KATEGORI : PENGEMBANGAN DIRI

MEMBANGUN KEBIASAAN PUBLIC SPEAKING

29 November 2023 12:44:41 Dibaca : 37

By: Jumadi Mori Salam Tuasikal

Public speaking atau berbicara di depan umum adalah keterampilan yang sangat berharga dalam dunia profesional dan sosial. Meskipun bagi sebagian orang bisa menjadi tantangan, membangun kebiasaan public speaking dapat meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan komunikasi Anda secara keseluruhan. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat membantu Anda membangun kebiasaan public speaking yang efektif.

1. Kenali Tujuan Anda

Sebelum memulai perjalanan membangun kebiasaan public speaking, kenali tujuan Anda. Apakah Anda ingin menjadi pembicara yang ahli dalam bidang tertentu, atau apakah Anda hanya ingin meningkatkan kemampuan komunikasi Anda secara umum? Menetapkan tujuan akan memberikan fokus pada upaya Anda.

2. Pelajari Teknik Dasar Public Speaking

Pelajari teknik-teknik dasar public speaking seperti postur tubuh, intonasi suara, dan kontak mata. Pahami bagaimana menyusun presentasi yang efektif, termasuk pembukaan yang menarik perhatian, isi yang jelas, dan penutup yang memukau.

3. Praktik Rutin

Seperti keterampilan lainnya, public speaking memerlukan latihan yang konsisten. Luangkan waktu setiap hari atau setiap minggu untuk berlatih. Mulailah dengan presentasi kecil di depan cermin dan perlahan-lahan tingkatkan kompleksitas presentasi Anda.

4. Rekam dan Evaluasi Diri Sendiri

Rekam presentasi Anda dan evaluasi rekaman tersebut. Perhatikan area yang perlu ditingkatkan seperti bahasa tubuh, intonasi suara, atau kecepatan berbicara. Evaluasi diri adalah kunci untuk pertumbuhan yang berkelanjutan.

5. Ikuti Kelas atau Pelatihan Public Speaking

Mendaftar dalam kelas atau pelatihan public speaking dapat memberikan panduan dan umpan balik dari instruktur yang berpengalaman. Ini juga memberikan kesempatan untuk berlatih di depan audiens yang mendukung.

6. Bergabung dengan Komunitas Public Speaking

Bergabung dengan komunitas atau kelompok public speaking lokal atau online dapat memberikan dukungan dan kesempatan untuk berlatih di depan orang lain. Anda dapat membagikan pengalaman, belajar dari orang lain, dan membangun jaringan.

7. Hadapi Ketakutan dengan Bijaksana

Jangan biarkan ketakutan menghentikan Anda. Hadapi ketakutan berbicara di depan umum dengan memulai dari lingkungan yang nyaman, seperti berbicara di hadapan teman atau keluarga terlebih dahulu. Teruslah menghadapi tantangan seiring waktu.

8. Menerima Umpan Balik dengan Terbuka

Terima umpan balik dengan terbuka dan gunakan sebagai peluang untuk memperbaiki diri. Umpan balik konstruktif dapat membantu Anda mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan Anda.

9. Tetap Tenang dan Fokus

Selama berbicara di depan umum, tetap tenang dan fokus pada pesan yang ingin Anda sampaikan. Praktik meditasi atau teknik relaksasi lainnya dapat membantu mengatasi kecemasan.

10. Pertahankan Konsistensi

Beban membangun kebiasaan public speaking memerlukan konsistensi. Tetapkan jadwal rutin untuk berlatih dan berbicara di depan umum. Semakin sering Anda melakukannya, semakin mudah akan menjadi.

Membangun kebiasaan public speaking adalah perjalanan yang membutuhkan waktu dan dedikasi. Dengan konsistensi dan tekad, Anda dapat mengatasi ketakutan dan menjadi pembicara yang percaya diri dan efektif.

 

OUTBOUND ANAK-ANAK

27 July 2023 13:46:46 Dibaca : 503

By: Jumadi Mori Salam Tuasikal

1. ESTAFET GELANG

Permainan yang satu ini lebih asyik dilakukan dalam bentuk tim secara estafet bersamaan atau secara individu bergantian.

a) Bahan yang diperlukan adalah sedotan dan karet.

b) Tiap tim harus cepat memindahkan karet dari titik awal ke titik akhir (baskom, ember, gelas atau wadah yang telah disediakan) dengan bantuan sedotan, dengan jarak yang tidak terlalu jauh. Karet bisa dipindahkan secara estafet dengan bantuan sedotan yang ditaruh di mulut.

Cara:

  • Kelompokkan anak dengan anggota sesuai sesuai dengan jumlah anak atau kebutuhan permainan
  • Setiap anak harus berdiri sejajar dengan jarak masing-masing 1-2 meter.
  • Beri setiap anak 1 buah sedotan dan minta mereka menempatkan sedotan di ujung mulut.
  • Letakkan sebuah wadah 1 meter di samping anak paling ujung pada setiap kelompok.
  • Berikan gelang plastik atau gelang karet pada anak yang berdiri paling awal, dan gantungkan pada ujung sedotannya. Ingatkan anak-anak untuk tidak menggunakan tangan untuk menahan gelang.
  • Setiap anak harus membawa gelang kepada teman satu tim mereka secara estafet, yang kemudian anak paling ujung meletakkannya pada baskom.
  • Masing-masing kelompok harus berhasil memasukkan 5 gelang secara estafet, dan kelompok yang lebih dulu memasukkan gelang paling banyak dalam waktu yang ditentukan, itulah yang keluar sebagai pemenangnya.

c)      Tujuan yang ingin dicapai yaitu melatih kerja sama dan konsentrasi anak

 

