sesama manusia. Kita ketahui bersama manusia adalah makhluk sosial artinya manusia tidak dapat hidup sendiri. Sikap sosial itu sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari, karena dengan sikap kita dapat merealisasikan keadaan perasaan kita, apalagi dalam kehidupan bermasyarakat, dengan sikap sosial juga seseorang dapat menduga bagaimana respon atau perilaku yang akan diambil oleh orang yang bersangkutan terhadap suatu masalah atau keadaan yang dihadapkan kepadanya dengan mengetahui sikapnya. Menurut Gerungan (2004:150) attitude dapat diterjemahkan dengan kata sikap terhadap objek tertentu, yang dapat merupkan sikap, pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap mana disertai oleh kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap terhadap objek tadi itu. Sedangkan menurut Bruno, (Syah, 2002 : 141) sikap adalah kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu. Sedangkan menurut Thursione mengatakan sikap sebagai tingkatan kecenderungan yang bersifat positif atau negatif yang berhubungan dengan objek spikologi. Aspek psikologi yang dimaksud adalah simbol, kata – kata, slogan, orang, lembaga, ide dan sebagainya (Ahmadi, 2007:150). Menurut Krech and Crutchfield, sikap adalah organisasi yang tetap dari proses motivasi, emosi, persepsi atau pengamatan atas suatu aspek dari kehidupan individu, (David, dkk, 1985 : 137). 

Definisi sikap menurut Rahayuningsih (2008 : 56)

  • Berorientasi kepada respon : sikap adalah suatu bentuk dari perasaan, yaitu perasaan mendukung atau memihak (favourable) maupun perasaan tidak mendukung (Unfavourable) pada suatu objek
  • Berorientasi kepada kesiapan respon terdiri dari dua yaitu (1). sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu, apabila dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon. (2) suatu pola perilaku, tendenasi atau kesiapan antisipatif untuk menyesuaikan diri dari situasi sosial yang telah terkondisikan.
  • Berorientasi kepada skema triadik : sikap merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu objek di lingkungan sekitarnya.

Meskipun ada beberapa perbedaan mengenai pengertian tentang sikap, namun ada beberapa ciri yang dapat disetujui. Sebagian besar ahli dan peneliti sikap setuju bahwa sikap adalah predisposisi yang dipelajari yang mempengaruhi tingkah laku, berubah dalam hal intensitasnya, biasanya konsisten sepanjang waktu dalam situasi yang sama, dan komposisinya hampir selalu kompleks. Sehubungan dengan itu pula para ahli cenderung untuk mengemukakan pengertian sikap sebagai berikut: Sikap adalah kesiapan merespons yang sifatnya positif atau negatif terhadap objek atau situasi secara konsisten (Ahmadi, 2007:151). Sedangkan kata sosial, berasal dari kata lain societas, yang artinya masyarakat. Kata societas dari kata socius, yang artinya teman, dan selanjutnya kata sosial berarti hubungan antara manusia yang satu dengan manusia yang lain dalam bentuknya yang lain-lain, misalnya: keluarga, sekolah, organisasi dan sebagainya.Berdasarkan pengertian di atas maka sikap sosial yang dimaksuddalam penelitian ini adalah suatu perbuatan, perilaku yang berkenaan dengan masyarakat.

B. Ciri- ciri Sikap

Sikap menentukan jenis atau tabiat tingkah laku dalam hubungannya dengan perangsang yang relevan, orang-orang atau kejadian-kejadian. Dapatlah dikatakan bahwa sikap merupakan faktor internal, tetapi tidak semua faktor internal adalah sikap. Adapun ciri-ciri sikap adalah sebagai berikut (Ahmadi, 2007 : 153)

