By: Jumadi Mori Salam Tuasikal

Pendahuluan:

Dalam menjalani kehidupan perkuliahan yang penuh tantangan, mahasiswa seringkali dihadapkan pada berbagai tekanan, baik akademis maupun pribadi. Kesejahteraan mental menjadi aspek kesehatan yang tak kalah pentingnya dibandingkan kesehatan fisik. Artikel ini akan membahas pentingnya konseling sebagai alat yang efektif untuk merawat kesehatan mental mahasiswa.

1. Menghadapi Tantangan Akademis dan Pribadi:

Mahasiswa seringkali dihadapkan pada tantangan akademis dan pribadi yang dapat memengaruhi kesejahteraan mental mereka. Konseling memberikan ruang aman untuk mengungkapkan perasaan, kekhawatiran, dan stres yang mungkin sulit dibagikan kepada orang lain.

2. Meningkatkan Koping dan Resiliensi:

Konseling membantu mahasiswa mengembangkan strategi koping yang sehat dan meningkatkan tingkat resiliensi. Dengan memahami dan mengelola stres, mahasiswa dapat lebih mudah menghadapi perubahan dan tantangan dalam kehidupan.

3. Mengurangi Stigma dan Meningkatkan Kesadaran:

Mengikuti konseling dapat membantu mengurangi stigma seputar masalah kesehatan mental. Meningkatkan kesadaran bahwa kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik dapat menciptakan lingkungan yang lebih mendukung dan inklusif.

4. Memberikan Perspektif dan Solusi:

Konseling melibatkan percakapan dengan profesional terlatih yang dapat memberikan pandangan objektif terhadap masalah yang dihadapi mahasiswa. Ini dapat membantu mahasiswa melihat situasi dari berbagai sudut pandang dan menemukan solusi yang mungkin tidak terpikirkan sebelumnya.

5. Meningkatkan Kualitas Hidup:

Kesehatan mental yang baik berdampak langsung pada kualitas hidup. Konseling membantu mahasiswa merencanakan dan mencapai tujuan mereka, menciptakan hubungan yang lebih sehat, dan mengelola emosi dengan lebih efektif.

6. Mencegah Krisis Lebih Lanjut:

Mengambil langkah-langkah untuk merawat kesehatan mental melalui konseling dapat mencegah masalah yang lebih serius dan krisis mental. Mendeteksi dan menangani masalah lebih awal dapat mengurangi risiko komplikasi di masa depan.

7. Menyediakan Dukungan Profesional:

Konselor adalah profesional yang terlatih untuk membantu individu mengatasi masalah kesehatan mental. Dengan berkonsultasi dengan konselor, mahasiswa mendapatkan dukungan yang terarah dan solusi yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

8. Mengintegrasikan Kesehatan Mental ke dalam Kehidupan Sehari-hari:

Ayo konseling adalah panggilan untuk mengintegrasikan perawatan kesehatan mental ke dalam rutinitas sehari-hari. Merawat kesehatan mental tidak hanya tentang menangani masalah, tetapi juga tentang membangun keterampilan dan kebiasaan yang mendukung kesejahteraan mental jangka panjang.

Penutup:

Konseling bukanlah tanda kelemahan, melainkan langkah bijak menuju perawatan diri yang holistik. Dengan memahami pentingnya kesehatan mental dan membuka diri untuk konseling, mahasiswa dapat membangun fondasi yang kuat untuk mencapai potensi mereka secara optimal dalam lingkungan perkuliahan yang mendukung dan peduli.

By: Jumadi Mori Salam Tuasikal

Pendahuluan:

Kesejahteraan mental adalah aspek kesehatan yang tak kalah pentingnya dibandingkan kesehatan fisik. Mahasiswa, dalam menjalani kehidupan perkuliahan yang penuh tantangan, terkadang menghadapi tekanan dan stres yang dapat memengaruhi kesejahteraan mental mereka. Artikel ini mengajak mahasiswa untuk mempertimbangkan opsi konseling sebagai langkah proaktif dalam merawat kesehatan mental mereka.