 2.      OPER KELERENG

Permainan tersebut dilakukan dalam bentuk tim secara bersamaan atau secara individu bergantian.

a)      Bahan yang diperlukan adalah sendok dan kelereng.

b)      Tiap tim harus adu cepat memindahkan atau mengambil kelereng dari titik awal ke titik akhir dengan bantuan sendok (boleh satu atau dua sendok secara bersamaan). Kelereng bisa dipindahkan secara estafet dengan bantuan sendok yang dipegang di tangan.

c)      Tujuan yang ingin di capai yaitu kerja sama, konsentrasi, dan keseimbangan

 

3.      PLASTIK ROL AIR

Permainan dilakukan dalam bentuk tim secara bersamaan.

a)      Bahan: Plastik rol bening rol lebar 3-4 jari, air di wadah, dan satu wadah kosong

b)      Caranya:

  • Kelompokkan anak dengan anggota sesuai sesuai dengan jumlah anak atau kebutuhan permainan
  • Setiap anak harus berdiri sejajar sambil memegang plastik rol bening yang memanjang dari wadah air  sampai dengan wadah penampung, dan seorang bertugas untuk memasukan air yang ada pada wadah kedalam plastik menggunakan tanggannya,unjung plastik dibuka oleh teman yang lain
  • Air yang dimasukan akan dialiri sampai ke wadah penampung tetapi dibantu anggota kelompok untuk mengaliri air tersebut sampai wadah penampung penuh

c)      Tujuannya adalah: Kebersamaan, kecepatan

 

 4.      BOTOL/EMBER HUJAN

a)      2 botol aqua/soda/Ember kecil yang bekas ukuran besar (untuk 2 tim, jumlah botol/ ember disesuaikan saja dengan tim yang dibentuk), 2 ember kecil (untuk 2 tim), 1 ember besar berisi air, paku untuk melubangi botol

b)      Cara bermain :

  • Bentuk 2 tim (minimal) yang masing-masing tim terdiri dari 2 anak atau lebih. Silakan sesuaikan dengan jumlah anak yang ikut bermain.
  • Lubangi botol aqua atau botol soda dengan paku atau solder. Kira-kira beri 8-10 lubang untuk setiap botol.
  • Atur jarak tempuh, misalnya 3-5 meter. Lalu letakkan ember-ember kecil untuk wadah penampungan air.
  • Setiap tim harus mengisi botol mereka dengan air dari ember besar yang disediakan dan membawanya sambil menutup lubang kebocoran dengan tangan sampai ke ember penampungan.
  • Tim yang lebih dulu memenuhi ember penampungan, dinyatakan sebagai pemenang.

c)      Tujuan yang ingin dicapai adalah melatih kerjasama tim, kekompakan, kompetisi, dan kecepatan.

 

 

KEMANDIRIAN BELAJAR

13 July 2023 13:17:05 Dibaca : 3586

By: Jumadi Mori Salam Tuasikal

Pengertian Kemandirian Belajar

Kata “mandiri” diambil dari dua istilah yang pengertiannya sering disejajarkan silih berganti, yaitu autonomy dan independence, karena perbedaan sangat tipis dari kedua istilah tersebut, independence dalam arti secara umum menunjuk pada kemampuan individu melakukan sendiri aktivitas hidup, tanpa menggantungkan bantuan kepada orang lain. Dalam kamus inggris indonesia istilah otonomi sama dengan autonomy yang berarti kemampuan untuk memerintah sendiri, mengurus sendiri atau mengatur kepentingan sendiri. Menurut Widjaja (dalam Nurhayati, 2011:130) istilah kemandirian menunjukkan adanya kepercayaan akan kemampuan diri untuk menyelesaikan masalah masalahnya tanpa bantuan khusus dari orang lain dan keengganan untuk dikontrol orang lain. Sedangkan menurut johnson dan medinnus (dalam Nurhayati, 2011:131) Pengertian kemandirian merupakan salah satu ciri kematangan yang memungkinkan individu berfungsi otonom dan berusaha kearah prestasi pribadi dan tercapainya suatu tujuan.

Dalam belajar individu dituntut untuk mandiri. Individu yang mandiri tidak bergantung pada orang lain. Menurut Ali dan Mohammad Asrori (2011: 110) bahwa “individu yang mandiri adalah yang berani mengambil keputusan dilandasi oleh pemahaman akan segala konsekuensi dari segala tindakannya”. Hal ini berarti individu yang memiliki kemandirian belajar adalah individu yang mampu mengambil keputusan dalam belajar tanpa bergantung kepada orang lain. Menurut Tirtarahardja dan Sulo, L. (2012:50) kemandirian dalam belajar diartikan sebagai aktivitas belajar yang berlangsungnya lebih didorong oleh kemaunnya sendiri, pilihan sendiri, dan tanggung jawab sendiri dari pembelajar.

Menurut Haris Mujiman (2011:1-2) belajar mandiri merupakan kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh motif untuk menguasai sesuatu kompetensi, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yag telah dimiliki. Pada intinya, orang yang mandiri itu mampu bekerja sendiri, tanggung jawab, percaya diri, dan tidak bergantung pada orang lain. Menurut Seifert dan Hoffnung (dalam Desmita, 2009:185) bahwa, “otonomi atau kemandirian belajar adalah the ability to govern and regulate one’s own thought, feelings, and actions freely adan responsibly whileovercoming feelings of shame and doubt”. Artinya otonomi atau kemandirian belajar adalah kemampuan untuk memimpin dan mengatur diri sendiri baik pikiran, perasaan, dan tingkah laku serta menghilangkan hal-hal yang meragukan dalam dirinya sendiri. Menurut Knowles (dalam Nurhayati, 2011:137) menjelaskan bahwa kemandirian belajar adalah suatu proses ketika seseorang mengambil inisiatif dengan atau pun tanpa bantuan orang dalam mendiagnosis, merumuskan, mengindentifikasi, mengimplementasi dan mengevaluasi kegiatan belajar. Hal ini berarti siswa yang mandiri dalam belajar adalah siswa yang mampu mengatur dan mengendalikan kemampuan, motivasi dan perilakunya untuk dapat menyelesaikan segala bentuk permasalahan dalam lingkungan. Sementara itu, Miarso (dalam Nurhayati, 2011:141) mengemukakan bahwa kemandirian belajar merupakan pengaturan program belajar yang diorganisasikan sedemikian rupa sehingga setiap pembelajar dapat memilih atau menentukan bahan dan kemajuan belajarnya sendiri.