  1. Sikap itu dipelajari (learnability): Sikap merupakan hasil belajar ini perlu dibedakan dari motif- motif psikologi lainnya. Beberapa sikap dipelajari tidak sengaja dan tanpa kesadaran kepada sebagian individu. Barangkali yang terjadi adalah mempelajari sikap dengan sengaja bila individu mengerti bahwa hal itu akan membawa lebih baik (untuk dirinya sendiri), membantu tujuan kelompok, atau memperoleh sesuatu nilai yang sifatnya perseorangan.
  2. Memiliki kestabilan (Stability): Sikap memulai dari dipelajari, kemudian menjadi lebih kuat, tetap dan stabil, melalui pengalaman. Mislanya: perasaan like dan dislike terhadap warna tertentu (spesifik) yang sifatnya berulang-ulang atuau memiliki frekuensi yang tinggi.
  3. Personal - societal significance: Sikap melibatkan hubungan antara seseorang dan orang lain dan juga antara orang dan barang atau situasi. Jika seseorang merasa bahwa orang lain menyenangkan, terbuka serta hangat, maka ini akan sangat berarti bagi dirinya, ia merasa bebas, dan favorable.
  4. Berisi cognisi dan affeks: Komponen cognisi daripada sikap adalah berisi informasi yang faktual, misalnya: objek itu dirasakan menyenangkan atau tidak menyenangkan.
  5. Approach – avoidance directionality: Bila seseorang memiliki sikap yang favorable terhadap sesuatu objek, mereka akan mendekati dan membantunya, sebaliknya bila seseorang memiliki sikap yang unfavorable, mereka akan menghindarinya.

Sedangkan ciri-ciri sikap menurut Gerungan, 2004 : 163.

  1. Sikap tidak dibawa orang sejak dilahirkan, tetapi akan terbentuk atau dipelajarinya sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan objeknya.
  2. Sikap dapat berubah-ubah, karena sikap dapat dipelajari orang atau sebaliknya, sikap dapat dipelajari sehingga sikap dapat dapat berubah pada pada seseorang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah berubahnya sikap pada orang itu.
  3. Objek sikap dapat merupakan satu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.
  4. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan.

Dari ciri-ciri sikap yang dikemukakan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa sikap seseorang tidak dibawah sejak lahir, tetapi harus dipelajari selama perkembangan hidupnya. Karena itulah sikap selalu berubah-ubah dan dapat dipelajari atau sebaliknya, bahwa sikap itu dapat dipelajari apabila ada syarat-syarat tertentu yang mempermudah berubahan sikapnya pada orang lain. Sikap itu tidak semata-mata berdiri sendiri, melainkan selalu berhubungan dengan suatu objek. Pada umumnya sikap tidak berkenan pada suatu objek saja, melainkan juga dapat berkenan dengan deretan-deretan objek-objek yang serupa.

C. Faktor Penyebab Perubahan Sikap

Berdasarkan ciri-ciri sikap diatas bahwa manusia tidak dilahirkan dengan sikap tertentu melainkan dapat dibentuk sepanjang perkembangannya. Dengan demikian pembentukan sikap tidak dengan sendirinya tetapi berlangsungnya dalam sebuah interaksi sosial. Pembentukan sikap pembinaan moral dan pribadi pada umumnyaterjadi melalui pengalaman sejak kecil. Sikap timbul karena ada stimulus. Terbentuknya suatu sikap itu banyak dipengaruhi perangsang oleh lingkungan sosial dan kebudayaan misalnya: keluarga, norma, golongan agama, dan adat istiadat. Dalam hal ini keluarga mempunyai peranan yang besar dalam membentuk sikap putra-putrinya. Sebab keluargalah sebagai kelompok primer bagi anak merupakan pengaruh yang paling dominan. Sikap seseorang tidak selamanya tetap, ini bukan berarti orang tidak bersikap. Sikap tumbuh dan berkembang dalam basis sosial yang tertentu, misalnya: ekonomi, politik, agama dan sebagainya. Didalam perkembangannya sikap banyak dipengaruhi oleh lingkungan, norma-norma atau group. Hal ini akan mengakibatkan perbedaan sikap antara individu yang sama dengan yang lain karena perbedaan pengaruh atau lingkungan yang diterima. Sikap tidak akan terbentuk tanpa interaksi manusia, terhadap objek tertentu atau suatu objek.

Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sikap.

  • Faktor intern: yaitu faktor yang terdapat dalam pribadi manusia itu sendiri. Faktor ini berupa selectivity atau daya pilih seseorang untuk menerima dan mengelolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar.
  • Faktor ekstern: yaitu faktor yang terdapat diluar pribadi manusia. Faktor ini berupa interaksi sosial diluar kelompok.

D. Indikator Sikap Sosial

Kurikulum 2013 membagi kompetensi sikap menjadi dua, yaitu sikap spiritual yang terkait dengan pembentukan peserta didik yang beriman dan bertakwa, dan sikap sosial yang terkait dengan pembentukan peserta didik yang berakhlak mulia, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab. Pada jenjang SMP/MTs, kompetensi sikap spiritual mengacu pada KI-1: Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya, sedangkan kompetensi sikap sosial mengacu pada KI-2: Menghargai dan menghayati perilaku jujur, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.

 

CARA MENGAMBIL "HATI" DOSEN

29 November 2023 16:57:06 Dibaca : 89

By: Jumadi Mori Salam Tuasikal

Mengambil "hati" dosen melibatkan kombinasi antara menghormati, berkomunikasi dengan baik, menunjukkan dedikasi terhadap pembelajaran, dan bersikap profesional. Berikut adalah beberapa cara untuk membuat hubungan positif dengan dosen:

1. Hadiri Kelas dengan Aktif:

Hadiri kelas secara aktif, tunjukkan minat pada materi, dan berpartisipasi dalam diskusi. Dosen cenderung menghargai mahasiswa yang menunjukkan dedikasi terhadap pembelajaran.

2. Ajukan Pertanyaan yang Relevan:

Ajukan pertanyaan yang relevan selama perkuliahan atau konsultasi. Ini menunjukkan bahwa Anda tertarik dan ingin memahami lebih dalam materi yang diajarkan.

3. Sikap Positif dan Sopan:

Bersikap positif dan sopan dalam setiap interaksi dengan dosen. Hormati ruang dan waktu mereka, dan berbicara dengan bahasa yang sopan dan santun.

4. Jadilah Mahasiswa yang Bertanggung Jawab:

Bertanggung jawab terhadap tugas dan kewajiban akademis Anda. Perguruan tinggi menghargai mahasiswa yang menunjukkan dedikasi dan tanggung jawab terhadap pendidikannya.

5. Partisipasi Aktif dalam Kelompok Studi:

Jika ada kelompok studi atau proyek kelompok, berpartisipasilah aktif dan berkontribusi pada keberhasilan kelompok. Ini menunjukkan kemampuan kolaborasi dan kerja tim.

6. Konsultasi dan Diskusi Tambahan:

Manfaatkan waktu konsultasi yang disediakan oleh dosen untuk membahas materi lebih lanjut atau mendapatkan klarifikasi. Ini dapat membuktikan bahwa Anda serius tentang pembelajaran.

7. Hormati Pandangan dan Kritik:

Hormati pandangan dan kritik konstruktif dari dosen. Tunjukkan bahwa Anda terbuka terhadap umpan balik dan siap untuk belajar dan berkembang.

8. Ikuti Pedoman dan Petunjuk:

Ikuti pedoman dan petunjuk dengan seksama, baik dalam tugas maupun ujian. Dosen akan menghargai ketelitian dan kepatuhan terhadap aturan.

9. Pamerkan Kemajuan dan Peningkatan:

Jika Anda telah mengatasi kesulitan akademis atau meningkatkan kinerja Anda, berbagilah informasi tersebut dengan dosen. Ini menunjukkan tekad dan upaya untuk berkembang.

10. Libatkan Diri dalam Kegiatan Ekstrakurikuler:

Jika mungkin, libatkan diri dalam kegiatan ekstrakurikuler atau proyek-proyek yang terkait dengan bidang studi Anda. Hal ini dapat menunjukkan minat dan keterlibatan yang lebih besar.

