Banner: Perilaku Agresif

23 June 2023 17:27:41 Dibaca : 119

Banner: Perilaku Anti Sosial

23 June 2023 17:21:49 Dibaca : 45

PENDIDIKAN ANAK BERKESULITAN BELAJAR

15 June 2023 18:18:45 Dibaca : 6092

By: Jumadi Mori Salam Tuasikal

A.    Definisi kesulitan belajar

Istilah yang digunakan untuk menyebut Anak Berkesulitan Belajar (ABB) cukup beragam. Istilah yang sering digunakan para ahli pendidikan adaah learning disabilities (Donald, 1967:1) yang diartikan sebagai “kesulitan belajar”. Dalam dunia pendidikan digunakan istilah educationally handicapped karena ank-anak ini mengalami kesulitan dalam mengikuti proses pendidikan, sehingga mereka memerlukan layanan pendidikan secara khusus sesuai dengan bentuk dan derajat kesulitannya. Istilah yang digunakan oleh para medis adalah brain injured, minimal brain dysfunction, dengan alasan bahwa dari hasil deteksi secara medis anak-anak berkesulitan belajar mengalami penyimpangan dalam perkembanganotaknya yang diakibatkan oleh adanya masalah pada saat persalinan atau memang sejak dalam kandungan mengalami penyimpangan. Para ahli bahasa menyebutnya dengan istilah language disorders karena anak-anak berkesulitan belajar mengalami ganguan dalam berbahasa. Menurut canadian association for children and adults with learning disabilities adalah mereka yang tidak mampu mengikuti pelajaran sekolah meskipun tingkat kecerdasannya termasuk rata-rata, sedikit diatas rata-rata, atau sedikit dibawah rata-rata, dan apabila kecerdasannya lbih endah dari kondisi tersebut bukan lagi termasuk learning disabilities.Anak berkesulitan belajar adalah anak yang mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademiknya, yang disebabkan oleh adanya ketidakberfungsian sistem persarafan yang minimal di otak, atau gangguan dalam psikologi dasar, sehingga megakibatkan terhambatnya dalam melaksanakan tugas-tugas akademik dan berdampak terhadap prestasi belajar rendah.

 B.     Klasifikasi Kesulitan Belajar

Kirk dan Gallagher (1989:187) menjelaskan bahwa kesulitan belajar dibedaka dalam dua kategori besar yaitu:

  • Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan (developmental learning disabilities) Mencakup gangguan perhatian, ingatan, motorik, persepsi, berbahasa, dan berpikir. Kesulitan belajar perkembangan dapat mempengaruhi proses penerimaan, menginterpretasian dan merespon stimulus dari lingkungan.
  • Kesulitan belajar akademik (academic learning disabilities) Mencakup kesulitan belajar membaca, menulis, dan berhitung atau matematika. Kesulitan belajar akademik merupakan suatu kondisi yang secara signifikan menghambat proses belajar membaca, menulis dan operasi berhitung.

 C.    Penyebab Kesulitan Belajar

Roos (1976), Siegel dan Gold (1982), serta Paintig (1983) mengemukakan bahwa kesulitan belajar khusus disebabkan oleh disfungsi sistem saraf yang disebabkan oleh:

  • Cedera otak pada masa perkembangan otak
  • Ketidakseimbangan zat-zat kimiawi di dalam otak
  • Gangguan perkembangan saraf
  • Kelambatan proses perkembangan individu

Hallahan dan Kauffman (1991:127-128) mengemukakan tiga faktor penyebab kesulitan belajar yaitu:

  • Faktor Organis/Biologis; Disebabkan oleh adanya disfungsi dari sistem saraf pusat.
  • Faktor genetis; Dapat disebabkan oleh faktor genetis atau keturunan sebagaimana dikemukakan oleh Finucci dan Child (1983)
  • Faktor lingkungan ; Lingkungan menyebabkan timbulnya kesulitan belajar pada anak, bukanlah bersifat primer (utama), tetapi lebih banyak bersifat sekunder.

Dari hasil penelitian para ahli diagnostik, ditemukan empat faktor yang dapat meperberat gangguan dalam belajar yaitu

  • Kondisi fisik; Meliputi gangguan visual, gangguan pendengaran, gangguan keseimbangan dan orientasi ruang body image yang rendah, hiperaktif, serta kurang gizi.
  • Faktor lingkungan; Lingkungan keluarga, masyarakat, dan sekolah yang krang menguntungkan bagi anak, akan menghambat perkembangan sosial, psikologis, dan pencapaian prestasi akademis
  • Faktor motivasi dan afeksi; Anak yang selalau gagal pada satu mata pelajaran atau beberapa mata pelajaran cenderung menjadi tidak percaya diri, mengabaikan tugas dan rendah diri. Kegagalan ini dapat membentuk pribadi anak menjadi seorang pelajar yang pasif.
  • Kondisi psikologis; Terganggu akibat dari gangguanperhatian, persepsi visual, persepsi pendengaran, persepsi motorik, ketidakmampuan berpikir, dan keterlambatan dalam kemampuan berbahasa.