1. Mengatasi Stigma:

Salah satu langkah pertama untuk ayo konseling adalah mengatasi stigma terkait konseling. Mengakui bahwa mencari bantuan profesional untuk kesehatan mental adalah tindakan yang kuat dan cerdas.

2. Pentingnya Kesehatan Mental:

Kesehatan mental memainkan peran krusial dalam kesejahteraan umum. Dengan memahami dan merawat kesehatan mental, mahasiswa dapat meningkatkan kemampuan mengatasi stres, meningkatkan konsentrasi, dan mencapai potensi akademis dengan lebih baik.

3. Konseling sebagai Sarana Dukungan:

Konseling bukanlah tanda kelemahan, melainkan bentuk dukungan yang dapat membantu mahasiswa mengelola masalah pribadi, akademis, atau emosional. Konselor terlatih dapat memberikan pandangan objektif dan solusi konstruktif.

4. Proaktif dalam Mencari Solusi:

Konseling tidak hanya untuk mereka yang menghadapi krisis. Ayo konseling juga berarti menjadi proaktif dalam menjaga kesehatan mental. Mahasiswa dapat menggunakan konseling sebagai alat untuk memahami diri sendiri, mengelola stres, dan meningkatkan kualitas hidup.

5. Berbicara Tanpa Batasan:

Sesuai dengan prinsip kerahasiaan, konseling memberikan ruang aman bagi mahasiswa untuk berbicara tanpa takut dihakimi. Ini menjadi platform di mana perasaan, kekhawatiran, dan pikiran dapat diungkapkan dengan bebas.

6. Rencana Tindakan:

Konseling membantu mahasiswa merumuskan rencana tindakan untuk mengatasi tantangan mereka. Dengan dukungan profesional, mahasiswa dapat mengembangkan strategi dan keterampilan untuk mengatasi masalah yang mereka hadapi.

7. Pilihan Layanan yang Beragam:

Ada berbagai jenis layanan konseling yang tersedia, mulai dari konseling perorangan hingga kelompok. Mahasiswa dapat memilih layanan yang sesuai dengan preferensi dan kebutuhan mereka.

8. Mengubah Pandangan Terhadap Kesehatan Mental:

Ayo konseling juga berarti mengubah pandangan terhadap kesehatan mental. Menyadari bahwa merawat kesehatan mental sama pentingnya dengan merawat kesehatan fisik dapat mengubah budaya kampus menjadi lebih peduli dan mendukung.

Penutup:

Ayo konseling adalah undangan untuk mahasiswa agar berani melangkah mencari bantuan saat diperlukan. Dengan menghargai pentingnya kesehatan mental dan mengambil langkah-langkah proaktif untuk merawatnya, mahasiswa dapat menciptakan lingkungan yang lebih baik untuk diri mereka sendiri dan komunitas kampus secara keseluruhan. Mencari konseling bukanlah tanda kelemahan, melainkan langkah penting menuju kesejahteraan yang holistik.

 

MENGATASI KEBIASAAN MENGELUH: SARAN DAN TIPS UNTUK MAHASISWA

27 November 2023 18:19:28 Dibaca : 100

By: Jumadi Mori Salam Tuasikal

Pendahuluan:

Ketika menapaki perjalanan perkuliahan, mahasiswa seringkali dihadapkan pada berbagai tantangan yang memicu rasa stres dan kelelahan. Sayangnya, beberapa mahasiswa cenderung merespon tantangan ini dengan mengeluh, yang pada akhirnya dapat merugikan kesejahteraan mental dan produktivitas. Artikel ini bertujuan memberikan saran dan tips bagi mahasiswa agar dapat mengelola perasaan negatif dan mengatasi kebiasaan mengeluh.