Menurut Mutadin (dalam Sumar, 2014:47) menjelaskan bahwa kemandirian belajar adalah suatu sikap individu yang diperoleh secara kumulatif selama perkembangan, individu akan terus belajar untuk bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi lingkungan, sehingga individu pada akhirnya akan mampu berfikir dan bertindak sendiri dengan kemandiriannya seorang dapat memilih jalan hidupnya untuk dapat berkembang dengan lebih mantap. Selain itu, Zamroni (dalam Sumar, 2014:48) berpendapat bahwa” kemandirian belajar adalah salah satu dari tingkat kebutuhan manusia yang disebut kebutuhan otonomi, dan tercantum dalam kebutuhan akan penghargaan”.Menurut Erikson (dalam Desmita, 2009 : 185)  mengemukakan bahwa kemandirian belajar adalah usaha untuk melepaskan diri sendiri dari orang tua dengan maksud untuk menemukan dirinya melalui proses mencari indentitas ego, yaitu merupakan perkembangan ke arah individualitas yang mantap dan berdiri sendiri. Pada dasarnya perilaku kemandirian belajar mampu menganalisis permasalahan yang sulit, mampu bekerja secara individual, mampu bekerja sama dengan kelompok, dan berani mengemukakan gagasan.Sedangkan menurut Mujiman (dalam Aini, 2012:54) berpendapat bahwa kemandirian belajar dapat diartikan sebagai suatu kekuatan internal individu dan diperoleh melalui proses individuasi, yang berupa proses realisasi kedirian dan proses menuju kesempurnaan. Sedangkan Ahmad (dalam Aini, 2012:54) mengungkapkan bahwa kemandirian belajar adalah sebagai belajar mandiri, tidak menggantungkan diri pada orang lain, artinya siswa dituntut memiliki inisiatif, keaktifan dan keterlibatan dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar.

Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli tersebut, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa kemandirian belajar merupakan sikap individu khususnya siswa dalam pembelajaran yang mampu secara individu untuk menguasai kompetensi, tanpa tergantung dengan orang lain dan tanggung jawab. Siswa tersebut secara individu memiliki sikap tanggung jawab, tidak tergantung pada orang lain, percaya diri dan mampu mengontrol dirinya sendiri. Kemandirian belajar ini sangat diperlukan siswa agar pencapaian prestasi belajar dapat mencapai secara optimal.

Ciri-ciri Kemandirian Belajar

Pada hakikatnya, kemandirian belajar lebih menekankan pada cara individu untuk belajar tanpa tergantung orang lain, tanggung jawab dan mampu mengontrol dirinya sendiri. Menurut Lerner (dalam nurhayati, 2011:131) kemandirian belajar berarti kebebesan untuk mengambil inisiatif, mengatasi hambatan, melakukan sesuatu dengan tepat, gigih dalam usaha, dalam melakukan sendiri segala sesuatu tanpa bantuan orang lain.

Basir (dalam Rosyida, 2010:34) mengemukakan bahwa ciri-ciri anak yang mandiri yaitu sebagai berikut.

  1. Dapat menemukan identitas dirinya, yaitu siswa yang telah memiliki kemandirian belajar tentunya dapat mengetahui hak dan kewajiban sebagai pelajar dimana pun ia berada.
  2. Memiliki inisiatif dalam setiap langkah, yaitu siswa berusaha mengerjakan tugas-tugas atau pekerjaan rumah dengan sebaik-baiknya dan berusaha melebihi dari standar minimal yang telah di tetapkan guru, mengulang materi tanpa menunggu di perintah guru atau jika ada ujian, berusaha menemukan gagasan dan jawaban atas masalah pada saat diskusi serta maupun memanfaatkan setiap kesempatan dan peluang pada saat proses belajar mengajar bertanggung untuk memperkaya khasanah keilmuannya, miasalnya dengan mengajukan pertanyaan sebelum di minta guru.
  3. Membuat pertimbangan-pertimbangan dalam tindakannya, yaitu seseorang pembelajar mandiri mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya. Dian pun bisa mengatur jadwal yang paling sesuai untuk dirinya. Termasuk dalam pengolahan diri adalah kemampuan melakukan evaluasi atas proses yang dilakukannya dan bersikukuh untuk terus menyelesaikan proses belajar yang dijalaninya hingga tuntas.
  4. Siswa yang memiliki kemandirian belajar bertanggung jawab atas bertindakannya, yaitu penuh serta dapat menganalisis, merencanaan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan belajar mereka sendiri.
  5. Dapat mencukupi kebutuhan-kebutuhannya sendiri, yaitu siswa mampu memanfaatkan lingkungan sekitarnya untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dalam mencapai tujuan belajarnya secara optimal. Sumber-sumber belajar seperti perpustakaan telah menjadi bagian dari proses belajarnya. Sehingga individu akan dapat memanfaatkan dengan sebaik-baiknya, pembelajar mandiri juga akan menjadikan internet sebagai media untuk mencari berbagai referensi yang dibutuhkan secara bertanggung jawab. Terlebih dari itu, pembelajar mandiri juga menjadikan guru sebagai sumber ilmu tidak hanya dalam kelas, tetapi sebagai teman berdiskusi di luar kelas.

