KATEGORI : PENDEKATAN KONSELING

TEORI-TEORI PERUBAHAN TINGKAH LAKU

10 February 2024 16:54:10 Dibaca : 233

By: Jumadi Mori Salam Tuasikal

Terdapat beberapa teori perubahan tingkah laku yang memberikan pemahaman tentang bagaimana individu dapat mengalami perubahan dalam perilaku mereka. Beberapa teori yang relevan antara lain:

Teori Pembelajaran Klasik (Classical Conditioning):

Pengembangan oleh Ivan Pavlov, teori ini menunjukkan bahwa tingkah laku dapat diubah melalui asosiasi antara stimulus yang tidak terkondisikan dengan stimulus yang terkondisikan. Contohnya, respons terhadap sesuatu dapat berubah melalui hubungan antara stimulus dan respons.

Teori Pembelajaran Operant (Operant Conditioning):

B.F. Skinner mengembangkan teori ini, yang menekankan konsekuensi dari suatu tingkah laku sebagai faktor penting dalam pembentukan dan perubahan tingkah laku. Penguatan positif dan negatif, serta hukuman, digunakan untuk memodifikasi tingkah laku.

Teori Sosial Kognitif (Social Cognitive Theory):

Dipopulerkan oleh Albert Bandura, teori ini menekankan pentingnya proses kognitif dalam pembelajaran dan perubahan tingkah laku. Imitasi, observasi, dan faktor kognitif, seperti keyakinan diri, memainkan peran penting dalam proses perubahan tingkah laku.

Teori Pembelajaran Kognitif (Cognitive Learning Theory):

Jean Piaget dan Lev Vygotsky adalah beberapa tokoh yang berkontribusi pada teori ini. Teori pembelajaran kognitif menekankan bahwa perubahan tingkah laku dapat terjadi melalui perubahan kognitif, seperti pemahaman, persepsi, dan penyelesaian masalah.

Teori Model Kesehatan Percayaan (Health Belief Model):

Teori ini mencoba menjelaskan perubahan tingkah laku terkait kesehatan. Model ini menganggap bahwa keputusan untuk mengadopsi perilaku kesehatan tergantung pada persepsi individu tentang risiko kesehatan dan manfaat dari perubahan perilaku tersebut.

Teori Transteoritis (Transtheoretical Model - Stages of Change):

Dikembangkan oleh James O. Prochaska dan Carlo C. DiClemente, teori ini mengidentifikasi lima tahap perubahan tingkah laku: prakontemplasi, kontemplasi, persiapan, tindakan, dan pemeliharaan. Individu dapat berada pada tahap yang berbeda-beda dalam perubahan tingkah laku mereka.

Teori Pemberdayaan (Empowerment Theory):

Teori ini fokus pada pemberdayaan individu untuk merencanakan, mengontrol, dan mengevaluasi hidup mereka sendiri. Pemberdayaan dapat menjadi kunci dalam perubahan tingkah laku, karena individu merasa memiliki kontrol atas keputusan dan tindakan mereka.

Pemahaman terhadap teori-teori ini dapat membantu para praktisi, termasuk dosen, konselor, dan pemimpin organisasi, dalam merancang strategi perubahan tingkah laku yang efektif. Setiap teori memiliki pendekatan yang unik terhadap perubahan tingkah laku, tergantung pada konteks dan tujuan yang spesifik.

 

Art Konseling: Membuka Pintu Ekspresi dan Penyembuhan

10 February 2024 16:17:15 Dibaca : 44

By: Jumadi Mori Salam Tuasikal

Konseling seni, atau Art Therapy, telah menjadi pendekatan yang semakin diterima dan diakui dalam dunia kesehatan mental. Metode ini memanfaatkan seni sebagai sarana untuk membantu individu mengatasi berbagai tantangan emosional, psikologis, dan sosial. Dalam konteks ini, seni bukan hanya sebagai hasil akhir yang indah tetapi juga sebagai proses yang mendalam untuk mengeksplorasi diri dan memulai perjalanan penyembuhan. Berikut adalah beberapa aspek utama yang perlu dipahami tentang konsep Art Counseling.

1. Kreativitas sebagai Pintu Masuk Ke Dalam Diri:

Art Counseling mengakui kreativitas sebagai sarana untuk memahami diri sendiri. Melibatkan klien dalam penciptaan seni memberikan kesempatan unik untuk mengeksplorasi perasaan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Seni bukan hanya hasil akhir tetapi juga sebuah proses di mana klien dapat menemukan makna dan pemahaman yang lebih dalam tentang diri mereka sendiri.

2. Ekspresi Non-Verbal dan Metafora Visual:

Bentuk seni memberikan saluran ekspresi non-verbal yang membebaskan klien dari keterbatasan kata-kata. Melalui gambar, warna, dan bentuk, klien dapat mengungkapkan pengalaman, perasaan, dan pikiran mereka dengan cara yang abstrak atau metaforis. Hal ini dapat membantu membuka pintu kepada pemahaman yang lebih dalam tentang aspek-aspek tertentu dalam kehidupan klien.

