KONSELING ARTISTIK BERBASIS BUDAYA SEBAGAI UPAYA MENEMUKAN JATI DIRI
By. Jumadi Mori Salam Tuasikal
Jati diri merupakan konsep yang sangat esensial dalam kehidupan manusia, mencerminkan bagaimana seseorang memandang dan memahami dirinya sendiri. Proses pencarian jati diri sering kali diwarnai dengan pergulatan emosional dan spiritual, terutama di tengah perubahan sosial dan budaya yang cepat. Dalam konteks ini, konseling artistik berbasis budaya menawarkan pendekatan yang unik dan efektif untuk membantu individu menemukan dan mengukuhkan jati diri mereka. Konseling artistik adalah bentuk terapi yang menggunakan seni sebagai medium untuk eksplorasi diri dan penyembuhan. Seni, dengan sifatnya yang nonverbal dan ekspresif, memungkinkan individu untuk mengekspresikan perasaan terdalam mereka yang mungkin sulit diungkapkan dengan kata-kata. Ketika konseling ini diperkaya dengan elemen budaya, proses pencarian jati diri menjadi lebih relevan dan bermakna, karena budaya menyediakan konteks dan kerangka acuan yang penting bagi individu. Budaya memainkan peran yang sangat penting dalam pembentukan jati diri. Nilai, norma, dan tradisi yang diwariskan dari generasi ke generasi menjadi bagian integral dari identitas seseorang. Oleh karena itu, mengintegrasikan elemen budaya dalam konseling artistik dapat membantu klien untuk lebih memahami diri mereka dalam konteks yang lebih luas, yaitu hubungan mereka dengan komunitas dan warisan budaya mereka.
Konseling artistik berbasis budaya menawarkan ruang bagi klien untuk menghubungkan kembali diri mereka dengan akar budaya mereka. Dalam proses ini, seni tradisional dapat berfungsi sebagai jembatan antara masa lalu dan masa kini, membantu klien untuk menemukan makna dalam identitas mereka. Misalnya, dalam budaya Jawa, seni batik tidak hanya merupakan ekspresi estetika, tetapi juga mengandung filosofi hidup yang dalam. Melalui pembuatan batik, klien dapat mengekspresikan perjalanan hidup mereka dan menemukan kekuatan dalam identitas mereka. Selain batik, seni pertunjukan seperti wayang kulit juga memiliki potensi besar dalam konseling artistik berbasis budaya. Wayang kulit, dengan cerita-ceritanya yang penuh makna, dapat membantu klien mengeksplorasi berbagai aspek dari jati diri mereka. Melalui identifikasi dengan tokoh-tokoh dalam cerita wayang, klien dapat menemukan analogi yang relevan dengan kehidupan mereka sendiri, sehingga membantu mereka untuk lebih memahami dan menerima diri mereka.
Di Indonesia, keragaman budaya yang kaya menyediakan banyak peluang untuk mengembangkan konseling artistik berbasis budaya. Setiap daerah memiliki tradisi seni yang unik, seperti tari Saman dari Aceh atau ukiran Dayak dari Kalimantan, yang semuanya dapat digunakan sebagai alat terapeutik. Dalam konseling, seni-seni ini dapat membantu klien untuk mengekspresikan emosi mereka, mengeksplorasi identitas mereka, dan akhirnya, menemukan jati diri mereka. Penting untuk diingat bahwa jati diri bukanlah sesuatu yang statis. Ia terus berkembang seiring waktu, dipengaruhi oleh pengalaman hidup dan perubahan sosial. Konseling artistik berbasis budaya memungkinkan klien untuk terus mengeksplorasi dan menyesuaikan identitas mereka dalam konteks budaya yang dinamis. Melalui seni, klien dapat bereksperimen dengan berbagai aspek dari diri mereka dan menemukan cara baru untuk mengekspresikan siapa mereka. Dalam proses pencarian jati diri, konseling artistik berbasis budaya juga dapat membantu individu yang merasa terasing dari budaya mereka sendiri. Globalisasi dan urbanisasi sering kali menyebabkan individu merasa kehilangan kontak dengan akar budaya mereka. Dalam konseling, individu dapat diajak untuk mengeksplorasi kembali elemen-elemen budaya yang mungkin telah mereka abaikan, sehingga memungkinkan mereka untuk menemukan kembali identitas mereka.