Kesimpulan  dari uraian diatas, bahwa kemandirian belajar adalah sikap mengarah pada kesadaran belajar sendiri dan segala keputusan, pertimbangan yang berhubungan dengan kegiatan belajar diusahakan sendiri sehingga bertanggung jawab sepenuhnya dalam proses belajar  tersebut.

Selain itu, Menurut Widodo (dalam Chabib Thoha, 2011: 21) bahwa ciri-ciri anak yang memiliki kemandirian belajar adalah sebagai berikut.

1. Merencanakan dan memilih kegiatan belajar sendiri.

Merencanakan dan memilih kegiatan belajar sendiri yaitu siswa mampu  mengatur waktu belajar dengan cara menyusun jadwal belajar sendiri, dapat menetapkan waktu belajar secara individu maupun kelompok, dan siswa mampu memilih kegiatan belajar secara mandiri tanpa bergantung pada teman.

2. Berinisiatif dan memacu diri untuk belajar secara terus menerus.

Berinisiatif dan memacu diri untuk belajar secara terus-menerus yaitu siswa mampu memacu dirinya untuk terus belajar, dan mampu mengembangkan inisiatif-inisiatif sendiri untuk membangkitkan kemampuannya dalam hal belajar atau memahami pelajaran, meskipun memiliki berbagai hambatan, seperti sedang sakit, atau sedang kelelahan.

3. Bertanggung jawab dalam belajar.

Bertanggung jawab dalam belajar yaitu siswa mampu bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri untuk belajar dan mengembangkan kemampuannya, dimana siswa mengetahui bahwa ia memiliki tanggung jawab untuk belajar, untuk membuat dirinya cerdas, sehingga ia tidak bergantung pada orang lain.

4. Belajar secara kritis.

Belajar secara kritis yaitu siswa dalam belajar tidak hanya mengharapkan penjelasan dari guru, akan tetapi siswa aktif belajar dari sumber mana saja, dan menggunakan kemampuannya dalam berfikir yang luas. Siswa yang belajar secara kritis sangat menyukai hal-hal yang sulit atau menantang dirinya untuk terus belajar.

5. Belajar penuh percaya diri.

Belajar penuh percaya diri yaitu dimana siswa mampu mengerjakan tugas, ataupun ujian dengan tidak mengikuti atau menyontek pekerjaan teman, selain itu, siswa yang percaya diri dalam belajar juga mempunyai kemampuan dalam mengemukakan pendapat pada saat kegiatan belajar, dan lain sebagainya.

Kesimpulan dari uraian diatas, yaitu siswa mampu merencanakan dan memilih kegiatan belajar sendiri, mampu berinisiatif dan memacu diri untuk belajar, mampu bertanggung jawab dalam belajar, mampu belajar secara kritis, dan mampu penuh percaya diri tanpa mengharapkan teman.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian Belajar Siswa

Menurut Basri (Ahmad, 2015:14) ada dua faktor yang mempengaruhi, kemandirian belajar yaitu sebagai berikut:

Pertama, faktor internal dengan tumbuhnya kemandirian belajar yang terpancar dalam fenomena antara lain:

1.      Sikap bertanggung jawab untuk melaksanakan apa yang dipercayakan dan ditugaskan.

2.      Kesadaran hak dan kewajiban siswa disiplin moral yaitu budi pekerti yang menjadi tingkah laku.

3.      Kedewasaan diri mulai konsep diri, motivasi sampai berkembangnya pikiran, karsa, cipta dan karya (secara berangsur).

4.      Kesadaran mengembangkan kesehatan dan kekuatan jasmani, rohani dengan makanan yang sehat, kebersihan dan olahraga.

5.      Disiplin diri dengan mematuhi tata tertib yang berlaku, sadar hak dan kewajiban, keselamatan lalu lintas, menghormati orang lain, dan melaksanakan kewajiban.

Kedua, faktor eksternal sebagai pendorong kedewasaan dan kemandirian belajar meliputi: potensi jasmani rohani yaitu tubuh yang sehat dan kuat, lingkungan hidup, dan sumber daya alam, sosial ekonomi, keamanan dan ketertiban yang mandiri, kondisi dan suasana keharmonisan dalam dinamika positif atau negatif sebagai peluang dan tantangan meliputi tatanan budaya dan sebagainya secara komulatif.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar iyalah, faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi Sikap bertanggung jawab, kesadaran hak, kewajiban Kedewasaan diri mulai konsep diri serta faktor eksternal yaitu kesadaran mengembangkan kesehatan dan kekuatan jasmani rohani, kebersihan dan disiplin diri.

PEMAHAMAN DIRI

13 July 2023 13:10:16 Dibaca : 5359

By: Jumadi Mori Salam Tuasikal

Pengertian Pemahaman Diri

Masa remaja merupakan  masa yang  paling indah sekaligus masa yang di anggap sebagai masa yang penuh dengan stress sebab pada masa ini remaja memiliki keinginan akan kebebasan dalam menentukan kehidupan mereka. Dalam masa ini remaja juga masih sangat labil dan mudah terpengaruh oleh kehidupan disekitarnya. Remaja sebagai generasi penerus diharapkan bisa menjadi individu yang bermakna di  kemudian hari, maka dari itu di perlukan pemahaman diri yang baik, hal ini sangat diperlukan bagi mereka dalam menjalani kehidupan sehingga diperoleh gambaran yang  jelas tentang dirinya. Menurut Sobur (2013 : 499) mengemukakan bahwa diri ialah komposisi pikiran dan perasaan yang menjadi kesadaran seseorang mengenai eksistensi individualitasnya, pengamatannya tentang apa yang merupakan miliknya, pengertiannya mengenai siapakah dia itu, dan perasaannya tentang sifat-sifatnya, kualitasnya, dan segala miliknya.