 D.    Karakteristik Anak Berkesulitan Belajar

Secara Umum Menurut celment yang dikutip oleh Hallahan dan kauffman terdapat sepuluh gejala yang sering dijumpai pada anak berkesulitanbelajar, yaitu

  • Hiperaktif
  • Gangguan persepsi motorik
  • Emosi yang labil
  • Kurang koordinasi
  • Gangguan perhatian
  • Impulsif
  • Gangguan memori dan berpikir
  • Kesulitan pada akademik khusus (membaca, menulis,dan matematika)
  • Gangguan dalam berbicara dan mendengarkan
  • Hasil electroencephalogram (EEG) tidak teratur serta tanda neurologis yang tidak jelas

Hallahan menjelaskan bahwa tidak semua gejala sellau ditemuka pada anak yang mengalami kesulitan belajar, adakalanya hanya beberapa ciri yang tampak. Para peneliti mengelompokkan kesepuluh ciri tersebut yaitu:

  • Masalah persepsi dan koordinasi. Hallahan (1975) mengemukakan bahwa beberapa anak berkesulitan belajar menunjukkan gangguan dalampersepsi penglihatan dan pendengaran. Contoh: anak yang mengalami gagguan persepsi visual, tidak dapat membedakan huruf atau kata-kata yang bentuknya mirip, seperti huruf “d” dan “b”  atau membedakan kata “sabit” dengan “sakit”. Pada anak yang berkesulitan belajar ada yang mengalami masalah dalam koordinasi motorik yaitu gangguan keterampilan motorik halus seperti gangguan daam menulis dan keterampilan motorik kasar seperti tidak dapat melompat dan menendang bola secara tepat.
  • Gangguan dalam perhatian dan hiperkatif. Para ahli menekankanbahwaa maslahnya bukan pada kelebihan geraknya tetapi yang lebih mendasar adalah maslah sulitnya berkonsentrasi. Contoh: apabila anak diberi tugas untuk melakukan sesuatu, ia tidak dapat menuntaskan pekerjaanyya karena perhatiannya segera beralih pada objek lainnya.
  • Mengalami gangguan dalam masalah mengn=ingat dan berpikir

a. Masalah mengingat

    • Anak berkesulitan belajar kurang mampu menggunakan strategi untuk mengingat sesuatu.
    • Anak berkesulitan belajar mendapat kesulitan untuk mengingat materi secra verbal.

b. Masalah berpikir

Berpikir meliputi kemampuan ntuk memecahkan masalah sampai kepada pembentukan konsep atau pengertian. Anak berkesulitan belajar mengalami kelemahan dalam masalah tersebut.

    • Kurang mampu menyesuaikan diri. Anak yang mengalami kesulitan belajar sering mengalami kegagalan sesuai dengan tingkat kesulitanyya. Dampak dari kegagalan tersebut yaitu anak menjadi kurang percaya diri, merasa cemas, dan takut melakukan kesalahan yang akan menjadi cemoohan teman-temannya.
    • Menunjukkan gejala sebagai siswa yang tidak aktif. Contohnya: anak berkesulitan belajar tidak berani menjawab pertanyaan guru atau menjawa soal di papan tulis secara spontan.
    • Pencapaian hasil belajar yang rendah. Memiliki ketidakmampuan dalam berbagai bidang akademik, misalnya dalam membaca, pengucapan, tulisan, berhitung, dan sebagian anak lagi hanya pada satu atau dua aspek saja.

 E.     Karakteristik Khusus Anak Berkesulitan Membaca

Kesulitan khusus  dalam membaca berdasarkan hasil-hasil penelitain sebagai berikut:

  1. Gangguan membaca lisan: Anak berkesulitan belajar terentu kurang percaya diri pada kemampuannya untuk mengucapkan kata-kata pada daftar kata yang mudah diucapkan. Anak yang berkesulitanbelajar kurang mampu membedakan kata-kata yang berbeda secara ortografis.
  2. Gangguan ingatan jangka pendek: Ketidakmampuan menghbungkan huruf dengan bunyi huruf secara tepat akan menghalangi pemahaman dan penyimpanan informasi dalam ingatan jangka pendek. Pada anak berkesulitan membaca, proses perekaman fonologi dalam ingatan jangka pendek tidak daat berlangsung secara sempurna.
  3. Gangguan pemahaman.: Anak-anak berkesulitan membaca menampakkan kelemahan dalam pemahaman dan pendekatan melalui teks akan memnuat anak menjadi lebih pasif. Anak berkesulitan membaca mengalami kekurangan atau ketidakmampuan menemukan teknik-teknik untuk memahami teks bacaan. Hal ini diakibatkan oleh ketidakmampuan menghubugkan kata dalam kalimat dan kelemahan dalam melakukan strategi, serta menunjukkan kekurangan dalam memahami apa yang didengar.

 F.     Karakteristik Khusus Anak Berkesulitan

Menurut Lovitt (1989:225) mengemukakan bahwa pelajaran menulis meliputi menulis dengan tangan, mengeja dan menulis ekspresif. Karakteristik khusus mengenai anak berkesultan menulis  yaitu:

1. Menulis dengan tangan. Anak berkesulitan belajar memiliki berbagai masalah dalam menulis tangan seperti:

  • a)      Menulis dengan lambat
  • b)      Salah dalam menulis huruf dan angka
  • c)      Tulisannyaterlalu miring
  • d)      Jarak tulisannyaterlalu rapat
  • e)      Kesulitan mengikuti garis lurus
  • f)       Tulisan tidak terbaca
  • g)      Tekanan pensil ang terlalu kuat atau erllau lemah
  • h)      Tulisan yang terbayang

2.  Mengeja: Mengeja adalah memproduksi urutan huruf secara benar dari suatu akat, baik dalam bentuk uacapan maupun tulisan. Kesulitan mengeja terjadi apabila anak tidak memiliki memori yang baik tentang huruf-huruf, baik memori visual amaupun memori auditif. Kesulitan mengeja dalam bentuk tulia ditandai dengan:

  • a)      Penambahan huruf yang toidak diperlukan (bandung-Bandunga)
  • b)      Penghilangan huruf (Bandung-Badung)
  • c)      Muncul pola-pola bicar dialektis (Bandung-Embandung)
  • d)      Muncul penggantian hruf seperti kesalahan ucapan
  • e)      Memutar balikkan huruf adalam kata seperti ibu ditulis ubi
  • f)       Memutar balikkan penempatan konsonan atau vokal dalam kata seperti berjalan ditulis bejrlan
  • g)      Memutar balikkan suku kata dalam kata seperti laba ditulis bala.
  • h)      Kombinasi dari kesalahan-kesalahn di atas

3. Menulis ekspresif.

Adalah mengungkapkan pikiran dan persaan melalui tulisan yang dapat dipahami oleh para pembaca yang sebahasa. Anak yang mengaalami kesluitam dalam menulis ekspresif ditandai dengan kurang terampilnya mengungkapkan pikiran dan perasaan melalui tulisan, baik dirinjau dari segi panjang arangan, keindahan, tulisan penulisan ejan, penggunaan tata bahasa, maupun dai segi ideasi.