11. Buat Hubungan di Luar Kelas:

Jika dosen menawarkan kesempatan untuk membahas materi di luar jam konsultasi atau mengadakan acara akademis, ambillah kesempatan tersebut untuk membangun hubungan yang lebih akrab.

12. Menghormati Waktu Dosen:

Menghormati waktu dosen adalah kunci. Pastikan untuk tiba tepat waktu pada pertemuan atau kelas, dan hindari mengganggu mereka saat mereka tidak tersedia.

13. Ucapkan Terima Kasih:

Ucapkan terima kasih kepada dosen untuk bimbingan dan dukungannya. Keterbukaan dan apresiasi dapat memperkuat hubungan Anda.

Ingatlah bahwa setiap dosen memiliki kepribadian dan preferensi yang berbeda, jadi penting untuk tetap fleksibel dan responsif terhadap dinamika unik dalam hubungan Anda dengan setiap dosen.

 

By: Jumadi Mori Salam Tuasikal

Menghadapi mahasiswa yang selalu meminta kebijaksanaan atau permohonan khusus kepada dosen dapat menjadi tantangan, terutama jika permintaan tersebut tidak sesuai dengan kebijakan atau prosedur yang berlaku. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengatasi situasi tersebut:

1. Pahami Motivasi di Balik Permintaan:

Pertama-tama, cobalah untuk memahami motivasi atau alasan di balik permintaan mahasiswa. Terkadang, mahasiswa dapat menghadapi tantangan atau situasi pribadi yang mempengaruhi kinerja akademis mereka.

2. Terapkan Kebijakan dengan Konsisten:

Pastikan untuk menerapkan kebijakan dan prosedur yang berlaku secara konsisten. Ini menciptakan lingkungan yang adil dan setara untuk semua mahasiswa.

3. Berikan Penjelasan Tentang Kebijakan:

Jelaskan dengan jelas kebijakan dan prosedur yang berlaku kepada mahasiswa. Berikan pemahaman yang baik tentang aturan yang harus diikuti dan konsekuensinya.

4. Sediakan Alternatif atau Solusi yang Adil:

Jika memungkinkan, coba cari solusi alternatif atau opsi yang adil yang dapat membantu mahasiswa tanpa melanggar kebijakan. Terkadang, terdapat cara untuk membantu tanpa mengorbankan integritas akademis.

5. Buat Pertemuan Pribadi:

Jika permintaan mahasiswa masih terus berlanjut, pertimbangkan untuk mengatur pertemuan pribadi. Ini dapat memberikan kesempatan untuk mendengarkan secara lebih mendalam dan menjelaskan implikasi dari setiap kebijakan.

6. Fokus pada Pembelajaran dan Peningkatan:

Ajak mahasiswa untuk fokus pada pembelajaran dan pengembangan pribadi. Berbicara tentang cara-cara untuk meningkatkan kinerja akademis mereka dan mengatasi tantangan yang mungkin mereka hadapi.

7. Tunjukkan Empati:

Tunjukkan empati terhadap mahasiswa, terutama jika mereka menghadapi masalah pribadi atau kesulitan. Memberikan dukungan emosional dapat membantu menciptakan lingkungan yang mendukung.

8. Hindari Perlakuan yang Diskriminatif:

Pastikan bahwa tidak ada perlakuan yang diskriminatif terhadap mahasiswa. Perlakukan setiap permintaan dengan adil dan setara tanpa memandang latar belakang atau karakteristik pribadi.

9. Jangan Ragu untuk Menegakkan Kebijakan:

Meskipun penting untuk menunjukkan empati, jangan ragu untuk menegakkan kebijakan dan aturan yang telah ditetapkan. Ini penting untuk menjaga konsistensi dan keadilan.

10. Libatkan Pihak Lain Jika Diperlukan:

Jika situasi semakin kompleks, pertimbangkan melibatkan pihak lain, seperti penasihat akademis, koordinator program, atau pihak administrasi yang berwenang, untuk membantu menangani kasus tersebut.

