EKSPLORASI NILAI-NILAI RITUAL TUMBILO TOHE DI GORONTALO DALAM PERSPEKTIF BIMBINGAN DAN KONSELING

20 September 2024 14:30:38 Dibaca : 57 Kategori : BUDAYA

By. Jumadi Mori Salam Tuasikal

           Ritual tumbilo tohe merupakan salah satu tradisi budaya yang berkembang di Gorontalo dan telah dilakukan secara turun-temurun. Ritual ini biasanya diselenggarakan pada bulan Ramadhan, tepatnya pada malam ke-27 sebagai bagian dari upaya menyambut malam Lailatul Qadar. Dalam ritual tersebut, masyarakat Gorontalo memasang lampu-lampu atau obor di halaman rumah, jalan, serta tempat-tempat ibadah sebagai simbol penerangan dan pengharapan akan keberkahan. Nilai-nilai yang terkandung dalam tumbilo tohe ini tidak hanya mencakup aspek religius, tetapi juga sosial, budaya, dan spiritual. Ketika dikaji dari perspektif Bimbingan dan Konseling, nilai-nilai ini memberikan landasan yang kuat bagi pengembangan karakter individu dan komunitas. Dari perspektif bimbingan dan konseling, tradisi ini memuat banyak nilai edukatif yang dapat diterapkan dalam pengembangan diri, baik dari aspek emosional, sosial, maupun spiritual. Dalam proses bimbingan, nilai-nilai yang terkandung dalam tumbilo tohe dapat digunakan sebagai media refleksi untuk memperbaiki kualitas kehidupan individu. Sebagai contoh, aspek kebersamaan dan gotong-royong yang hadir dalam ritual ini mendorong individu untuk lebih peduli terhadap lingkungan sosialnya, membangun kepekaan, dan menumbuhkan rasa saling mendukung antaranggota masyarakat.

          Nilai kebersamaan dalam tumbilo tohe dapat diaplikasikan dalam bimbingan dan konseling kelompok. Bimbingan dan konseling kelompok bertujuan untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang lebih sehat dan efektif. Sama seperti dalam ritual tumbilo tohe, di mana masyarakat bersama-sama menyalakan lampu, nilai kerjasama ini dapat diaplikasikan dalam dinamika kelompok untuk memecahkan masalah secara bersama-sama. Melalui kegiatan ini, anggota kelompok belajar tentang pentingnya saling membantu, bekerja sama, dan saling menghargai satu sama lain, yang pada akhirnya meningkatkan hubungan interpersonal dalam kehidupan sehari-hari. Dari sisi spiritual, tumbilo tohe mengajarkan tentang pentingnya penerangan batin, yang dalam bimbingan dan konseling bisa diterjemahkan sebagai kebutuhan untuk mencapai pemahaman diri yang lebih baik. Penerangan fisik yang disimbolkan melalui lampu-lampu dalam ritual ini memiliki makna mendalam, yakni sebagai simbol harapan, optimisme, dan pencarian makna hidup. Konselor dapat memanfaatkan simbol ini dalam membantu konseli menemukan arah hidup mereka yang seringkali terhalang oleh kebingungan atau ketidakpastian.

          Selain aspek spiritual, ritual ini juga mengajarkan tentang nilai pengorbanan dan kepedulian. Masyarakat secara sukarela memasang lampu-lampu sebagai bentuk rasa syukur dan pengharapan akan keberkahan. Dalam bimbingan dan konseling, pengorbanan dan kepedulian ini bisa menjadi pelajaran penting dalam pengembangan empati. Seseorang yang memiliki kemampuan empatik tinggi cenderung mampu memahami perasaan dan kebutuhan orang lain, yang merupakan elemen penting dalam konseling. Nilai pengorbanan juga bisa diterapkan dalam bimbingan karier, di mana seorang individu perlu berkorban waktu, tenaga, dan pikiran untuk mencapai tujuan profesional. Ritual ini dapat menjadi inspirasi bagi konseli untuk memahami bahwa pengorbanan adalah bagian dari proses mencapai sesuatu yang lebih besar. Hal ini penting dalam membantu konseli memahami bahwa setiap kesuksesan memerlukan usaha dan ketekunan, seperti halnya masyarakat Gorontalo yang tetap melaksanakan ritual tumbilo tohe meskipun penuh tantangan.

               Sisi edukasi lainnya yang dapat dieksplorasi dari ritual ini adalah ketekunan. Tradisi yang dilakukan secara konsisten ini menunjukkan ketekunan masyarakat Gorontalo dalam menjaga warisan budaya. Konselor bisa menghubungkan nilai ketekunan ini dengan bimbingan belajar, khususnya dalam mendukung siswa untuk tetap gigih dan tidak mudah menyerah dalam mencapai prestasi akademik. Sama seperti bagaimana masyarakat Gorontalo setia melaksanakan tumbilo tohe setiap tahun, siswa juga diharapkan memiliki ketekunan dalam proses belajar mereka. Bimbingan dan konseling juga mendorong pengembangan karakter melalui integritas dan tanggung jawab. tumbilo tohe menekankan nilai tanggung jawab individu terhadap komunitasnya, yang dapat dijadikan contoh dalam mengembangkan karakter bertanggung jawab dalam diri konseli. Sebagai bagian dari masyarakat, setiap individu harus berkontribusi dalam menciptakan lingkungan yang positif dan konstruktif, sama seperti yang ditunjukkan dalam ritual tumbilo tohe.