4. Karakter khusus anak berkesulitan matematika/berhitung

Anak berkesulitan matematika/berhitung, memiliki masalah dalam memahami istilah matematika dasar atau belajar operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian,pembagian serta simbol-simbol matematika.

 

DEFINISI DAN DAMPAK ANAK BERBAKAT

15 June 2023 18:15:53 Dibaca : 11168

By: Jumadi Mori Salam Tuasikal

A.    Definisi KeberbakatanDefinisi keberbakatan dapat dikemukakan sebagai berikut.

1.         Definisi versi Amerika

Berdasarkan skor tes inteligensia Stanford Binet yang di kembangkan oleh Terman, pengertian berbakat di Amerika Serikat, anak-anak yang berbakat memiliki IQ 130 atau 140 (Kirk & Gallagher, 1979:6). Anak berbakat adalah mereka yang menunjukkan secara konsisten penampilan luar biasa hebat dalam suatu bidang yang berfaedah (Kirk dan Gallagher, 1979:61).

Definisi dalam Public Law 97-135 yang disahkan oleh Kongres Amerika Serikat pada tahun 1981, yang dimaksud anak berbakat (gifted and talented) adalah sebagai berikut.

Anak yang menunjukkan kemampuan/penampilan yang tinggi dalam bidang-bidang, seperti intelektual, kreatif, seni, kapasitas kepemimpinan atau bidang-bidang, akademik khusus, dan yang memerlukan pelayanan-pelayanan atau aktivitas-aktivitas yang tidak biasa disediakan oleh sekolah agar tiap kemampuan berkembang secara penuh dalam Clark, (1983:5)

Clark (1983:6) mengemukakan definisi keberbakatan sebagai berikut.

Keberbakatan adalah suatu konsep yang berakar biologis, suatu nama dari intelegensia taraf tinggi sebagai hasil dari integrasi yang maju cepat dari fungsi-fungsi dalam otak meliputi pengindraan (physical sensing), emosi, kognisi, kreativitas, kecakapan akademik, kepemimpinan atau seni rupa dan seni pertunjukan. Oleh karena itu, dengan intelegensia ini individu berbakat menampilkan atau menjanjikan harapan untuk menampilkan intelegensia pada taraf tinggi. Oleh karena kemajuan dan percepatan dan aktivitas khusus yang disediakan oleh sekolah agar kemampuan mereka berkembang secara optimal, alih bahasa Moh. Amin (1989).

Menurut Francoya Gagne, giftedness berhubungan dengan kecakapan yang jelas berada di atas rata-rata dalam satu atau lebih ranah (domains) bakat manusia, sedangkan talent berhubungan dengan penampilan (performance) yang secara jelas berbeda di atas rata-rata dalam satu atau lebih bidang aktivitas manusia (Calengelo dan Davis, 1991:65).

2.        Definisi versi Indonesia

Berdasarkan rumusan dalam lokakarya Program alternative for the gifted and talented yang diselenggarakan di Jakarta (1982) bahwa anak berbakat adalah mereka yang didefinisikan oleh orang-orang professional mampu mencapai prestasi yang tinggi karena memiliki kemampuan-kemampuan luar biasa.

Beberapa implikasi, yaitu (a) bakat merupakan potensi yang memungkinkan seseorang berpartisipasi tinggi, (b) terdapat perbedaan antara bakat sebagai potensi yang belum terwujud dengan bakat yang sudah terwujud dan nyata dalam pretasi yang unggul, (c) terdapat keragaman dalam bakat, (d) ada kecenderungan bahwa bakat hanya akan muncul dalam salah satu bidang kemampuan, dan (e) perlunya layanan pendidikan khusus di luar jangkauan pendidikan biasa.

Maka dapat disimpulkan bahwa anak berbakat adalah anak yang mempunyai kemampuan yang unggul dari anak rata-rata/normal, baik dalam kemampuan intelektual maupun noninteklektual sehingga mereka membutuhkan layanan pendidikan secara khusus.

 B.     Dampak Kerberbakatan

Dampak keberbakatan dapat dilihat dari beberapa aspek berikut.

1.         Aspek Akademik

Pada anak berbakat perkembangan koginitif yang tidak sesuai dengan perkembangan dan kekuatan fisik, akan menimbulkan kesulitan dalam penyesuaian diri pada anak. Hal ini disebabkan perkembangan kognitifnya lebih cepat dari teman seusianya. Maka dampaknya adalah kesulitan hubungan sosial sehingga nanti dapat menimbulkan efek negatif kepada dirinya. Roe (dalam Zaenal Alimin, 1996) mengidentifikasikan karakteristik keberbakatan akademik adalah (a) memiliki ketekunan dan rasa ingin tahu yang besar, (b) keranjingan membaca, dan (c) menikmati sekolah dan belajar.