Walgito (2010 : 206) bahwa pemahaman diri dimaksudkan untuk membantu siswa agar dapat mengetahui dan memahami siapa sebenarnya dirinya. Para siswa diharapkan dapat mengetahui dan memahami potensi, kemampuan, minat, bakat, dan cita – citanya. Menurut Santrock (2007 : 177) Pemahaman diri (Self Understanding) adalah representatif kongnitif anak mengenai diri (self), dan merupakan substansi dan isi dari konsep diri anak.

Menurut Winkel (dalam Fitria 2013 : 44) pemahaman diri adalah mengenal diri sendiri secara lebih mendalam dan menetapkan tujuan – tujuan yang ingin dicapai, serta membentuk nilai –nilai (Valves) yang akan menjadi pegangan selama hidupnya. Desmita (2010:180) juga mengemukakan bahwa pemahaman diri (sense of self) adalah suatu struktur yang membantu individu mengorganisasikan dan memahami tentang siapa dirinya, yang didasarkan atas pandangan orang lain, pengalaman-pengalamannya sendiri, dan atas dasar penggolongan budaya, seperti gender, ras, dan sebagainya.

Dari beberapa uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pemahaman diri adalah gambaran individu tentang apa yang ada dalam dirinya, mencakup kelebihan dan kekurangan, minat dan bakat, serta nilai-nilai dalam diri, atau bisa dikatakan bahwa pemahaman diri merupakan cara individu menilai tentang siapa dirinya.

Faktor yang mempengaruhi pemahaman diri

Berdasarkan uraian tentang pemahaman diri yang telah di bahas di atas, maka dapat dikatakan bahwa setiap individu mempunyai tingkatan pemahaman diri yang berbeda-beda. Dalam hal ini terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi pemahaman diriseperti yang di kemukakan oleh Komang Seniawati,et al (2014) bahwa pemahaman diri (minat, abilitas, kepribadian, nilai dan sikap, kelebihan dan kekurangan) dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Kepribadian yang terbuka berkontribusi positif terhadap pemahaman  diri, sedangkan kepribadian tertutup adalah faktor penghambat dalam pemahaman diri. Faktor eksternal (lingkungan) yang mempengaruhi pemahaman diri antara lain lingkungan keluarga, teman sebaya, dan lingkungan sekolah. Kedua faktor ini tentu saja sangat berpengaruh terhadap pemahaman diri individu dimana dalam faktor internal terdapat dalam diri sendiri sehingga ketika seseorang yang memiliki kepribadian tertutup akan sangat sulit untuk berkomunikasi dengan orang lain, sesuatu yang ia rasakan baik itu senang ataupun sedih akan dia pendam sendiri. Sedangkan untuk faktor eksternal adalah tentang lingkungan dimana dirinya tinggal, belajar dan bergaul dengan orang-orang disekitarnya.

Tujuan pemahaman diri

Setiap individu harus bisa mengenali siapa diri mereka, memahami potensi yang ada dalam diri, serta mengetahui kelebihan dan kekurangan masing-masing, ini sangat dibutuhkan untuk mengembangkan kemampuan dalam diri individu. Hal ini dikarenakan agar individu tersebut mampu menjalani kehidupan mereka sesuai yang diharapkan.

 Adapun dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Anjanisari dan Asri (2013) mereka menyebutkan tujuan dari pemahaman diri adalah :

1. Pemahaman diri memberikan dasar identitas diri yang rasional.

2. Pemahaman diri membantu individu merencanakan karier dan menjalin hubungan yang lebih intim dengan orang lain.

3. Pemahaman diri membantu individu memberikan arah dan tujuan hidup.

4. Pemahaman diri membantu meningkatkan konsep diri individu dan membantu individu mencapai keberhasilan.

KEMAMPUAN ADAPTASI

13 July 2023 13:00:58 Dibaca : 11160

By: Jumadi Mori Salam Tuasikal

Pengertian Adaptasi

Adaptasi merupakan suatu proses yang dilakukan individu untuk menyesuaikan dirinya sesuai dengan keadaan lingkungan yang ada. Adaptasi ini diperlukan oleh makhluk hidup termaksud manusia dibumi, karena setiap lingkungan dibumi memiliki karakteristik sendiri. Seperti ketika seseorang yang belum terbiasa dengan lingkungan yang baru dengan gaya bahasa yag berbeda maka ia belajar untuk menyesuaikan dirinya sesuai dengan keadaan lingkungan sekitarnya. Adaptasi sangat diperlukan oleh individu untuk mempertahankan dirinya.

Menurut Gerungan “adaptasi adalah suatu penyesuaian pribadi terhadap lingkungan, penyesuaian ini dapat berarti mengubah diri pribadi sesuai dengan keadaan lingkungan, juga dapat berarti mengubah lingkungan sesuai dengan keinginan pribadi” (dalam Winata, 2014:13). Adaptasi menjadi salah satu hal penting bagi setiap indivudu karena dengan beradaptasi seorang individu dapat menyesuaikan dirinya dengan keadaan lingkungan, serta belajar menempatkan diri diantara individu-individu yang lain maupun kelompok masyarakat lainnya, agar ia dapat bertahan hidup. Setiap individu memiliki cara tersendiri untuk dapat beradaptasi.