Refleksikan Pemikiran dan Perasaan Anda:

Sebelum mengeluh, cobalah untuk merenung dan memahami akar masalahnya. Apakah itu persoalan akademis, sosial, atau pribadi? Memahami sumber ketidaknyamanan dapat membantu Anda menemukan solusi yang lebih baik daripada sekadar mengeluh.

Buat Rencana dan Tujuan:

Tetapkan tujuan yang jelas dan buat rencana untuk mencapainya. Fokus pada langkah-langkah kecil yang dapat Anda ambil untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan memiliki tujuan, Anda dapat merasa lebih berdaya dan kurang cenderung untuk mengeluh.

Berbicara dengan Orang Terpercaya:

Temui teman, keluarga, atau pembimbing akademis untuk berbicara tentang perasaan Anda. Terkadang, berbagi beban dapat memberikan perspektif baru atau solusi yang mungkin tidak terpikirkan sebelumnya.

Cari Dukungan Komunitas:

Bergabung dengan kelompok studi atau organisasi kampus yang memiliki minat yang sama dapat membantu Anda merasa lebih terhubung dan mendapatkan dukungan sosial. Jangan ragu untuk mencari teman sebaya yang dapat saling mendukung.

Fokus pada Hal yang Bisa Dikendalikan:

Identifikasi elemen-elemen yang dapat Anda kendalikan dalam situasi yang menantang. Fokus pada hal-hal ini dan cari cara untuk meningkatkannya, sementara melepaskan hal-hal yang di luar kendali Anda.

Jaga Kesehatan Fisik dan Mental:

Pola makan yang sehat, olahraga teratur, dan cukup istirahat dapat memengaruhi kesejahteraan mental Anda. Cobalah untuk menjaga keseimbangan antara beban akademis dan kebutuhan fisik dan mental Anda.

Mengubah Pola Pikir Negatif:

Gantilah pemikiran negatif dengan pemikiran positif. Fokus pada hal-hal yang Anda capai daripada yang belum dicapai. Pemikiran positif dapat membantu menciptakan sikap yang lebih optimis.

Temukan Hobi dan Kegiatan yang Membuat Bahagia:

Temukan kegiatan di luar perkuliahan yang membawa kebahagiaan dan relaksasi. Mengalokasikan waktu untuk hobi atau kegiatan yang Anda nikmati dapat membantu mengurangi tingkat stres dan kecenderungan untuk mengeluh.

Penutup:

Mengeluh mungkin terasa sebagai respons alami terhadap kesulitan, tetapi dengan mengimplementasikan saran dan tips di atas, mahasiswa dapat membangun sikap dan keterampilan yang membantu mengatasi tantangan dengan lebih positif. Dengan memahami akar masalah, mencari dukungan, dan fokus pada solusi, mahasiswa dapat meningkatkan kesejahteraan mental dan mencapai potensi akademisnya dengan lebih baik.

By: Jumadi Mori Salam Tuasikal

Pendahuluan:

Dalam lingkungan akademis, dosen berperan penting sebagai penyampai ilmu pengetahuan dan pemimpin dalam proses pendidikan. Sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN), dosen diharapkan tidak hanya mematuhi aturan hukum, tetapi juga menjunjung tinggi nilai-nilai etika dan budaya yang berkaitan dengan lingkungan kerjanya. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan adalah penampilan fisik, termasuk gaya rambut. Dalam beberapa konteks, aturan terkait penampilan ini dapat membatasi opsi tertentu, termasuk larangan terhadap rambut gondrong. Artikel ini akan membahas mengapa dosen sebagai ASN perlu mematuhi aturan ini dan bagaimana hal tersebut berkaitan dengan nilai etika dan budaya.