11. Dorong Kemandirian Mahasiswa:

Dorong mahasiswa untuk mengembangkan kemandirian akademis. Bantu mereka memahami bahwa tanggung jawab akademis ada pada diri mereka sendiri, dan bagian dari pengalaman perguruan tinggi adalah belajar untuk mengatasi tantangan.

12. Berikan Saran untuk Perbaikan:

Jika ada kesempatan, berikan saran konstruktif untuk perbaikan. Bicarakan tentang langkah-langkah yang dapat mereka ambil untuk meningkatkan kinerja akademis mereka.

Dalam menghadapi mahasiswa yang selalu meminta kebijaksanaan, penting untuk menciptakan lingkungan yang adil, transparan, dan mendukung pertumbuhan akademis. Pemahaman, komunikasi terbuka, dan penekanan pada tanggung jawab pribadi dapat membantu mencapai keseimbangan antara memberikan dukungan dan menegakkan kebijakan.

 

MENGHADAPI TEMAN DOSEN YANG SUKA BERBOHONG

29 November 2023 16:17:34 Dibaca : 23

By: Jumadi Mori Salam Tuasikal

Menghadapi teman dosen yang suka berbohong dapat menjadi situasi yang sulit, tetapi penting untuk mempertahankan integritas dan memperlakukan situasi ini dengan bijak. Berikut beberapa langkah yang dapat Anda pertimbangkan:

1. Kumpulkan Bukti:

Sebelum mengambil tindakan apa pun, pastikan Anda memiliki bukti yang mendukung bahwa teman dosen tersebut memang suka berbohong. Ini dapat berupa catatan tertulis, email, atau saksi yang dapat memberikan kesaksian.

2. Pertimbangkan Motif dan Dampak:

Coba pemahaman tentang mengapa teman dosen tersebut mungkin berbohong. Apakah ada motif tertentu atau dampak yang ingin dicapainya? Memahami hal ini dapat membantu Anda menangani situasi dengan lebih baik.

3. Berbicara dengan Teman Dosen Secara Pribadi:

Jika Anda merasa nyaman melakukannya, pertimbangkan untuk berbicara dengan teman dosen tersebut secara pribadi. Jelaskan kekhawatiran Anda dengan sopan dan jujur, dan berikan kesempatan baginya untuk memberikan klarifikasi atau menjelaskan sisi ceritanya.

4. Gunakan Komunikasi yang Jelas:

Gunakan bahasa yang jelas dan spesifik ketika berbicara dengan teman dosen Anda. Hindari berspekulasi dan fokus pada perilaku yang konkrit dan dapat diverifikasi.

5. Jangan Menjadi Bagian dari Bohongan:

Hindari menjadi bagian dari atau mendukung berbohong. Jika Anda mengetahui informasi yang salah atau tidak akurat, hindari menyebarkannya lebih lanjut dan prioritaskan kejujuran.

6. Cari Bantuan dari Pihak Terkait:

Jika berbicara secara pribadi tidak menghasilkan solusi atau jika situasinya semakin rumit, pertimbangkan untuk mencari bantuan dari pihak terkait, seperti kepala departemen atau dekan. Sampaikan kekhawatiran Anda dengan rinci dan bawa bukti yang relevan.

7. Melibatkan Pihak Ketiga yang Netral:

Jika diperlukan, pertimbangkan melibatkan pihak ketiga yang netral, seperti mediator atau perwakilan etika universitas. Mediator dapat membantu memfasilitasi komunikasi dan mencari solusi yang adil.

8. Prioritaskan Etika Profesional:

Tetapkan standar tinggi untuk etika profesional Anda sendiri dan tunjukkan dengan contoh. Jangan terlibat dalam perilaku yang meragukan atau tidak etis sebagai tanggapan terhadap perilaku teman dosen.

9. Pelajari Kode Etik Universitas:

Ketahui dan pelajari kode etik atau kebijakan universitas terkait etika akademis dan perilaku dosen. Hal ini dapat memberikan panduan tentang bagaimana menangani situasi ini.