Seni rupa, seperti lukisan atau ukiran, juga dapat digunakan dalam konseling artistik berbasis budaya untuk membantu klien mengeksplorasi identitas mereka. Misalnya, seni ukir dalam budaya Dayak memiliki makna spiritual yang dalam dan dapat digunakan untuk merefleksikan perjalanan hidup seseorang. Melalui seni ini, klien dapat mengekspresikan perasaan dan pengalaman mereka, serta menemukan makna yang lebih dalam dalam identitas mereka. Selain itu, musik tradisional seperti gamelan juga memiliki potensi besar dalam konseling artistik berbasis budaya. Ritme dan melodi gamelan dapat menciptakan suasana yang kondusif untuk refleksi dan meditasi, membantu klien untuk mengeksplorasi perasaan terdalam mereka. Musik ini dapat menjadi jembatan antara dunia internal klien dan dunia eksternal, membantu mereka menemukan keseimbangan antara identitas pribadi dan identitas budaya mereka.
Dalam konseling artistik berbasis budaya, seni tidak hanya berfungsi sebagai alat ekspresi, tetapi juga sebagai medium untuk memahami dan menginternalisasi nilai-nilai budaya. Dengan terhubung kembali dengan akar budaya mereka, klien dapat menemukan sumber kekuatan dan ketahanan yang mungkin telah mereka lupakan atau abaikan. Ini sangat penting dalam proses pencarian jati diri, karena identitas sering kali dibentuk oleh nilai-nilai dan keyakinan yang diwariskan dari generasi ke generasi. Namun, penting untuk diingat bahwa konseling artistik berbasis budaya bukan hanya tentang menggali masa lalu. Ia juga memberikan ruang bagi klien untuk mengekspresikan identitas mereka dalam konteks yang relevan dengan kehidupan mereka saat ini. Dalam dunia yang terus berubah, seni kontemporer yang menggabungkan elemen-elemen dari berbagai budaya dapat menjadi alat yang kuat untuk mengeksplorasi identitas yang beragam dan kompleks.
Seni kontemporer memungkinkan individu untuk mengekspresikan identitas hibrida mereka, yang sering kali merupakan hasil dari pertemuan berbagai budaya. Dalam konseling artistik, klien dapat diajak untuk menciptakan karya seni yang mencerminkan pengalaman mereka sebagai individu yang hidup di antara dua atau lebih budaya. Ini tidak hanya membantu mereka mengekspresikan identitas mereka yang kompleks, tetapi juga memungkinkan mereka untuk menemukan harmoni dalam perbedaan. Penggunaan media digital dalam konseling artistik berbasis budaya juga memiliki potensi besar, terutama di kalangan generasi muda. Dalam era digital, banyak individu merasa lebih terhubung dengan budaya melalui media digital. Dengan memanfaatkan teknologi ini dalam konseling, klien dapat mengeksplorasi identitas mereka dalam konteks yang relevan dengan kehidupan sehari-hari mereka. Media digital dapat digunakan untuk menciptakan karya seni yang mencerminkan pengalaman budaya klien, memungkinkan mereka untuk menemukan jati diri dalam lingkungan digital yang dinamis.
Konseling artistik berbasis budaya juga dapat berfungsi sebagai sarana untuk memperkuat hubungan sosial. Dalam banyak budaya, seni adalah aktivitas kolektif yang melibatkan komunitas. Melalui partisipasi dalam seni bersama, klien dapat merasa lebih terhubung dengan orang lain dan dengan komunitas mereka. Ini pada gilirannya dapat memperkuat rasa identitas kolektif dan memperkaya pengalaman jati diri mereka. Misalnya, dalam budaya Bali, seni tari dan musik sering kali merupakan bagian integral dari kehidupan komunitas. Dengan melibatkan klien dalam aktivitas seni yang kolektif ini, konseling artistik dapat membantu mereka merasa lebih terhubung dengan komunitas dan memperkuat identitas mereka sebagai bagian dari kelompok yang lebih besar. Ini penting dalam konteks pencarian jati diri, karena identitas individu sering kali dibentuk dalam interaksi dengan orang lain dan komunitas.