Kitano dan Kirby (1996) dalam Mulyono Abdurrahman (1994) mengemukakan karakteristik keberbakatan bidang akademik adalah (a) memiliki perhatian yang lama terhadap suatu bidang akademik khusus, (b) memiliki pemahaman yang sangat maju tentang konsep, metode, dan terminology dari bidang akademik khusus, (c) mampu mengaplikasikan berbagai konsep dari bidang akademik khusus yang dipelajari pada aktivitas bidang lain,(d) kesediaan mencurahkan sejumlah besar perhatian dan usaha untuk mencapai standar yang lebih tinggi dalam suatu bidang akademik, (e) memiliki sifat kompetitif yang tinggi dalam suatu bidang akademik dan motivasi yang tinggi untuk berbuat yang terbaik, dan (f) belajar dengan cepat dalam suatu bidang akademik khusus.

2.         Aspek Sosial/Emosi

Kemampuan anak berbakat untuk menyerap segala sesuatu jika tidak diimbangi dengan perkembangan emosi dan kesadaran dapat menimbulkan ketidakstabilan perkembangan emosi. Ada beberapa ciri individu yang memiliki keberbakatan sosial, sebagai berikut.

a.         Diterima oleh mayoritas dari teman sebaya dan orang dewasa.

b.        Keterlibatan dalam kegiatan sosial, memberikan sumbangan positif dan kontruktif.

c.         Dipandang sebagai juru pemisah dalam pertengkaran.

d.        Percaya tentang kesamaan derajat semua orang dan jujur.

e.         Tidak defensif dan memiliki tenggang rasa.

f.          Tidak emosi dan mampu mengontrol ekspresi.

g.        Mampu mempertahankan hubungan dengan teman dan orang dewasa.

h.        Menularkan perilaku produktif kepada orang lain.

i.          Mampu menanggulangi situasi sosial dengan cerdas.

3.      Dampak Keberbakatan terhadap Fisik/Kesehatan

Longitudinal Terman dalam Samuel A Kirk (1986) dalam segi fisik anak sehat memperlihatkan:

a.         Memiliki penampilan yang menarik

b.        Kesehatannya berada lebih baik di atas rata-rata

Dicontohkan pula bahwa : seorang anak berbakat usia 10 tahun memiliki tinggi dan berat badan yang sama dengan usianya.yang menunjukan perbedaan adalah koordinasi geraknya sama dengan anak normal berusia 12 tahun. Mereka juga memperlihatkan sikap rapi.

Karakteristik anak berbakat oleh Renzulli (1981) menyatakan bahwa keberbakatan menunjukan keterkaitan antara 3 kelompok:

·         Kemampuan kecerdasan jauh di atas rata-rata

·         Kreativitas tinggi

·         Tanggung jawab atau pengitan diri terhadap tugas

Seorang dikatakan berbakat intelektual mempunyai intelegensia tinggi. Sedangkan kreatifitas yaitu mampu menciptakan hal baru dan memberikan gagasan baru, melihat hubungan yang baru dari unsur-unsur yang sudah ada mendorong seseorang untuk tekun dan ulet meskipun ada hambatan karena sudah terikat pada tugas.

 C.    Kebutuhan Pendidikan Anak Berbakat

1.      Kebutuhan Pendidikan Dari Segi Anak Berbakat Itu Sendiri

Untuk mengembangkan potensinya dibutuhkan hal-hal berikut:

a.    Anak berbakat membutuhkan peluang untuk mencapai aktualisasi potensinya melalui penggunaan fungsi otak yang efektif dan efisien

b.    Membutuhkan peluang untuk dapat berinteraksi dengan anak-anak lainnya agar mereka tidak menjadi manusia superioritas intelektual saja tapi juga penyesuaian diri yang tinggi pula

c.    Membutuhkan peluang untuk mengembangkan kreativitas dan motivasiinternal untuk belajar berprestasi

2.    Kebutuhan pendidikan yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat

a.       Membutuhkan kepedulian dari masyarakat terhadap pengembangan potensi anak berbakat

b.      Membutuhkankan pengembangan sumber daya manusia berbakat

c.       Anak berbakat membutuhkan keserasian antara kemampuannya dengan pengalaman belajar

d.      Membutuhkan usaha untuk mewujudkan kemampuan anak berbakat secara nyata/riil melalui latihan yang sesuai dngan segi keberbakatan anak berbakat itu sendiri.

 

D.    Jenis-jenis Layanan Bagi Anak Berbakat

1.      Komponen sebagai Persiapan Penentuan Jenis Layanan

a.       Pengidentifikasian anak berbakat

Menentukan alasan atau sebab untuk mencari mereka. Jika kita memilih kelompok matematika, maka pendekatan akan berlainan kalau kita mencari siswa yang memiliki kemampuan menulis kreatif atau seni pementasan, kepemimpinan dll. Alat-alat untuk mengidentifikasi berfokus kepada: kelancaran, kelenturan, kemurnian. Renzulli dkk.  Mengemukakan mengidentifikasi anak berbakat harus mewakili kawasan intelektual umum, komitmen terhadap tugas & kreatifitas

b.      Tujuan umum pendidikan anak berbakat

(1)   Anak-anak berbakat harus menguasai sistem konseptual yang penting ada pada tingkat kemampuan mereka dalam berbagai bidang mata pelajaran

(2)   Anak-anak berbakat harus mengembangkan keterampilan dan strategi yang memungkinkan mereka menjadi mandiri, kreatif, dan memenuhi kebutuhan dirinya

(3)   Anak-anak berbakat harus mengembangkan kesenangan dan kegairahan tentang belajar

c.       Kebutuhan pendidikan anak berbakat baik itu kepentingan individual ataupun kepentingan masyarakat