10. Jaga Kesehatan Mental Anda:

Menghadapi situasi seperti ini dapat menimbulkan stres. Pastikan untuk menjaga kesehatan mental Anda dengan mencari dukungan dari teman, keluarga, atau konselor jika diperlukan.

Ingatlah bahwa menghadapi teman dosen yang suka berbohong dapat menjadi situasi yang kompleks dan sensitif. Setiap langkah yang Anda ambil harus mempertimbangkan konteks dan konsekuensi yang mungkin terjadi.

 

MENGHADAPI TEMAN SEJAWAT DOSEN YANG MENYEBALKAN

29 November 2023 16:13:57 Dibaca : 40

By: Jumadi Mori Salam Tuasikal

Berhadapan dengan teman sejawat dosen yang menyebalkan dapat menjadi tantangan, tetapi penting untuk menjaga profesionalisme dan mencari cara untuk mengatasi situasi tersebut. Berikut adalah beberapa saran yang mungkin membantu:

1. Maintain Professionalism:

Pertahankan sikap profesional. Hindari merespons dengan sikap yang sama atau berbicara dengan orang lain tentang masalah ini di belakang teman sejawat Anda. Fokus pada interaksi profesional.

2. Kenali Pola dan Pemicu:

Cobalah untuk mengidentifikasi pola perilaku dan pemicu ketidaknyamanan Anda. Mungkin ada sesuatu yang memicu perilaku menyebalkan, dan memahami hal ini dapat membantu Anda mengatasi situasi dengan lebih baik.

3. Bicarakan Secara Langsung (Jika Memungkinkan):

Jika Anda merasa nyaman melakukannya, pertimbangkan untuk berbicara secara langsung dengan teman sejawat Anda. Sampaikan kekhawatiran Anda dengan sopan dan jujur, fokus pada perilaku yang spesifik dan dampaknya.

4. Gunakan Komunikasi Efektif:

Gunakan komunikasi yang efektif dan bijak. Pilih kata-kata dengan hati-hati, hindari menyalahkan, dan fokus pada perasaan dan persepsi Anda daripada menyerang karakter.

5. Buat Batasan Pribadi:

Tentukan batasan pribadi. Jika interaksi dengan teman sejawat yang menyebalkan dapat dihindari atau diminimalkan, pertimbangkan untuk melakukan itu tanpa merusak hubungan profesional.

6. Mencari Dukungan dari Orang Lain:

Jika perlu, cari dukungan dari teman-teman atau rekan dosen lainnya. Kadang-kadang berbicara dengan orang lain dapat memberikan perspektif tambahan atau solusi yang mungkin tidak terpikirkan sebelumnya.

7. Pertimbangkan Mediasi:

Jika hubungan semakin memburuk dan mengganggu kesejahteraan Anda atau pekerjaan Anda, pertimbangkan mediasi. Mediator yang tidak memihak dapat membantu memfasilitasi dialog dan mencari solusi.

8. Fokus pada Profesionalisme dan Tanggung Jawab Anda:

Tetap fokus pada tugas dan tanggung jawab profesional Anda. Hindari terlibat dalam drama atau konflik yang tidak perlu. Jaga kualitas pekerjaan Anda dan jalani rutinitas sehari-hari sebaik mungkin.

9. Beri Prioritas Kesehatan Mental Anda:

Pastikan untuk memberi prioritas pada kesehatan mental Anda. Jika situasinya sangat membebani, pertimbangkan untuk mencari dukungan dari profesional kesehatan mental.

10. Beri Tahu Pihak Terkait Jika Diperlukan:

Jika situasi tidak dapat diatasi dan berdampak negatif pada kesejahteraan Anda atau pekerjaan Anda, pertimbangkan untuk memberi tahu pihak terkait, seperti kepala departemen atau dekan, tentang masalah tersebut.

Ingatlah bahwa setiap situasi unik, dan langkah yang tepat dapat bervariasi tergantung pada konteks dan kepribadian individu yang terlibat. Jangan ragu untuk mencari saran dari orang-orang yang dipercayai atau profesional di bidangnya.