(Sumber Foto: https://cermin-dunia.github.io/denah/post/gambar-rambut-gondrong/)

I. Aturan Hukum:

Sebagai ASN, dosen tunduk pada berbagai peraturan dan aturan hukum yang diatur oleh pemerintah. Salah satu aspek yang diatur adalah penampilan fisik, termasuk gaya rambut. Aturan ini biasanya ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur ASN, seperti Peraturan Pemerintah tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Diantara aturan tersebut yaitu Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 025/10770/SJ Tahun 2018 tentang Tertib Penggunaan Pakaian Dinas dan Kerapihan Aparatur Sipil Negara (ASN) di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan Badan Nasional Pengelola Perbatasan, yang melarang PNS pria berambut gondrong. Berikut rincian Inmendagri yang diteken pada 4 Desember 2018. Dimana ASN Laki-laki: a. Rambut rapi, tidak gondrong, dan tidak dicat warna-warni;b. Menjaga kerapian kumis, jambang, dan jenggot; dan c. Penggunaan celana panjang sampai dengan mata kaki. Dan yang terbaru adalah Permendagri Nomor 11 Tahun 2020 tentang Pakaian Dinas Aparatur Sipil Negara (ASN) di Lingkungan Kementerian dalam Negeri dan Pemerintah Daerah. Dalam aturan tersebut diatur mengenai jenis pakaian ASN, atribut, termasuk masalah rambut. Adapun dalam pasal 24 Permendagri poin b berbunyi, “Rambut dipotong pendek rapi dan sesuai etika bagi pria." Artinya, merujuk aturan tersebut, PNS tidak diperkenankan untuk berambut panjang/gondrong. Adanya larangan terhadap rambut gondrong dapat dipandang sebagai bagian dari upaya untuk menciptakan tatanan kerja yang profesional dan representatif.

II. Etika Profesional:

Selain mematuhi aturan hukum, dosen sebagai ASN juga diharapkan menjunjung tinggi nilai-nilai etika profesional. Penampilan yang bersih, rapi, dan sesuai dengan norma-norma sosial adalah bagian dari citra seorang profesional. Rambut gondrong, dalam konteks tertentu, dapat dianggap sebagai pernyataan pribadi yang mungkin tidak selaras dengan ekspektasi etika profesional. Oleh karena itu, kepatuhan terhadap aturan penampilan dapat dianggap sebagai bentuk ketaatan terhadap etika kerja.

III. Budaya Organisasi dan Akademis:

Lingkungan akademis memiliki norma-norma budaya tersendiri. Dosen seringkali menjadi figur otoritatif yang memberikan contoh bagi mahasiswa dan anggota staf lainnya. Oleh karena itu, penampilan dosen dapat mempengaruhi budaya organisasi secara keseluruhan. Dalam beberapa kasus, penampilan yang mematuhi aturan dapat menciptakan lingkungan yang lebih harmonis dan kohesif.

IV. Penutup:

Sebagai dosen yang merupakan ASN, kepatuhan terhadap aturan penampilan, termasuk larangan terhadap rambut gondrong, bukan hanya sekadar kewajiban hukum, tetapi juga mencerminkan komitmen terhadap etika dan budaya kerja yang sesuai dengan lingkungan akademis. Dalam mengembangkan diri sebagai ASN, dosen perlu memahami bahwa penampilan juga dapat menjadi bagian dari tanggung jawab profesional mereka. Dengan mematuhi aturan, dosen dapat memberikan kontribusi positif terhadap citra institusi dan mendukung pengembangan lingkungan kerja yang kondusif untuk pembelajaran dan pengembangan ilmu pengetahuan.

 

OUTBOUND ANAK-ANAK

27 July 2023 13:46:46 Dibaca : 598

By: Jumadi Mori Salam Tuasikal

1. ESTAFET GELANG

Permainan yang satu ini lebih asyik dilakukan dalam bentuk tim secara estafet bersamaan atau secara individu bergantian.

a) Bahan yang diperlukan adalah sedotan dan karet.

b) Tiap tim harus cepat memindahkan karet dari titik awal ke titik akhir (baskom, ember, gelas atau wadah yang telah disediakan) dengan bantuan sedotan, dengan jarak yang tidak terlalu jauh. Karet bisa dipindahkan secara estafet dengan bantuan sedotan yang ditaruh di mulut.