3. Menangani Trauma dan Emosi yang Sulit:

Art Counseling sangat efektif dalam menangani trauma dan emosi yang sulit. Untuk individu yang kesulitan mengungkapkan perasaan mereka setelah mengalami kejadian traumatis, seni memberikan bentuk terapeutik yang aman dan mendalam. Proses penciptaan seni dapat membantu mengurangi ketegangan dan memfasilitasi proses penyembuhan.

4. Proses Kreatif sebagai Refleksi Diri:

Penciptaan seni melibatkan proses kreatif yang mendorong refleksi diri. Menganalisis karya seni yang dihasilkan membantu klien dan konselor untuk meresapi makna simbolik, warna, dan bentuk yang digunakan. Ini membuka dialog yang lebih dalam tentang pengalaman hidup dan persepsi diri.

5. Mendorong Pemecahan Masalah dan Kreativitas:

Art Counseling tidak hanya membantu dalam mengeksplorasi masalah, tetapi juga mendorong pemikiran kreatif dan solusi. Proses kreatif ini dapat memberikan pandangan baru terhadap tantangan dan membantu individu menemukan cara yang lebih inovatif untuk mengatasi kesulitan hidup.

6. Terapi Kelompok dan Membangun Dukungan Sosial:

Terapi seni juga efektif dalam konteks kelompok. Membagikan karya seni dengan orang lain dapat membangun dukungan sosial dan menciptakan lingkungan yang mendukung. Proses berbagi ini menciptakan kesempatan untuk belajar dari pengalaman dan pandangan orang lain.

Art Counseling adalah alat yang kuat dalam membuka pintu ke dunia emosional dan psikologis. Dalam keterbatasan kata-kata, seni memberikan bahasa baru yang memungkinkan individu untuk menyampaikan, memahami, dan merayakan keunikan mereka. Bagi para konselor, seni bukan hanya metode terapeutik, tetapi juga sebuah perjalanan kolaboratif untuk menyembuhkan dan memperkaya kehidupan klien.

 

 

PEMANFAATAN SENI DALAM KONSELING

10 February 2024 16:14:17 Dibaca : 28

By: Jumadi Mori Salam Tuasikal

Memanfaatkan seni dalam konseling, atau yang sering disebut sebagai "Art Therapy" (Terapi Seni), dapat menjadi pendekatan yang efektif untuk membantu individu dalam menjelajahi dan mengungkapkan perasaan, pengalaman, dan pemikiran mereka. Pemanfaatan seni dalam konseling memberikan alternatif kepada metode verbal tradisional, memungkinkan klien untuk mengekspresikan diri dengan cara yang lebih kreatif. Berikut adalah beberapa konsep yang terkait dengan pemanfaatan seni dalam konseling:

Ekspresi Non-Verbal: Seni memberikan cara alternatif untuk menyampaikan pikiran dan perasaan tanpa ketergantungan pada kata-kata. Beberapa individu mungkin merasa sulit untuk mengungkapkan diri secara verbal, dan seni memberikan saluran untuk ekspresi non-verbal yang lebih bebas.

Refleksi dan Introspeksi: Proses seni sering kali dapat memicu refleksi dan introspeksi yang mendalam. Melibatkan klien dalam penciptaan seni mereka sendiri dapat membantu mereka memahami makna dan relevansi dari karya seni mereka, yang kemudian dapat dianalisis bersama dengan konselor.

Simbolisme dan Metafora: Karya seni seringkali penuh dengan simbolisme dan metafora yang dapat membantu menggali makna yang mungkin sulit diungkapkan secara langsung. Menganalisis elemen-elemen visual dalam seni dapat membantu konselor dan klien memahami makna yang lebih mendalam.

Proses Kreatif:  Terlibat dalam proses kreatif dapat memberikan perasaan pencapaian dan keberhasilan, yang dapat meningkatkan rasa harga diri klien. Hal ini juga dapat memberikan klien perasaan kendali dan kepemilikan terhadap proses penyembuhan mereka.

Terapi Kelompok: Seni juga dapat digunakan dalam konteks terapi kelompok, di mana peserta dapat berbagi karya seni mereka dan mendukung satu sama lain. Hal ini dapat menciptakan lingkungan yang mendukung dan mempromosikan pertukaran pengalaman.

Terapi Pasca Trauma: Bagi individu yang mengalami trauma, seni dapat menjadi cara yang aman untuk memproses pengalaman traumatis tanpa harus mengungkapkannya secara verbal. Pemakaian warna, bentuk, dan tekstur dapat membantu meredakan ketegangan dan mengatasi dampak psikologis trauma.

Kreativitas sebagai Alat Pengatasi: Menggunakan seni sebagai alat pengatasi dapat membantu individu mengatasi stres, kecemasan, dan depresi. Melibatkan klien dalam proyek seni kreatif dapat meningkatkan kreativitas mereka dan memberikan outlet untuk ekspresi emosional positif.