2.    Komponen sebagai Alternatif Implementasi Jenis Layanan

Berikut ini akan dibahas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan implementasi layanan pendidikan anak berbakat.

a.         Ciri khas layanan yang sesuai dengan kebutuhan anak berbakat

1)      Adaptasi lingkungan belajar

Hampir semua usaha mengadaptasi lingkungan belajar dirancang untuk membawa anak-anak berbakat bersama-sama dengan teman seusianya dalam jangka waktu tertentu. Terdapat beberapa alasan dalam mengadaptasi lingkungan belajar, diantaranya (a) untuk memberi kesempatan anak berbakat dalam berinteraksi dengan teman yang seusia; (b) untuk memudahkan guru dalam mengajar karena berkurangnya keanekaragaman siswa di kelas, dan (c) untuk menempatkan siswa berbakat dengan pengajar yang mempunyai keahlian khusus dalam menangani anak berbakat. Terkait dengan adaptasi lingkungan belajar ini Gallagher, dkk. (1983) mengemukakan ada beberapa cara penerapannya, yaitu sebagai berikut.

a)    Kelas pengayaan, guru kelas melaksanakan suatu program tanpa bantuan petugas dari luar. Contohnya, anak berbakat belajar di kelas biasa bersama dengan anak normal. Anak berbakat dapat belajar di kelas yang lebih tinggi sesuai dengan keberbakatannya. Apabila anak berbakat dalam matematika duduk di kelas 5 SD misalnya, dia bisa mengikuti pelajaran matematika di kelas yang lebih tinggi. Untuk pelajaran yang lain (tidak unggul) ia tetap belajar di kelasnya semula.

b)   Guru konsultan, pelaksanaan program pengajaran dan kelas biasa dengan bantuan konsultan khusus yang terlatih. Contohnya, anak ditempatkan di kelas biasa belajar bersama dengan anak biasa di bawah bimbingan guru kelas biasa. Sekali-kali guru konsultan datang membantu guru kelas dalam menangani dan memberi petunjuk mengenai bahan atau metode sesuai dengan kebutuhan atau bidang keunggulan anak berbakat. Guru konsultan adalah guru yang terlatih dalam bidang keberbakatan.

c)    Ruangan sumber belajar, siswa berbakat meninggalkan ruang kelas biasa ke ruangan sumber untuk menerima pengajaran dari guru yang terlatih. Contohnya, anak berbakat belajar di kelas biasa bersama temannya yang normal dan mengunjungi ruang sumber kira-kira 1-2 jam jam sehari untuk mempelajari pelajaran khusus yang menjadi keunggulannya dengan guru yang sudah dilatih secara khusus. Di ruang sumber tersedia alat-alat khusus yang sesuai dengan kebutuhan anak berbakat.

d)   Studi mandiri, siswa memilih proyek-proyek dan mengerjakannya di bawah pengawasan seorang guru yang berwenang. Contohnya,anak berbakat dapat mempelajari topik yang disenanginya di masyarakat dan mendapat pengawasan atau bimbingan dari ahli dalam bidang itu. Misalnya, mengadakan percobaan mengenai pengaruh kimia terhadap benda dan dalam jangka berapa bulan mereka wajib melaporkan hasil percobaannya.

e)    Kelas khusus, siswa berbakat dikelompokkan bersama-sama di sekolah dan diajar oleh guru yang dilatih khusus. Contohnya, anak berbakat ditempatkan dalam satu ruangan khusus dengan menggunakan kurikulum khusus yang telah dimodifikasi (berdiferensiasi, akselerasi, pengayaan). mereka tetap berada dalam lingkungan sekolah yang sama dengan anak normal. Ia bergaul dengan anak normal pada jam istirahat, upacara,  dan pada pelajaran pelajaran yang tidak merupakan keunggulan anak berbakat. di kelas khusus ia mendapat layanan dari guru yang telah terlatih dalam bidang keberbakatan.

f)    Sekolah khusus, siswa berbakat menerima pengajaran di sekolah khusus dengan staf guru yang dilatih secara khusus. Contohnya, anak berbakat ditempatkan di sekolah khusus tanpa ada teman sebaya yang normal. Anak berbakat disediakan kurikulum khusus, alat, metode khusus dan guru khusus yang sesuai dengan keunggulannya. Model ini memisahkan anak berbakat dari pergaulan dengan anak normal sebagainya sehingga sosialisasi mereka kurang berkembang.

Utami Munandar (1996) mengemukakan bahwa alternatif lingkungan belajar atau tempat belajar anak berbakat dapat berupa sekolah unggulan yang dapat menampung anak-anak berprestasi tinggi dari daerah sekitarnya. Di sekolah unggulan itu mereka dihadapkan dengan program yang memungkinkan akselerasi dan pengayaan.

2)      Adaptasi program

Adaptasi program dilakukan dalam beberapa cara diantaranya sebagai berikut.

a)    Melalui percepatan/akselerasi siswa

Stanley (1979) mengemukakan beberapa percepatan, yaitu (1) pemasukan ke sekolah pada usia dini, anak yang memperlihatkan kematangan sosial dan intelektual diperbolehkan memasuki taman kanak-kanak pada usia lebih muda dari anak pada umumnya; (2) pelompatan tingkat atau kelas, anak dengan cepat naik ke kelas pada kelas/tingkat berikutnya walaupun belum saatnya kenaikan kelas; (3) percepatan materi, anak mengikuti materi standar dengan waktu yang lebih singkat, misalnya belajar di sekolah menengah pertama hanya dua tahun; (4)  penempatan yang maju, siswa mengambil pelajaran di perguruan tinggi sementara ia masih di sekolah menengah atas; (5) pemasukan ke perguruan tinggi yang lebih awal, seorang siswa yang sangat maju bisa masuk perguruan tinggi dalam usia 13, 14, atau 15 tahun.