Menurut Gerungan (dalam Ismawati, 2015:40) “kemampuan adaptasi adalah mengubah diri sendiri sesuai dengan lingkungan dan juga mengubah lingkungan sesuai dengan keinginannya tanpa menimbulkan konflik bagi diri sendiri dan tidak melanggar norma-norma masyarakat”. Individu yang mulai beradaptasi akan menyesuaikan dirinya sesuai dengan keadaan lingkungan tempat ia berada, ia mulai menyesuaikan dirinya ditengah-tengah masyarakat tanpa menimbulkan masalah pada lingkungan tersebut.  

Menurut Suparlan (dalam Sitepu, 2012:9), adaptasi itu sendiri pada hakekatnya adalah suatu proses untuk memenuhi syarat-syarat dasar untuk tetap melangsungkan kehidupan. Syarat-syarat dasar tersebut mencakup:

1. Syarat dasar alamiah-biologi (manusia harus makan dan minum untuk menjaga kesetabilan temperatur tubuhnya agar tetap berfungsi dalam hubungan harmonis secara menyeluruh dengan organ-organ tubuh lainya).

2. Syarat dasar kejiwaan (manusia membutuhkan perasaan tenang yang jauh dari perasaan takut, keterpencilan gelisah).

3. Syarat dasar sosial (manusia membutuhkan hubungan untuk dapat melangsungkan keturunan, tidak merasa dikucilkan, dapat belajar mengenai kebudayaanya, untuk dapat mempertahankan diri dari serangan musuh).

Adaptasi menjadi suatu hal yang sering dilakukan individu ketika memasuki lingkungan yang baru. Adaptasi sangat diperlukan agar tercipta suasana yang menyenangkan dan rasa nyaman dalam sebuah lingkungan, terutama apabila individu akan tinggal dalam jangka waktu yang lama dalam lingkungan tersebut. Mahasiswa yang dapat menyesuaikan diri dengan individu lain adalah mahasiswa yang mudah bergaul dan pandai membawa diri dengan lingkungan sosial yang baru. Penyesuaian diri terhadap individu antara satu sama lain merupakan keberhasilan mahasiswa dalam berinteraksi di masyarakat dan lingkungan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa adaptasi adalah usaha manusia atau makhluk hidup lainya untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan tertentu dalam mendayagunakan sumberdaya untuk menanggulangi atau menghadapi masalah yang mendesak.  Jadi adaptasi sangat penting karena adaptasi sangat berkaitan dengan kelangsungan hidup sebab, jika makin besar kemampuan beradaptasi, makin besar kemungkinan bertahan hidup.

Dengan kemampuan adaptasi yang besar, individu dapat menempati habitat yang beragam karena manusia merupakan contoh jenis makhluk hidup yang mempunyai kemampuan yang besar dalam beradaptasi. Jadi beradabtasi sangat penting untuk kelangsungan hidup setiap individu.

Kemampuan Beradaptasi

.Kemampuan beradaptasi merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari oleh setiap individu, adaptasi memerlukan kecakapan untuk mempertimbangkan apa yang akan dilakukannya agar dapat diterima dengan baik di lingkungan barunya. Setiap individu memiliki cara tersendiri untuk beraptasi.

Menurut Semiun (dalam Isnawati, 2014:41), kemampuan beradaptasi adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan kebutuhan internal, ketegangan, frustasi, konflik. Indikator untuk mengukur kemampuan beradaptasi adalah sebagai berikut:

a. Pengetahuan diri (Self Knowledge) adalah kemampuan mengetahui potensi-potensi dan kekurangan yang dimiliki.

b. Objektifitas diri (Self Objectivity) adalah kemampuan untuk berperilaku dan berpikir secara objektif.

c. Mengontrol diri (Self Control) adalah kemampuan untuk mengendalikan emosi, pikiran, kebiasaan, sikap dan tingkah laku saat mengatasi masalah yang dihadapi, serta mampu mengembangkan diri untuk menjadi lebih baik.

d. Hubungan interpersonal yang baik (Good Interpersonal Relationship), adalah kemampuan untuk menunjukkan hubungan interpersonal yang baik dengan orang lain.

e. Kepuasan kerja (Satisfaction in Work), adalah rasa puas yang diperoleh dari segala aktivitas belajar.

Menurut Fahmi (dalam Ismawati, 2015:40), “mendefinisikan kemampuan beradaptasi sebagai suatu proses dinamika yang berkesinambungan yang bertujuan untuk mengubah kelakuan guna mendapatkan hubungan yang lebih serasi antara diri dengan lingkungan”. Artinya dalam proses adaptasi seorang individu akan belajar untuk mengubah dirinya sesuai dengan lingkungan tempat ia berada agar dapat memiliki hubungan yang lebih baik.

Kemampuan beradaptasi pada manusia berbeda dengan kemampuan beradaptasi tumbuhan dan hewan. Kemampuan beradaptasi manusia lebih terlihat pada perubahan perilaku dan budayanya sebagai respons yang tepat terhadap tantangan dari lingkungannya. Kemampuan berdaptasi pada manusia di muka bumi dengan kondisi lingkungan yang berbeda akan menimbulkan bentuk adaptasi yang berbeda pula, misalnya cara berpakaian, intonasi suara, berbahasa, dan sebagainya.