Pemanfaatan seni dalam konseling menciptakan ruang yang kreatif dan mendukung, di mana individu dapat mengeksplorasi diri mereka dengan cara yang unik dan pribadi. Penting bagi konselor untuk memiliki pemahaman yang mendalam tentang seni dan kemampuan untuk memandu klien melalui proses ini dengan sensitivitas dan keahlian

 

SEJARAH BIMBINGAN DAN KONSELING DUNIA DI ABAD KE-20

06 February 2024 19:04:08 Dibaca : 387

By: Jumadi Mori Salam Tuasikal

Sejarah berdirinya bimbingan dan konseling profesional di dunia melibatkan perkembangan yang terjadi sepanjang abad ke-20. Beberapa titik penting dalam sejarah ini termasuk:

Awal Abad ke-20: Sebagai respons terhadap kebutuhan masyarakat yang berkembang, institusi pendidikan dan organisasi mulai menyadari pentingnya menyediakan dukungan emosional dan bimbingan kepada individu. Namun, pada awalnya, bimbingan dan konseling cenderung terfokus pada aspek pendidikan dan karier.

Peran Pionir:  Pada tahun 1908, Jesse B. Davis dianggap sebagai pionir dalam bidang konseling ketika ia memulai pekerjaannya di YMCAs di Amerika Serikat. Pada tahun 1913, Frank Parsons mempublikasikan bukunya yang berjudul "Choosing a Vocation," yang bertujuan memberikan bimbingan karier kepada individu.

Pengaruh Perang Dunia I dan II:  Perang Dunia I dan II memberikan dorongan signifikan bagi perkembangan bimbingan dan konseling profesional. Pada saat itu, banyak prajurit dan warga sipil mengalami kesulitan penyesuaian dan trauma pasca-perang. Ini memicu pertumbuhan konseling sebagai disiplin untuk membantu individu mengatasi tantangan mental dan emosional.

Peran Lembaga Pendidikan: Pada tahun 1950-an dan 1960-an, lembaga-lembaga pendidikan seperti universitas dan sekolah mulai mendirikan program-program formal dalam bidang bimbingan dan konseling. Ini membantu membangun dasar profesionalisme dan standar etika dalam praktik konseling.

Pendirian Organisasi Profesional: Pada tahun 1952, American Personnel and Guidance Association (APGA) didirikan, yang kemudian berkembang menjadi American Counseling Association (ACA) pada tahun 1983. Organisasi serupa di seluruh dunia, seperti British Association for Counselling and Psychotherapy (BACP) di Inggris, juga muncul untuk mengatur dan mengembangkan profesi ini.

Pengaruh Gerakan Kepribadian dan Psikologi Humanistik: Pada tahun 1950-an dan 1960-an, perkembangan teori-teori kepribadian seperti teori Rogerian oleh Carl Rogers dan pendekatan humanistik memainkan peran penting dalam membentuk paradigma konseling modern. Pemahaman yang lebih dalam tentang hubungan klien-konselor dan pendekatan yang berpusat pada individu menjadi inti dari praktik konseling.

Pengakuan Global: Seiring dengan perkembangan globalisasi, praktik bimbingan dan konseling berkembang di seluruh dunia. Berbagai negara memiliki pendekatan dan standar etika yang berbeda, tetapi ada upaya untuk meningkatkan kerjasama dan mengakui persamaan dalam praktik konseling.

Pada dasarnya, sejarah bimbingan dan konseling mencerminkan evolusi tanggapan terhadap kebutuhan individu dan masyarakat dalam mengatasi tantangan psikologis, emosional, dan karier. Disiplin ini terus berkembang seiring waktu dengan penelitian, inovasi, dan adaptasi terhadap perubahan sosial dan budaya.

 

40 TEKNIK KONSELING DIANTARA YANG LAINNYA

15 June 2023 17:58:44 Dibaca : 180

By: Jumadi Mori Salam Tuasikal

  1. Scaling;
  2. Exceptions;
  3. Problem-free talk;
  4. Miracle question;
  5. Flagging the minefield
  6. I-messages;
  7. Acting as if;
  8. Spitting in the soup;
  9. Mutual storytelling;
  10. Paradoxical intention
  11. Empty chair;
  12. Body movement and exaggeration;
  13. Role reversal
  14. Visual/guided imagery;
  15. Deep breathing;
  16. Progressive muscle relaxation training (PMRT)
  17. Self-disclosure;
  18. Confrontation;
  19. Motivational interviewing;
  20. Strength bombardment
  21. Self-talk;
  22. Reframing;
  23. Thought stopping;
  24. Cognitive restructuring;
  25. Rational-emotive behavior therapy (REBT);
  26. Bibliotherapy;
  27. Journaling;
  28. Systematic desensitization;
  29. Stress inoculation training
  30. Modeling;
  31. Behavioral rehearsal;
  32. Role play
  33. Premack principle;
  34. Behavior chartl
  35. Token economy;
  36. Behavioral contract
  37. Extinction;
  38. Time out;
  39. Response cost;
  40. Overcorrection