b)   Melalui pengayaan

Pengayaan isi (mata pelajaran) memberi kesempatan pada siswa untuk mempelajari materi secara luas, seperti menggunakan ilustrasi khusus, membuat contoh-contoh, memperkaya pandangan, dan menemukan sesuatu.

c)    Pencanggihan materi pelajaran

Materi pelajaran harus menantang anak berbakat untuk menggunakan pemikiran yang tinggi agar mengerti ide, dan memiliki abstraksi yang tinggi.  Materi pencegahan ini tidak terdapat dalam kurikulum atau program pendidikan biasa.

d)   Pembaruan

Pembaruan isi pelajaran adalah pengenalan materi yang biasanya tak akan muncul dalam kurikulum umum karena keterbatasan waktu atau abstraknya sifat isi pelajaran. Tujuan pemberian ini ialah untuk membantu anak-anak berbakat menguasai ide-ide yang penting. Jenis pembaruan materi pelajaran misalnya guru mengajak siswa untuk memikirkan konsekuensi kemajuan teknologi seperti AC komputer TV dan lain-lain.

e)        Modifikasi kurikulum sebagai alternatif

(1)     Kurikulum plus

Herry Widyastono (1996) mengemukakan bahwa kurikulum plus dikembangkan dari kurikulum umum atau nasional yang diperluas dan diperdalam (pengayaan horizontal dan vertikal ) agar siswa mampu memanifestasikan atau mewujudkan potensi proses berpikir tingkat tinggi (analisis, sintesis, evaluasi dan pemecahan masalah) yang dimiliki tidak sekadar proses berpikir tingkat rendah ( ingatan atau pengetahuan pemahaman dan penerapannya), seperti anak pada umumnya yang sebaya dengannya.

(2)         Kurikulum berdiferensiasi

Conny Semiawan (1995) mengemukakan bahwa kurikulum berdiferensiasi dirancang dengan mengacu pada penanjakan kehidupan mental melalui berbagai program yang akan menumbuhkan kreativitas serta mencakup berbagai pengalaman belajar intelektual tingkat tinggi titik kurikulum ini tidak memerlukan sekolah khusus anak berbakat. Dalam model ini, anak berbakat yang menonjol dalam bidang tertentu bisa memperoleh materi yang lebih banyak sehingga bakatnya menonjol. Dalam pengayaan, bukan materi dan jam pelajarannya yang ditambah secara kuantitatif tetapi yang paling penting adalah suatu desain yang secara kualitatif berbeda dengan anak normal.

Kurikulum ini memungkinkan guru untuk mendiferensiasi kurikulum tanpa mengganggu kelancaran pembelajaran di dalam kelas. Contohnya, seorang guru kelas 3 SD mengajar struktur bumi. ternyata muncul pernyataan dari beberapa siswa bahwa mereka telah mengetahui nama lapisan bumi dan mengenal bahan yang membentuk lapisan tersebut. Guru memutuskan bahwa siswa-siswa tersebut (yang memberi pernyataan) perlu membentuk kelompok kecil untuk mempelajari gempa bumi dan mereka diberi tugas Bagaimana ciri-ciri mengukur intensitas gempa bumi, dan dampaknya bagi kehidupan. Mereka dapat memanfaatkan berbagai sumber media untuk mengerjakan tugas tersebut. Setelah menemukan jawaban mereka diminta untuk menyampaikan informasi yang mereka temui kepada seluruh temannya sehingga memberi pengalaman bermakna bagi semua siswa.

b.         Strategi pembelajaran dan model layanan

1.    Strategi pembelajaran

Strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak berbakat sangat mendorong anak tersebut untuk berprestasi titik beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan strategi pembelajaran adalah sebagai berikut.

a)        Pembelajaran anak berbakat harus diwarnai dengan kecepatan dan tingkat kompleksitas yang lebih sesuai dengan kemampuannya yang lebih tinggi dari anak normal.

b)        Pembelajaran pada anak berbakat tidak saja mengembangkan kecerdasan intelektual semata tetapi pengembangan kecerdasan emosional juga patut mendapat perhatian. Utami munandar (1996) mengemukakan bahwa kreativitas dan motivasi internal anak berbakat perlu dikembangkan untuk pelajar berprestasi. Sehubungan dengan pembelajaran ini Kitani, dkk. (1986) dalam Conny Semiawan (1995) mengemukakan bahwa pembelajaran anak berbakat memerlukan konsiderasi khusus dalam pendidikannya karena pendidikan mereka berbeda secara kualitatif dari individu lainnya. Hafalan dalam pembelajaran bagi anak berbakat harus sejauh mungkin dicegah dengan memberikan tekanan pada teknik yang berorientasi pada penemuan dan pendekatan induktif.

c)        Pembelajaran anak berbakat berorientasi pada modifikasi proses, isi atau konten, dan produk. M.Soleh YAI (1996) mengemukakan tiga jenis modifikasi sebagai berikut.

1)        Modifikasi proses, adalah metodologi atau cara guru mengajar termasuk cara mempresentasikan isi materi kepada siswa yang berorientasi kepada berpikir tingkat tinggi, banyak pilihan mengupayakan penemuan, mendukung penalaran atau argumentasi, kebebasan memilih, interaksi kelompok dan simulasi, serta kecepatan dan variasi proses.

2)        Modifikasi isi, adalah modifikasi dalam materi pembelajaran baik berupa ide, konsep, maupun fakta. pembelajaran dimulai dari hal yang konkrit, menuju ke hal yang kompleks, abstrak, dan bervariasi. Modifikasi produk atau hasil, adalah produk kurikulum yang tidak dapat dipisahkan dari isi materi dan proses pembelajaran yang dikembangkan dan merupakan hasil dari proses yang dievaluasi untuk menentukan efektivitas satu program.