Cara:

  • Kelompokkan anak dengan anggota sesuai sesuai dengan jumlah anak atau kebutuhan permainan
  • Setiap anak harus berdiri sejajar dengan jarak masing-masing 1-2 meter.
  • Beri setiap anak 1 buah sedotan dan minta mereka menempatkan sedotan di ujung mulut.
  • Letakkan sebuah wadah 1 meter di samping anak paling ujung pada setiap kelompok.
  • Berikan gelang plastik atau gelang karet pada anak yang berdiri paling awal, dan gantungkan pada ujung sedotannya. Ingatkan anak-anak untuk tidak menggunakan tangan untuk menahan gelang.
  • Setiap anak harus membawa gelang kepada teman satu tim mereka secara estafet, yang kemudian anak paling ujung meletakkannya pada baskom.
  • Masing-masing kelompok harus berhasil memasukkan 5 gelang secara estafet, dan kelompok yang lebih dulu memasukkan gelang paling banyak dalam waktu yang ditentukan, itulah yang keluar sebagai pemenangnya.

c)      Tujuan yang ingin dicapai yaitu melatih kerja sama dan konsentrasi anak

 

 2.      OPER KELERENG

Permainan tersebut dilakukan dalam bentuk tim secara bersamaan atau secara individu bergantian.

a)      Bahan yang diperlukan adalah sendok dan kelereng.

b)      Tiap tim harus adu cepat memindahkan atau mengambil kelereng dari titik awal ke titik akhir dengan bantuan sendok (boleh satu atau dua sendok secara bersamaan). Kelereng bisa dipindahkan secara estafet dengan bantuan sendok yang dipegang di tangan.

c)      Tujuan yang ingin di capai yaitu kerja sama, konsentrasi, dan keseimbangan

 

3.      PLASTIK ROL AIR

Permainan dilakukan dalam bentuk tim secara bersamaan.

a)      Bahan: Plastik rol bening rol lebar 3-4 jari, air di wadah, dan satu wadah kosong

b)      Caranya:

  • Kelompokkan anak dengan anggota sesuai sesuai dengan jumlah anak atau kebutuhan permainan
  • Setiap anak harus berdiri sejajar sambil memegang plastik rol bening yang memanjang dari wadah air  sampai dengan wadah penampung, dan seorang bertugas untuk memasukan air yang ada pada wadah kedalam plastik menggunakan tanggannya,unjung plastik dibuka oleh teman yang lain
  • Air yang dimasukan akan dialiri sampai ke wadah penampung tetapi dibantu anggota kelompok untuk mengaliri air tersebut sampai wadah penampung penuh

c)      Tujuannya adalah: Kebersamaan, kecepatan

 

 4.      BOTOL/EMBER HUJAN

a)      2 botol aqua/soda/Ember kecil yang bekas ukuran besar (untuk 2 tim, jumlah botol/ ember disesuaikan saja dengan tim yang dibentuk), 2 ember kecil (untuk 2 tim), 1 ember besar berisi air, paku untuk melubangi botol

b)      Cara bermain :

  • Bentuk 2 tim (minimal) yang masing-masing tim terdiri dari 2 anak atau lebih. Silakan sesuaikan dengan jumlah anak yang ikut bermain.
  • Lubangi botol aqua atau botol soda dengan paku atau solder. Kira-kira beri 8-10 lubang untuk setiap botol.
  • Atur jarak tempuh, misalnya 3-5 meter. Lalu letakkan ember-ember kecil untuk wadah penampungan air.
  • Setiap tim harus mengisi botol mereka dengan air dari ember besar yang disediakan dan membawanya sambil menutup lubang kebocoran dengan tangan sampai ke ember penampungan.
  • Tim yang lebih dulu memenuhi ember penampungan, dinyatakan sebagai pemenang.

c)      Tujuan yang ingin dicapai adalah melatih kerjasama tim, kekompakan, kompetisi, dan kecepatan.