KONSEP SOSIOANTROKONSELING
By. Jumadi Mori Salam Tuasikal
Sosioantrokonseling lahir dari refleksi kritis terhadap kenyataan bahwa praktik konseling sering kali diimpor dari paradigma Barat yang menekankan individualisme, rasionalitas, dan universalitas manusia tanpa mempertimbangkan dimensi sosial dan budaya yang mengitarinya. Di tengah masyarakat Indonesia yang kolektivistik, religius, dan sarat nilai komunal, pendekatan seperti itu kerap menemui keterbatasan. Oleh karena itu, lahirnya Sosioantrokonseling merupakan bentuk upaya dekolonisasi pengetahuan konseling, yaitu menghadirkan paradigma yang berpijak pada keunikan manusia Indonesia dalam konteks sosial-budaya dan relasi kemanusiaannya.
Secara etimologis, istilah “Sosioantrokonseling” berasal dari tiga unsur utama: sosio (masyarakat dan relasi sosial), antro (manusia dan kebudayaan), serta konseling (proses bantuan psikopedagogis untuk mencapai keberfungsian pribadi). Ketiganya berpadu menjadi satu kesatuan paradigma yang menegaskan bahwa perilaku, pikiran, dan perasaan manusia tidak dapat dilepaskan dari konteks sosial dan budaya di mana ia tumbuh. Dengan demikian, Sosioantrokonseling bukan hanya bentuk layanan psikologis, melainkan juga sebuah cara memahami manusia sebagai makhluk sosial, kultural, dan spiritual yang terhubung dalam jejaring makna sosial yang lebih luas.
Filosofi dasar Sosioantrokonseling berakar pada pandangan humanistik yang menempatkan manusia sebagai makhluk yang memiliki potensi untuk berkembang secara utuh. Namun, berbedanya dari konseling humanistik klasik seperti Carl Rogers atau Abraham Maslow, Sosioantrokonseling menambahkan lapisan kontekstual berupa realitas sosial dan nilai budaya yang membentuk diri manusia. Dalam hal ini, manusia tidak hanya dilihat sebagai individu yang otonom, tetapi sebagai entitas yang eksistensinya selalu menyatu secara menyeluruh dengan struktur sosial, simbol budaya, dan relasi komunitas yang membentuk identitasnya.
Sosioantrokonseling berpijak pada filsafat eksistensial-historis bahwa setiap manusia adalah hasil dialog antara “aku” dan “kita”. Diri tidak pernah lahir dari ruang hampa, melainkan dari pengalaman sosial dan warisan budaya yang terus membentuk makna kehidupan. Dalam kerangka ini, konseling bukan sekadar proses membantu individu memecahkan masalah personal, tetapi juga upaya membangunkan kesadaran reflektif tentang posisi dirinya dalam tatanan sosial yang lebih besar. Dengan demikian, keberhasilan konseling tidak hanya diukur dari adaptasi pribadi, tetapi juga dari bagaimana individu mampu hidup selaras dengan nilai dan budaya lingkungannya tanpa kehilangan keutuhan dirinya.
Paradigma Sosioantrokonseling juga berakar pada filsafat hermeneutic, bahwa setiap manusia memaknai dunia melalui tafsir. Proses konseling di sini merupakan ruang dialogis di mana konselor dan konseli bersama-sama menafsirkan pengalaman hidup dalam bingkai sosial dan budaya masing-masing. Konselor bukan sekadar ahli yang memberikan solusi, melainkan mitra reflektif yang membantu klien membaca ulang makna hidupnya melalui simbol, ritus, bahasa, dan nilai yang tumbuh di komunitasnya. Di sinilah konseling berfungsi sebagai proses pemaknaan ulang terhadap realitas, bukan hanya perbaikan perilaku.
Dari sudut pandang antropologis, Sosioantrokonseling menegaskan pentingnya cultural empathy, yakni kemampuan memahami konseli dari dalam sistem budayanya sendiri. Konselor perlu membaca bahasa tubuh, nilai, dan simbol yang hidup dalam kebudayaan tempat konseli berasal. Misalnya, ekspresi kesedihan, rasa malu, atau harga diri bisa bermakna berbeda di tiap komunitas. Dengan memahami hal ini, konselor tidak terjebak pada bias psikologis Barat, tetapi mampu menghadirkan pendekatan konseling yang kontekstual, lokal, dan manusiawi.
Sementara itu, secara sosiologis, Sosioantrokonseling melihat individu sebagai bagian dari sistem sosial yang lebih besar. Masalah pribadi sering kali bukan murni persoalan internal, melainkan refleksi dari ketegangan sosial seperti ketimpangan ekonomi, stigma sosial, konflik nilai, atau disfungsi relasi komunitas. Maka, konselor perlu melihat problem manusia secara sistemik, bukan sekadar simptom psikologis. Pendekatan ini menjadikan konseling bukan hanya tindakan terapeutik individual, tetapi juga gerakan sosial yang menumbuhkan solidaritas, empati, dan kesejahteraan kolektif.
Sosioantrokonseling mengandung kesadaran epistemologis bahwa pengetahuan konseling harus bersifat dialogis dan partisipatif. Artinya, teori tidak hanya diturunkan dari atas atau dari hasil riset luar negeri, tetapi dibangun dari pengalaman hidup masyarakat sendiri. Dalam kerangka ini, penelitian kualitatif, etnografis, dan fenomenologis menjadi fondasi penting untuk memahami dinamika sosial-budaya yang melahirkan masalah dan potensi manusia Indonesia. Pendekatan ini sekaligus menegaskan bahwa Sosioantrokonseling bukan sekadar teori, tetapi gerakan akademik menuju indigenisasi konseling.