 2.      Model-model layanan

Model-model layanan yang dimaksud adalah model yang mengarah pada perkembangan anak berbakat dia antaranya layanan perkembangan kognitif, nilai, moral, kreativitas, dan bidang khusus. Berikut ini akan dikemukakan apa dan bagaimana implementasi dari model-model tersebut:

a)    Model layanan kognitif-aktif. Sasaran akhir dari model ini adalah pengembangan bakat. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran sangat memperhitungkan kreativitas dan sisi kognitif afektif yang merupakan dinamika dari proses perkembangan bakat tersebut. Metode dalam melaksanakan model tersebut, yaitu dengan cara pemberian stimulus langsung pada belahan otak kanan, dan metode tak langsung dengan menghayati pengalaman belajar atau percakapan tertentu secara mendalam.

b)        Model layanan perkemabangan moral

Sasaran pada model ini adalah tercapainya kemandirian moral atau tanggung jawab moral yang diperoleh melalui sosialisasi dan individualisasi dalam kaitan manusia sebagai makhluk individu dan mahkluk sosial. Sebagai makhluk individu ia berhak mencipta, menyatakan diri secara mandiri, namun sebagai makhluk sosial ia harus dapat meletakkan kepentingannya dalam kepentingan masyarakat

c)        Model perkembangan nilai

Model ini memperhatikan peranan kehidupan afektif sehari-hari, seperti rasa senang, sedih, takut, bangga, mau, rasa bersalah, dan bosan. Perasaan ini membentuk sikap seseorang dan sebaliknya perkembangan nilai erat hubungannya dengan perkembangan sikap dan merupakan kerangka pembentukan moral seseorang.oleh karena itu, strategi ini erat kaitannya dengan strategi bidang khusus

PERKEMBANGAN PENDIDIKAN KHUSUS DI INDONESIA

15 June 2023 18:12:29 Dibaca : 2523

By: Jumadi Mori Salam Tuasikal

A.    Makna Pelayanan Pendidikan

Pelayanan diartikan sebagai (1) perihal atau cara melayani : (2) usaha melayani kebutuhan orang lain dengan memperoleh imbalan (uang): (3) adanya kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual beli barang atau jasa. Dengan demikian, dalam konteks pelayanan terdapat kebutuhan dari pencari layanan dan kemamouan untuk memenuhikebutuhan tersebut dari penyedia layanan. Di dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1 yang mengumumkan, “Tiap-tiap negara bahwa berhak mendapat pengajaran”. Pada tahun 2003 pemerintah mengeluarkan Undang-Undang no. 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN). Dalam Undang – Undang tersebut dikemukakan hal-hal yang erat hubungan dengan pendidikan bagi anak-anak dengan kebutuhan pendidikan khusus . Dalam pelayana pendidikan atau layanan pendidikan yang mengacu kepada penyediaan jenis layanan yang sesuai dengan kebutuhan yang dilayani sehingga memungkinkan seseorang mengembangkan potensi dirinya. Sesuai denga jenis kelaianan yang mereka sandang, mereka mempunai perbedaan dalam kemampuan belajar, perkembangan sosio-emosionalyang berdampak pada kemampuan bersosialisasi serta kondisi fisik dan keseharan. Dengan demikian kebutuhan para ABK merupakan suatu yang khas yang harus dijadikan landasan dalam pendidikan agar pelayanan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan.

B.     Jenis Pelayanan Pendidikan bagi ABK

  1. Layanan pendidikan yang berkaitan dengan bidang kesehatan dan fisik, seperti kebutuhan yang berkaitan dengan koordinasi gerakan anggota tubuh dan berbagai jenis gangguan kesehatan lainnya.
  2. Layanan pendidikan yang berkaitan kebutuhan emosional sosial, seperti berkaitan dengan konsep diri, penyesuaian diri dengan lingkungan sekitar.
  3. Layanan pendidikan yang memang berkaitan langsung dengan kebutuhan pendidikan .

C.    Sejarah Perkembangan Layanan Pendidikan Khusus

Sebagai manusia biasa, dengan banyakna keragaman yang ada disekitar kita yang merupakan sebagai kebesaran Tuhan dan menyikapi kondisi yang merupakan bagian dari tanggung jawab seorang pendidik. Di Indonesia dimulai Belanda masuk ke Indonesia (1596-1942), dimana dengan memperkenalkan sistem persekolahan dengan orientasi barat, untuk pendidikan bagi anak orang cacat dibuka lembaga-lembaga. Dengan diproklamasikannya Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, pelayanan pendidikan untuk ABK semakin meningkat. Hal ini sejalan dengan Pasal 31 UUD 1945 yang menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Berbagai SLB mulai bermunculan baik di Jawa maupun Luar Jawa. Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Biasa , yang merupakan pedoman untuk penyelenggaraan PLB, menetapkan bahwa setiap anak berhak mendapat pendidikan sesuai dengan jenis kelaianan yang disandangnya.

Penyediaan layanan pendidikan bagi ABK  di Indonesia dahulunya tidak semaju dinegara lain. Namun, perhatian masayarakat dan pemerintah makin lama makin besar sehingga berbagai sekolah untuk ABK mulai didirikan. Perkembangan dari jumlah sekolah dan jumlah siswa pertanda meningkatnya pelayanan pendidikan bagi ABK. Meskipun peran swasta sangat besar dalam penyedian layanan pendidikan bagi ABK. Menjelang tahun 90an perhatian juga ditunjukkan untuk membantu ABK yang ada disekolah  biasa.