Dalam banyak budaya, seni juga memiliki peran penting dalam ritual dan upacara yang menandai fase-fase penting dalam kehidupan, seperti kelahiran, pernikahan, dan kematian. Dalam konseling artistik, elemen-elemen ritual ini dapat digunakan untuk membantu klien dalam proses transisi, baik itu transisi emosional, sosial, atau spiritual. Dengan memahami dan berpartisipasi dalam seni yang terkait dengan ritual ini, klien dapat menemukan makna dan arah dalam perjalanan hidup mereka. Selain itu, konseling artistik berbasis budaya juga dapat membantu klien memahami dan mengatasi konflik internal yang mungkin timbul dari ketegangan antara identitas budaya tradisional dan tekanan dari budaya modern. Seni dapat berfungsi sebagai medium untuk mengekspresikan dan mengolah konflik ini, memungkinkan klien untuk menemukan harmoni antara berbagai aspek dari diri mereka. Seni juga memiliki kekuatan untuk menyembuhkan luka-luka emosional yang mungkin terpendam. Melalui konseling artistik, klien dapat diajak untuk mengeksplorasi dan mengekspresikan perasaan yang mungkin telah lama terpendam, membantu mereka untuk memproses dan menyembuhkan luka tersebut. Ini sangat penting dalam proses pencarian jati diri, karena identitas sering kali dipengaruhi oleh pengalaman emosional yang mendalam.
Selain menyembuhkan, konseling artistik berbasis budaya juga dapat menjadi alat untuk pemberdayaan. Dengan mengekspresikan diri melalui seni, klien dapat menemukan kembali rasa kontrol dan otonomi atas hidup mereka. Ini sangat penting dalam konteks pencarian jati diri, karena rasa kontrol dan otonomi merupakan elemen penting dalam pembentukan identitas yang sehat dan kuat. konseling artistik berbasis budaya menawarkan pendekatan yang holistik dan dinamis dalam pencarian jati diri. Dengan menggabungkan ekspresi artistik dengan eksplorasi budaya, klien dapat menemukan makna yang lebih dalam dalam identitas mereka, serta menemukan cara baru untuk mengekspresikan dan mengukuhkan jati diri mereka. Di tengah dunia yang semakin kompleks dan dinamis, pencarian jati diri menjadi semakin penting. Konseling artistik berbasis budaya tidak hanya membantu individu menemukan siapa mereka, tetapi juga membantu mereka untuk menemukan tempat mereka di dunia ini. Dengan terhubung kembali dengan akar budaya mereka dan mengekspresikan diri melalui seni, klien dapat menemukan kedamaian, kekuatan, dan makna dalam jati diri mereka. Melalui perjalanan ini, konseling artistik berbasis budaya tidak hanya menjadi alat untuk eksplorasi diri, tetapi juga menjadi jalan untuk penyembuhan, pemberdayaan, dan transformasi. Dengan menemukan jati diri yang sejati, individu dapat hidup dengan lebih autentik, bermakna, dan penuh keberanian dalam menghadapi tantangan hidup.