Secara keseluruhan adaptasi itu akan membentuk pola-pola kebudayaan yang berbeda- beda yang tersebar di permukaan bumi, sehingga membentuk wilayah kebudayaan. Misalnya, mahasiswa yang menuntut ilmu di luar daerah, belajar beradaptasi dengan lingkungan yang ada. Seperti ketika seorang mahasiswa yang berasal dari luar daerah Gorontalo yang memutuskan untuk tinggal di daerah Gorontalo dengan rentang waktu yang cukup lama, mereka belajar menyesuaikan dirinya dengan kondisi lingkungan yang ada seperti, mereka  belajar untuk mengonsumsi makan yang belum pernah di makan sebelumnya, belajar menyesuaikan diri dengan kondisi alam yang tadinya di tempat mereka yang memiliki kondisi alam dengan suhu yang cukup dingin namun karena tinggal di daerah Gorontalo yang memiliki kondisi alam dengan suhu yang cukup panas sehingga mengakibatkan kulit mereka menjadi gelap dan kusam.

Kemampuan beradaptasi seorang individu dapat berjalan dengan baik apabila individu tersebut mampu menempatkan dirinya sesuai dengan keadaan lingkungan yang ada.

Lingkungan Sebagai Penentu Adaptasi

Adaptasi menjadi suatu hal yang sering dilakukan individu ketika memasuki lingkungan yang baru, adaptasi juga memerlukan kemampuan individu untuk memahami tingkah laku yang berbeda dari individu lainnya, dalam proses adaptasi ada beberapa lingkungan yang dapat menjadi penentu seseorang individu dapat beradaptasi dengan baik.

Menurut Gerungan (2010:215), ada beberapa  lingkungan yang menjadi penentu adaptasi yaitu:

a. Keluarga

Keluarga merupakan suatu unit terkecil dari masyarakat. Menurut Herabudin (2015:68), “keluarga merupakan kelompok primer yang paling penting didalam masyarakat”. Keluarga juga merupakan faktor terpenting dimana ia menjadi salah satu penentu proses adaptasi yang baik, seorang individu pertama kali melakukan interaksi sosialnya dengan keluarga, menyesuaikan dirinya dengan keadaan keluarganya yang nantinya akan ia bawah dan ia kembangkan dalam lingkungan masyarakat. Apabila dalam lingkungan keluarga antara anak dan orang tua yang memiliki hubungan kurang baik maka dapat menjadi hambatan dalam proses adaptasi dan apabila hubungan anak dan orang tua yang terbilang harmonis akan membuat anak tersebut mampu beradaptasi dengan baik.

b. Teman Sebaya

Teman sebaya adalah lingkungan sosial pertama dimana seorang anak belajar untuk hidup dengan orang lain yang bukan anggota keluarganya. Teman sebaya merupakan sekumpulan anak-anak atau individu yang berkumpul dan memiliki tingkat usia yang hampir sama serta memiliki kesamaan tujuan. Dalam kelompok teman sebaya seorang anak dapat belajar beradaptasi dengan teman-temannya. Mereka belajar memahami teman-temannya dan merasa senang apabila diterima dalam kelompok sebayanya, sebaliknya mereka juga akan merasa sangat tertekan dan cemas apabila dikeluarkan dan diremehkan oleh kawan-kawan sebayanya. Jadi teman sebaya juga menjadi salah satu penentu seorang individu untuk dapat beradaptasi dengan baik dalam lingkungan masyarakat setelah keluarga.

c. Masyarakat

Masyarakat merupakan sekumpulan orang-orang yang membentuk satu kelompok yang hidup bersama-sama dan saling membantu dalam satu wilayah. Masyarakat merupakan salah satu wadah untuk seorang individu dapat beradaptasi. Hidup dalam lingkungan masyarakat mengharuskan seorang individu untuk dapat belajar menyesuaikan dirinya, belajar mengikuti peraturan-peraturan yang ada, belajar menghargai norma-norma yang berlaku. Jadi, masyarakat merupakan salah satu lingkungan yang dapat menentu suatu proses adaptasi.

d. Lembaga Pendidikan ( Kampus )

Kampus adalah salah satu tempat pendidikan (universitas) dimana terdapat mahasiswa yang datang dari berbagai daerah untuk menuntut ilmu sesuai dengan jurusan yang diambil. Dalam lingkungan universitas setiap individu belajar menyesuaikan dirinya, belajar mengikuti peraturan-peraturan yang dibuat oleh universitas. Selain itu didalam universitas banyak pula terdapat mahasiswa yang berasal dari daerah yang berbeda-beda, dengan cara bicara yang terdengar asing, dengan logat yang berbeda, terutama untuk individu yang memilih untuk melanjutkan studinya diluar daerah, didaerah yang berbeda dengan daerah ia berasal. Maka sebagai seorang individu yang berada ditengah-tengah masyarakat yang masih terasa asing maka ia belajar beradaptasi dengan lingkungan tersebut. Jadi perguruan tinggi (kampus) merupakan salah satu lingkungan yang dapat menjadi penentu suatu proses adaptasi. Setiap orang yang belajar beradaptasi, selalu membutuhkan proses agar mereka mampu menyesuaikan dirinya ditengah-tengah lingkungan yang ada. Dalam proses adaptasi keluarga, teman sebaya, masyarakat serta kampus adalah lingkungan yang menjadi penentu suatu proses adaptasi. Apabila dalam proses adaptasi seorang individu memiliki hubungan yang baik antara keluarga, teman sebaya, masyarakat serta lingkungan kampus tempat ia menuntut ilmu yang baik,  maka akan menghasilkan suatu proses adaptasi yang baik. Begitupun sebaliknya jika individu tersebut memiliki hubungan yang kurang baik antara keluarga, teman sebaya, masyarakat serta lingkungan kampus yang kurang baik maka proses adaptasinya pun akan kurang baik.