Pada tataran praksis, Sosioantrokonseling mendorong konselor menjadi “antropolog kecil” dalam kehidupan sehari-hari: peka terhadap nilai-nilai lokal, mendengarkan narasi kultural, dan berperan aktif dalam membangun jembatan antara nilai tradisional dan modernitas. Konselor menjadi fasilitator perubahan sosial yang berakar pada budaya, bukan agen penyamarataan global. Dengan demikian, Sosioantrokonseling menjadi jalan tengah antara psikologi Barat dan kebijaksanaan Timur, antara sains dan nilai, antara individualitas dan kebersamaan.
Konsep sosioantrokonseling bukan sebuah paradigma ilmiah baru, melainkan sebuah penegasan filosofis untuk kembali pada jati diri kemanusiaan yang berakar pada konteks sosial dan budaya. Ia adalah konseling yang berpihak pada manusia yang hidup dalam relasi, yang memuliakan kearifan lokal, dan yang mengakui bahwa perubahan pribadi selalu terkait dengan perubahan sosial. Paradigma ini mengajak dunia konseling untuk tidak hanya berbicara tentang manusia secara universal, tetapi memahami manusia sebagaimana ia hidup, tumbuh, dan bermakna di bumi budayanya sendiri.
Kategori
- ADAT
- ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
- BERITA.MOLAMETO.ID
- BK ARTISTIK
- BK MULTIKULTURAL
- BOOK CHAPTER
- BUDAYA
- CERITA FIKSI
- CINTA
- DEFENISI KONSELOR
- DOSEN BK UNG
- HIPNOKONSELING
- HKI/PATEN
- HMJ BK
- JURNAL PUBLIKASI
- KAMPUS
- KARAKTER
- KARYA
- KATA BANG JUM
- KEGIATAN MAHASISWA
- KENAKALAN REMAJA
- KETERAMPILAN KONSELING
- KOMUNIKASI KONSELING
- KONSELING LINTAS BUDAYA
- KONSELING PERGURUAN TINGGI
- KONSELOR SEBAYA
- KULIAH
- LABORATORIUM
- MAHASISWA
- OPINI
- ORIENTASI PERKULIAHAN
- OUTBOUND
- PENDEKATAN KONSELING
- PENGEMBANGAN DIRI
- PRAKTIKUM KULIAH
- PROSIDING
- PUISI
- PUSPENDIR
- REPOST BERITA ONLINE
- RINGKASAN BUKU
- SEKOLAH
- SISWA
- TEORI DAN TEKNIK KONSELING
- WAWASAN BUDAYA
Arsip
- October 2025 (4)
- August 2025 (3)
- April 2025 (11)
- March 2025 (1)
- January 2025 (11)
- December 2024 (18)
- October 2024 (2)
- September 2024 (15)
- August 2024 (5)
- July 2024 (28)
- June 2024 (28)
- May 2024 (8)
- April 2024 (2)
- March 2024 (2)
- February 2024 (15)
- December 2023 (12)
- November 2023 (37)
- July 2023 (6)
- June 2023 (14)
- January 2023 (4)
- September 2022 (2)
- August 2022 (4)
- July 2022 (4)
- February 2022 (3)
- December 2021 (1)
- November 2021 (1)
- October 2021 (1)
- June 2021 (1)
- February 2021 (1)
- October 2020 (4)
- September 2020 (4)
- March 2020 (7)
- January 2020 (4)
Blogroll
- AKUN ACADEMIA EDU JUMADI
- AKUN GARUDA JUMADI
- AKUN ONESEARCH JUMADI
- AKUN ORCID JUMADI
- AKUN PABLON JUMADI
- AKUN PDDIKTI JUMADI
- AKUN RESEARCH GATE JUMADI
- AKUN SCHOLER JUMADI
- AKUN SCOPUS JUMADI
- AKUN SINTA DIKTI JUMADI
- AKUN YOUTUBE JUMADI
- BERITA BEASISWA KEMDIKBUD
- BERITA KEMDIKBUD
- BLOG DOSEN JUMADI
- BLOG MATERI KONSELING JUMADI
- BLOG SAJAK JUMADI
- BOOK LIBRARY GENESIS - KUMPULAN REFERENSI
- BOOK PDF DRIVE - KUMPULAN BUKU
- FIP UNG BUDAYA KERJA CHAMPION
- FIP UNG WEBSITE
- FIP YOUTUBE PEDAGOGIKA TV
- JURNAL EBSCO HOST
- JURNAL JGCJ BK UNG
- JURNAL OJS FIP UNG
- KBBI
- LABORATORIUM
- LEMBAGA LLDIKTI WILAYAH 6
- LEMBAGA PDDikti BK UNG
- LEMBAGA PENELITIAN UNG
- LEMBAGA PENGABDIAN UNG
- LEMBAGA PERPUSTAKAAN NASIONAL
- LEMBAGA PUSAT LAYANAN TES (PLTI)
- ORGANISASI PROFESI ABKIN
- ORGANISASI PROFESI PGRI
- UNG KODE ETIK PNS - PERATURAN REKTOR
- UNG PERPUSTAKAAN
- UNG PLANET
- UNG SAHABAT
- UNG SIAT
- UNG SISTER
- WEBSITE BK UNG