KONSELING ARTISTIK SEBAGAI UPAYA MENJEMBATANI SENI DAN KEARIFAN LOKAL
By. Jumadi Mori Salam Tuasikal
Konseling artistik merupakan sebuah pendekatan inovatif dalam dunia bimbingan dan konseling yang menggabungkan seni sebagai alat utama dalam proses terapeutik. Seni, dalam berbagai bentuknya, menawarkan medium yang kaya untuk mengekspresikan perasaan, pikiran, dan pengalaman yang mungkin sulit diungkapkan dengan kata-kata. Dengan demikian, konseling artistik menjadi jembatan penting antara dunia batin seseorang dengan dunia luar, memungkinkan individu untuk menemukan makna dalam pengalaman hidup mereka. Kearifan lokal, di sisi lain, adalah pengetahuan yang diwariskan secara turun-temurun yang mencerminkan nilai-nilai, norma, dan praktik budaya suatu masyarakat. Kearifan lokal memainkan peran penting dalam membentuk identitas individu dan komunitas. Dalam konteks konseling artistik, kearifan lokal dapat menjadi sumber inspirasi yang kuat, memberikan kerangka acuan yang relevan dan kontekstual dalam membantu individu memahami dan mengatasi tantangan hidup.
Menggabungkan konseling artistik dengan kearifan lokal tidak hanya memperkaya proses konseling, tetapi juga memperdalam keterkaitan individu dengan akar budaya mereka. Seni yang terinspirasi oleh kearifan lokal, seperti tari, musik, atau seni rupa tradisional, bisa menjadi sarana yang kuat untuk menggali dan merefleksikan pengalaman pribadi dalam konteks yang lebih luas. Ini memberikan ruang bagi individu untuk merayakan identitas mereka sekaligus mengeksplorasi cara-cara baru untuk menghadapi tantangan hidup.
Di Indonesia, dengan keberagaman budaya yang begitu kaya, konseling artistik yang berakar pada kearifan lokal memiliki potensi yang luar biasa. Setiap daerah di Indonesia memiliki seni tradisional dan kearifan lokal yang unik, yang dapat dimanfaatkan dalam proses konseling. Misalnya, seni batik di Jawa atau tenun di Nusa Tenggara tidak hanya memiliki nilai estetika, tetapi juga mengandung filosofi hidup yang dalam yang dapat digunakan sebagai alat untuk refleksi dan penyembuhan.
Penggunaan seni dalam konseling telah terbukti efektif dalam berbagai konteks, mulai dari terapi trauma hingga pengembangan pribadi. Namun, ketika seni ini diperkaya dengan unsur-unsur kearifan lokal, proses konseling menjadi lebih relevan dan bermakna bagi klien. Ini karena kearifan lokal menawarkan simbol, cerita, dan metafora yang akrab dan memiliki resonansi emosional yang kuat dengan individu yang menjalani konseling. Misalnya, dalam budaya Bali, tarian tradisional seperti Tari Kecak atau Tari Barong tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga memiliki makna spiritual dan simbolis yang dalam. Ketika digunakan dalam konseling artistik, tarian ini dapat membantu individu untuk menghubungkan pengalaman pribadi mereka dengan narasi budaya yang lebih besar, menciptakan pemahaman yang lebih mendalam tentang diri mereka dan tempat mereka dalam dunia.
Demikian pula, musik tradisional seperti Gamelan atau Angklung dapat menjadi alat yang ampuh dalam konseling artistik. Ritme dan melodi dalam musik ini sering kali mencerminkan pola hidup dan filosofi masyarakat yang menciptakannya. Dalam proses konseling, musik ini bisa menjadi cerminan dari perjalanan hidup klien, membantu mereka menemukan pola dan makna dalam pengalaman mereka. Seni rupa tradisional, seperti ukiran atau patung, juga memiliki peran penting dalam konseling artistik yang berbasis kearifan lokal. Seni rupa ini sering kali mengandung simbolisme yang kaya dan cerita-cerita yang diwariskan dari generasi ke generasi. Dalam konseling, karya seni ini dapat digunakan sebagai titik awal untuk diskusi tentang makna dan tujuan hidup, serta sebagai alat untuk merangsang refleksi dan introspeksi.
Namun, agar konseling artistik yang berakar pada kearifan lokal dapat berjalan dengan efektif, penting bagi konselor untuk memiliki pemahaman yang mendalam tentang budaya dan nilai-nilai masyarakat yang mereka layani. Konselor perlu memahami konteks sosial, sejarah, dan spiritual dari seni dan kearifan lokal yang digunakan dalam proses konseling. Dengan demikian, mereka dapat membantu klien untuk menggali makna yang lebih dalam dari pengalaman mereka dan menemukan cara-cara baru untuk mengatasi tantangan hidup.