Proses Adaptasi

Proses adaptasi merupakan tanggapan manusia untuk melangsungkan kehidupanya di masa sekarang dan masa depan sebagai kelanjutan dari kehidupanya di masa lalu, dan sebagai hasil interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya karena manusia merupakan makhluk sosial dimana ia membutuhkan pergaulan dengan orang lain, bergaul dengan teman-teman sebayanya, ia pun tidak lagi hanya memberi kontak sosial tetapi ia juga menerima kontak sosial. Ia mulai mengerti bahwa dalam kelompok sepermainanya terdapat peraturan-peraturan tertentu, norma-norma sosial yang seharusnya ia patuhi dengan rela guna dapat melanjutkan hubungannya dengan kelompok tersebut secara lancar. Proses adaptasi yang dilakukan mahasiswa yang berasal dari luar kota Gorontalo mereka belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman yang baru dengan cara mereka melakukan kegiatan-kegiatan seperti membuat tugas kelompok, jalan-jalan bersama, olahraga bersama dan melakukan sesuatu selalu bersama meski bahasa yang digunakan masi ada campuran bahasa dari daerah mereka berasal. Jadi proses adaptasi sangatlah penting untuk setiap individu yang memiliki keinginan untuk belajar menyesuaikan dirinya ditengah-tengah lingkungan yang baru ia kenal, selain itu ia juga dapat menempatkan dirinya diantara orang-orang yang terasa asing untuknya. Waktu tinggal yang lebih lama akan lebih mudah untuk beradaptasi dengan lingkungan fakultas dikarenakan dapat lebih banyak mempelajari tentang masyarakat, budaya serta kebiasaan orang Gorontalo, sementara yang waktu tinggalnya masih baru, tentunya akan mengalami proses yang lambat akan proses adaptasinya dengan masyarakat setempat. Sebagai mahasiswa yang baru mengenal dunia baru, teman baru, suasana baru, gaya bahasa yang baru serta budaya yang baru.

Faktor Penghambat dan Pendukung Proses Adaptasi

Adaptasi atau yang lebih sering dikenal dengan penyesuaian diri merupakan hal yang harus dilakukan ketika seorang individu memasuki lingkungan dan situasi baru, setiap individu akan mengalami masalah dalam suatu proses adaptasi, baik yang menjadi penghambat maupun pendukung dalam proses adaptasi tersebut. Menurut Gerungan (dalam Winata, 2014:15), faktor yang menjadi penghambat dan pendukung proses adaptasi yaitu:

a. Faktor Penghambat dalam Proses Adaptasi

Proses adaptasi antarbudaya melibatkan perubahan identitas dan hambatan bagi para mahasiswa pendatang. Hamabatan yang dimaksud adalah sebagai berikut: (1) Perbedaan-perbedaan dalam keyakinan inti, nilai-nilai, dan norma-norma situasional antara di tempat asal dan di tempat baru, (2) Hilangnya gambaran-gambaran budaya asal yang dipegang dan semua citra dan simbol yang familiar yang menandakan bahwa identitas yang dulu familiar dari para pendatang baru telah hilang, (3) Rasa ketidakmampuan para pendatang dalam merespons peraturan baru secara tepat dan efektif.

b. Faktor Pendukung dalam Proses Adaptasi

Proses adaptasi antarbudaya melibatkan perubahan identitas dan dukungan bagi para mahasiswa pendatang. Dukungan yang dimaksud adalah sebagai berikut: (1) Rasa tenteram dan meningkatnya harga diri, (2) Fleksibilitas dan keterbukaan kognitif, (3) Kompetensi dalam interaksi sosial dan meningkatnya kepercayaan diri dan rasa percaya pada orang lain. Manusia sebagai makhluk sosial seringkali tidak dapat menghindari keadaan yang memaksa mereka untuk memasuki sebuah lingkungan atau budaya yang baru serta berinteraksi dengan orang-orang dari lingkungan dan budaya baru tersebut. Padahal untuk memasuki dan memahami lingkungan dari budaya yang baru merupakan hal yang tidak mudah. Banyak kendala dan hambatan yang akan timbul dalam proses adaptasi yang terjadi. Dalam proses awal terjadinya adaptasi tentunya akan dihadapi beberapa hambatan-hambatan, hambatan-hambatan tersebut sangat wajar, karena dalam penyesuaian-penyesuaian itu terjadi pertimbangan-pertimbangan yang sering dihadapi, hambatan disini antara lain hambatan dalam segi pola hidup sehari-hari, seperti cara makan, bahasa, interaksi social, fasilitas umum, seni budaya dan tradisi. Selain itu dalam proses adaptasi dibutuhkan komunikasi yang baik antara sesama individu karena dengan berkomunikasi dapat terjalinnya suatu proses adaptasi yang baik. Baik komunikasi secara langsung atau komunikasi secara tidak langsung. Menurut Herabudin (2015:213), “ada dua cara menyampaikan komunikasi yaitu: 1). Komunikasi secara langsung, pihak komunikator menyampaikan pesannya secara langsung kepada pihak komunikan. 2). Komunikasi secara tidak langsung, pihak komunikator menyampaikan pesannya kepada pihak komunikan melalui perantara pihak ketiga”.  Dengan menjalin komunikasi yang baik antara sesama mahasiswa yang berasal dari daerah yang berbeda akan  menciptakan suatu proses adaptasi yang baik dan merekapun dapat mengenal seperti apa bahasa yang mereka pelajari dengan teman-teman yang berasal dari daerah lain, yang memiliki bahasa yang berbeda dengan mereka. Jadi, komunikasi sangat penting untuk menunjang seorang individu dalam melakukan suatu proses adaptasi dengan lingkungan yang baru ia kenal, dengan berkomunikasi ia mampu memahami seperti apa kehidupan didaerah Gorontalo yang mungkin sangat jauh berbeda dengan kehidupan yang ada didaerah mereka berasal.