          Tidak hanya tanggung jawab sosial, tetapi ritual ini juga menunjukkan pentingnya tanggung jawab spiritual. Melalui pemasangan lampu, masyarakat menunjukkan pengharapan akan keberkahan dan kesalehan. Dalam bimbingan dan konseling, tanggung jawab spiritual ini dapat diterapkan sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan mental dan emosional konseli, terutama dalam mengatasi masalah-masalah eksistensial dan pencarian makna hidup. Ritual ini juga bisa dilihat sebagai bentuk manajemen emosi yang efektif. tumbilo tohe memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk merenung dan introspeksi, yang merupakan salah satu teknik penting dalam konseling. Introspeksi yang dilakukan dalam suasana penuh harapan ini membantu individu mengelola stres, kecemasan, dan perasaan negatif lainnya. Konselor dapat menggunakan pendekatan ini dalam sesi konseling untuk membantu konseli lebih mengenali emosi mereka dan mencari cara yang tepat untuk mengelolanya.

          Dari sisi kebudayaan, tumbilo tohe juga mengajarkan nilai pelestarian budaya. Dalam bimbingan dan konseling, penting untuk memahami latar belakang budaya konseli karena budaya berpengaruh terhadap nilai-nilai dan perilaku individu. Melalui pemahaman budaya, konselor dapat memberikan intervensi yang lebih sesuai dengan kebutuhan konseli, membantu mereka merasa lebih terhubung dengan identitas diri mereka. Bimbingan dan konseling multikultural adalah salah satu pendekatan yang relevan dengan ritual tumbilo tohe. Dalam pendekatan ini, konselor menghargai dan mempertimbangkan latar belakang budaya konseli saat melakukan intervensi. Ritual tumbilo tohe yang kaya akan nilai-nilai budaya lokal dapat digunakan sebagai sarana untuk memperkuat jati diri individu yang sedang mencari arah hidup, serta mendorong konseli untuk lebih menghargai identitas budaya mereka sendiri. Konseling keluarga juga dapat mengambil manfaat dari nilai-nilai tumbilo tohe. Tradisi ini mempererat hubungan antaranggota keluarga karena mereka bersama-sama mengikuti prosesi ritual ini. Dalam konseling keluarga, hal ini bisa menjadi contoh pentingnya membangun kebersamaan dalam keluarga melalui aktivitas-aktivitas positif yang mempererat ikatan emosional antaranggota keluarga. Selain itu, ritual ini juga mengandung nilai kepercayaan dan keyakinan. Masyarakat percaya bahwa dengan melaksanakan ritual ini, mereka akan mendapatkan berkah dan perlindungan. Dalam konseling, nilai ini bisa diterjemahkan sebagai keyakinan konseli terhadap proses konseling itu sendiri, di mana konseli harus memiliki kepercayaan pada kemampuan konselor serta proses yang sedang dijalani untuk mencapai perubahan.

          Nilai kesederhanaan juga menjadi bagian penting dari tumbilo tohe. Masyarakat tidak membutuhkan peralatan atau dekorasi mewah dalam melaksanakan ritual ini, tetapi fokus pada makna yang terkandung di baliknya. Konselor bisa mengambil pelajaran ini untuk menekankan bahwa perubahan besar dalam hidup sering kali berasal dari hal-hal kecil dan sederhana. Konseli dapat diajak untuk melihat potensi perbaikan yang ada dalam keseharian mereka dan tidak selalu terpaku pada pencapaian yang besar. Dalam konteks belajar, tumbilo tohe juga bisa menjadi sarana untuk mengajarkan nilai disiplin. Proses pemasangan lampu yang dilakukan serempak dan teratur mencerminkan pentingnya disiplin dalam kehidupan sehari-hari. Dalam bimbingan belajar, nilai disiplin ini dapat diterapkan untuk mendorong siswa agar lebih teratur dalam belajar dan menjalani tugas-tugas sekolah. Selain itu, tumbilo tohe juga memberikan pelajaran tentang ketenangan batin dan refleksi diri. Dalam suasana yang penuh cahaya, masyarakat diajak untuk merenung dan berdoa. Hal ini sejalan dengan pendekatan mindfulness dalam konseling, di mana konseli diajak untuk fokus pada momen sekarang dan mengelola pikirannya dengan lebih tenang. Nilai-nilai yang terkandung dalam ritual tumbilo tohe juga relevan dalam bimbingan remaja, di mana fase pencarian jati diri sering kali dipenuhi dengan kebingungan dan kegelisahan. Tradisi ini bisa menjadi media refleksi bagi remaja dalam menemukan makna hidup, membangun identitas diri, dan memahami hubungan mereka dengan komunitas.

          Dalam kajian ini memberikan sudut pandang yang beragam tentang ritual tumbilo tohe yang menyimpan kekayaan nilai yang dapat dieksplorasi lebih lanjut dalam bimbingan dan konseling. Nilai-nilai spiritual, sosial, budaya, dan emosional yang terkandung di dalamnya dapat menjadi sarana efektif untuk membantu individu dalam proses pengembangan diri, baik dalam ranah personal, sosial, maupun profesional. Melalui pendekatan yang menghargai budaya lokal, bimbingan dan konseling dapat lebih bermakna dan relevan bagi masyarakat, khususnya di daerah Gorontalo.