Salah satu tantangan dalam mengintegrasikan kearifan lokal dalam konseling artistik adalah memastikan bahwa praktik tersebut tidak sekadar menjadi eksotisme atau romansa budaya. Kearifan lokal harus diperlakukan dengan rasa hormat dan pemahaman yang mendalam, bukan sekadar sebagai alat untuk meningkatkan efektivitas terapi. Ini memerlukan pendekatan yang sensitif dan terinformasi, di mana konselor bekerja sama dengan komunitas untuk memastikan bahwa praktik tersebut sesuai dan bermakna. Sebagai contoh, dalam masyarakat adat di Papua, seni ukir suku Asmat memiliki makna spiritual yang sangat dalam. Ukiran ini tidak hanya mencerminkan keterampilan artistik, tetapi juga mengandung narasi tentang hubungan manusia dengan alam dan leluhur mereka. Dalam konseling artistik, ukiran Asmat bisa menjadi alat yang kuat untuk menggali isu-isu identitas, spiritualitas, dan hubungan dengan alam. Namun, penting bagi konselor untuk memahami dan menghormati konteks budaya di mana ukiran ini dibuat dan digunakan.
Konseling artistik yang berakar pada kearifan lokal juga dapat menjadi sarana untuk memperkuat identitas budaya dan sosial individu. Dalam masyarakat yang terus berubah dan globalisasi yang kian meluas, identitas budaya sering kali terancam. Melalui konseling artistik, individu dapat mengukuhkan kembali hubungan mereka dengan warisan budaya mereka, menemukan kebanggaan dalam identitas mereka, dan membangun rasa memiliki yang kuat terhadap komunitas mereka. Proses ini tidak hanya bermanfaat bagi individu, tetapi juga bagi masyarakat secara keseluruhan. Ketika individu merasa terhubung dengan warisan budaya mereka, mereka lebih mungkin untuk berkontribusi pada pelestarian dan pengembangan budaya tersebut. Ini menciptakan lingkaran kebajikan di mana konseling artistik membantu memperkuat budaya, dan budaya yang kuat pada gilirannya memberikan dukungan yang lebih besar bagi kesejahteraan individu.
Selain itu, konseling artistik yang memanfaatkan kearifan lokal dapat menjadi jembatan antara generasi. Seni tradisional sering kali diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya, membawa serta nilai-nilai dan cerita yang penting bagi identitas masyarakat. Dalam konseling, seni ini dapat digunakan untuk menjembatani kesenjangan antar generasi, membantu individu untuk memahami dan menghargai warisan mereka, sekaligus memungkinkan mereka untuk mengekspresikan diri dalam konteks modern.
Konseling artistik juga memiliki potensi untuk berkontribusi pada resolusi konflik dalam komunitas. Dalam banyak budaya, seni memiliki peran penting dalam mediasi dan penyelesaian konflik. Misalnya, dalam budaya suku Dayak di Kalimantan, seni tari dan ritual digunakan sebagai bagian dari proses rekonsiliasi. Dalam konseling, seni ini bisa menjadi alat yang efektif untuk membantu individu dan kelompok menemukan jalan menuju penyembuhan dan rekonsiliasi.
Dalam situasi di mana komunitas mengalami trauma kolektif, seperti bencana alam atau konflik sosial, konseling artistik yang berbasis kearifan lokal dapat menjadi alat yang kuat untuk pemulihan. Seni memiliki kemampuan untuk mengekspresikan dan meredakan emosi yang sulit diungkapkan, dan kearifan lokal menyediakan kerangka kerja yang relevan dan kontekstual untuk memahami dan mengatasi trauma ini. Konseling artistik juga dapat membantu individu mengatasi tantangan kehidupan sehari-hari dengan cara yang lebih kreatif dan bermakna. Dengan menggunakan seni yang berakar pada kearifan lokal, individu dapat menemukan cara baru untuk mengekspresikan diri, mengelola stres, dan mencari solusi untuk masalah mereka. Ini memberikan alternatif yang kaya dan bervariasi dibandingkan dengan pendekatan konseling yang lebih tradisional.
Penting untuk diingat bahwa konseling artistik bukanlah pendekatan yang cocok untuk semua orang. Setiap individu unik, dan pendekatan konseling harus disesuaikan dengan kebutuhan dan preferensi mereka. Namun, bagi mereka yang tertarik dan memiliki hubungan yang kuat dengan seni dan budaya, konseling artistik yang memanfaatkan kearifan lokal bisa menjadi pilihan yang sangat efektif dan memuaskan. Dalam konteks pendidikan, konseling artistik juga memiliki peran penting dalam mendukung perkembangan emosional dan sosial siswa. Di sekolah, seni sering kali dianggap sebagai pelengkap, bukan sebagai komponen utama dari kurikulum. Namun, melalui konseling artistik, seni dapat menjadi alat yang ampuh untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan emosional dan sosial, seperti empati, ketahanan, dan kemampuan untuk mengatasi stres.
Di sekolah-sekolah yang berada di daerah dengan budaya yang kaya, konseling artistik yang berakar pada kearifan lokal dapat membantu siswa mengukuhkan identitas budaya mereka. Ini tidak hanya meningkatkan rasa percaya diri dan kebanggaan diri, tetapi juga memperkuat ikatan mereka dengan komunitas dan warisan budaya mereka. Sebagai hasilnya, siswa menjadi lebih terhubung dan berkontribusi pada pelestarian dan pengembangan budaya lokal. Lebih jauh, konseling artistik yang berbasis kearifan lokal dapat membantu siswa untuk menghadapi tantangan modern dengan cara yang selaras dengan nilai-nilai budaya mereka. Misalnya, siswa dapat menggunakan seni tradisional untuk mengekspresikan perasaan mereka tentang isu-isu sosial yang kompleks, seperti perubahan iklim atau ketidakadilan sosial. Ini memungkinkan mereka untuk mengeksplorasi isu-isu ini dengan cara yang bermakna dan relevan.
Dalam lingkungan yang semakin global, penting untuk menjaga keseimbangan antara kemajuan modern dan pelestarian budaya. Konseling artistik yang memanfaatkan kearifan lokal menawarkan cara untuk mencapai keseimbangan ini, dengan memungkinkan individu dan komunitas untuk berkembang sambil tetap terhubung dengan akar budaya mereka. Ini adalah pendekatan yang menghargai dan memanfaatkan kekayaan budaya sambil membuka pintu untuk inovasi dan perkembangan. Pada akhirnya, konseling artistik yang mengintegrasikan seni dan kearifan lokal adalah jembatan yang menghubungkan masa lalu dengan masa depan, tradisi dengan inovasi, dan individu dengan komunitas mereka. Ini adalah pendekatan yang menghargai keunikan setiap individu sekaligus merayakan kekayaan budaya kolektif. Dengan demikian, konseling artistik menawarkan jalan menuju penyembuhan, pertumbuhan, dan pembaruan yang tidak hanya relevan tetapi juga bermakna dalam konteks budaya yang beragam.
Ke depan, ada banyak peluang untuk mengembangkan dan memperluas penggunaan konseling artistik yang berakar pada kearifan lokal. Ini termasuk penelitian lebih lanjut, pelatihan konselor, dan pengembangan program yang lebih terstruktur dan terpadu. Dengan dukungan yang tepat, konseling artistik dapat menjadi bagian integral dari layanan kesehatan mental dan pendidikan di Indonesia dan di seluruh dunia. Konseling artistik bukan hanya tentang terapi; ini adalah tentang merayakan kehidupan, budaya, dan hubungan kita dengan dunia. Dengan menggabungkan seni dan kearifan lokal, konseling artistik menciptakan ruang di mana individu dapat menemukan kembali diri mereka, terhubung dengan komunitas mereka, dan menghadapi tantangan hidup dengan cara yang penuh makna dan relevan. Ini adalah jembatan yang kuat antara seni, kearifan lokal, dan kesejahteraan manusia.
Kategori
- ADAT
- ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
- BK ARTISTIK
- BK MULTIKULTURAL
- BOOK CHAPTER
- BUDAYA
- CERITA FIKSI
- CINTA
- DEFENISI KONSELOR
- DOSEN BK UNG
- HKI/PATEN
- HMJ BK
- JURNAL PUBLIKASI
- KAMPUS
- KARAKTER
- KARYA
- KATA BANG JUM
- KEGIATAN MAHASISWA
- KENAKALAN REMAJA
- KETERAMPILAN KONSELING
- KOMUNIKASI KONSELING
- KONSELING LINTAS BUDAYA
- KONSELING PERGURUAN TINGGI
- KONSELOR SEBAYA
- KULIAH
- LABORATORIUM
- MAHASISWA
- OPINI
- ORIENTASI PERKULIAHAN
- OUTBOUND
- PENDEKATAN KONSELING
- PENGEMBANGAN DIRI
- PRAKTIKUM KULIAH
- PROSIDING
- PUISI
- PUSPENDIR
- REPOST BERITA ONLINE
- SEKOLAH
- SISWA
- TEORI DAN TEKNIK KONSELING
- WAWASAN BUDAYA
Arsip
- October 2024 (2)
- September 2024 (15)
- August 2024 (5)
- July 2024 (28)
- June 2024 (28)
- May 2024 (8)
- April 2024 (2)
- March 2024 (2)
- February 2024 (15)
- December 2023 (13)
- November 2023 (37)
- July 2023 (6)
- June 2023 (14)
- January 2023 (4)
- September 2022 (2)
- August 2022 (4)
- July 2022 (4)
- February 2022 (3)
- December 2021 (1)
- November 2021 (1)
- October 2021 (1)
- June 2021 (1)
- February 2021 (1)
- October 2020 (4)
- September 2020 (4)
- March 2020 (7)
- January 2020 (4)
Blogroll
- AKUN ACADEMIA EDU JUMADI
- AKUN GARUDA JUMADI
- AKUN ONESEARCH JUMADI
- AKUN ORCID JUMADI
- AKUN PABLON JUMADI
- AKUN PDDIKTI JUMADI
- AKUN RESEARCH GATE JUMADI
- AKUN SCHOLER JUMADI
- AKUN SINTA DIKTI JUMADI
- AKUN YOUTUBE JUMADI
- BERITA BEASISWA KEMDIKBUD
- BERITA KEMDIKBUD
- BLOG DOSEN JUMADI
- BLOG MATERI KONSELING JUMADI
- BLOG SAJAK JUMADI
- BOOK LIBRARY GENESIS - KUMPULAN REFERENSI
- BOOK PDF DRIVE - KUMPULAN BUKU
- FIP UNG BUDAYA KERJA CHAMPION
- FIP UNG WEBSITE
- FIP YOUTUBE PEDAGOGIKA TV
- JURNAL EBSCO HOST
- JURNAL JGCJ BK UNG
- JURNAL OJS FIP UNG
- KBBI
- LABORATORIUM
- LEMBAGA LLDIKTI WILAYAH 6
- LEMBAGA PDDikti BK UNG
- LEMBAGA PENELITIAN UNG
- LEMBAGA PENGABDIAN UNG
- LEMBAGA PERPUSTAKAAN NASIONAL
- LEMBAGA PUSAT LAYANAN TES (PLTI)
- ORGANISASI PROFESI ABKIN
- ORGANISASI PROFESI PGRI
- UNG KODE ETIK PNS - PERATURAN REKTOR
- UNG PERPUSTAKAAN
- UNG PLANET
- UNG SAHABAT
- UNG SIAT
- UNG SISTER
- WEBSITE BK UNG