D.    Berbagai Bentuk dan Jenis Layanan Pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) 

a.   Pelayanan Pendidikan Segrerasi, Integrasi, dan Inklusi

1.      Layanan Pendidikan Segregasi

Berarti layanan Pendidikan yang memisahkan ABK dari anak normal. ABK memiliki sekolah sendiri, demikian pula dengan anak normal lainnya. Beberapa alasannya yaitu:

  1. ABK akan mendapat perlakuan lebih intensif karenapara guru memang disiapkan khusus
  2. Para ABK akan merasa senasib sehingga bisa lebih akrab
  3. Keinginanb bersaing lebih tinggi

Kelemahan layanan segregasi ini adalah :

  1. Para ABK akhirnya hanya berada di dunianya sendiri
  2. Tidak ada tantangan karena di sekitar mereka kemampuannya hampir sama
  3. Masyarakat luas tidak menghargai mereka secara benar

 2.      Layanan Pendidikan Integrasi

Berarti layanan Pendidikan ABK terintegrasi dengan sekolah normal. Mereka disatukan di sekolah yang sama.

Hal positifnya:

  1. ABK bisa menghayati dunia anak normal, begitupun sebaliknya.
  2. Anak normal dan masyarakat akan menyadari bahwa ABK memang mempunyai karakteristik khas
  3. Tidak ada jurang pemisah antara anak normal dan ABK

Hal negatifnya:

  1. ABK tidak akan mendapat layanan yang sesuai kebutuhan
  2. ABK menjadi bahan ejekan
  3. Menghambat perkembangan anak normal karena mungkin terpengaruh perilaku negatif ABK

 3.         Layanan Pendidikan Inklusi

Berarti bentuk layanan terpadu yang paling ekstrem, di mana ABK bersekolah di sekolah dekat tempat tinggalnya terlepas dari kelainan yang disandangnya.  Pertentangan dari pakar Pendidikan khusus (Kauffman dan Matgaret Wang): Seharusnya sekolah biasa hanya menerima ABK yang sesuai untuk masuk di sekolah biasa, bukan menerima semua ABK yang berdomisili di sana. Model integrasi oleh Reynold dan Birch (1988) : menjelaskan tentang profil integrasi ABK secraa fisik, sosial, dan pembelajaran

 Selanjutnya, mari kita simak rentangan pelayanan Pendidikan khusus di bawah ini:

 b.      Jenis Pelayanan Pendidikan Khusus

1.         Layanan di Sekolah Biasa

Kekuatan model ini adalah:

  1. ABK mendapat kesempatan luas berinteraksi dengan anak normal
  2. Tidak digunakan lagi label kelainan
  3.  ABK tidak perlu melakukan perjalanan jauh menempuh sekolah

Kelemahan model ini adalah:

  1. Pembelajaran kelas biasa menimbulkan kesulitan belajar
  2. Perhatian guru pada ABK terbatas
  3. Kegiatan kelompok kecil dan individual tidak tersedia
  4. Guru tanpa pelatihan khusus menyoal ABK

 2.      Sekolah Biasa dengan Guru Konsultan

Kekuatan model ini adalah:

  1. Konsultan dapat membantu guru dengan metode pembelajaran dan materi khas ABK
  2. Dapat melayani lebih banyak siswa
  3. Lingkungan belajar berpengaruh
  4. Koordinasi konsultan bagus

Kelemahan model ini:

a.       Guru Pendidikan khusus sebagai konsultan mungkin dianggap orang luar

b.      Pengetahuan konsultan hanya teoritis

c.       Pemisahan pembelajaran dan assessment

 3.      Sekolah Biasa dengan Guru Kunjung

Kekuatan model ini:

a.         Dapat memberi konsultasi dan diagnosis

b.        Layanannya paruh waktu

c.         Ekonomis melayani ABK ringan

d.        Mengakomodasi beberapa sekolah

Kelemahan model ini:

a.       Bantuan untuk ABK tidak konsisten

b.      Guru kunjung kurang akrab dengan staf sekolah

c.       Transportasi sulit

d.      Kesinambungan program dipertanyakan

e.       Tindak lanjut kurang

 4.      Model Ruang Sumber

Kekuatan model ini:

a.       Menekankan program remedial

b.      GPK jadi konsultan guru lain

c.       Bimbingan khusus merupakan suplemen dari pelajaran kelas biasa

d.      GPK menyediakan pembekajaran individual

e.       Mengurangi trauma

Kelemahan model ini:

a.       Pengaturan jadwal bermasalah

b.      Tidak sesuai melayani ABK parah

c.       Peran guru dan GPK mungkin berkonflik

 5.      Model Ruang Khusus

Kekuatan model ini:

a.       Setiap anak punya program individual

b.      Lingkungan belajar kondusif

c.       Perhatian penuh guru pada ABK

d.      Kondisi belajar khas penuh waktu

Kelemahan model ini:

a.       Interaksi dengan anak normal terbatas

b.      Harapan guru terhadap kemampuan siswa rendah

c.       Memodelkan perilaku yang tidak diharapkan

d.      Kurang sesuai untuk ABK ringan dan sedang

 

6.      Model Sekolah Khusus Siang Hari

Kekuatan model ini:

a.       Personel dan fasilitas memadai

b.      Dapat melayani ABK dalam jumlah banyak

c.       Pusat diagnosis, konseling dan mengajar

d.      Tempat mengambangkan model pembelajaran

e.       Menyediakan kurikulum dan pembelajaran khusus

f.        ABK tetap dengan keluarganya di luar jam sekolah

Kelemahan model ini:

a.       Tidak ada waktu interaksi dengan anak normal

b.      Biaya tinggi

c.       Bukan lingkungan yang paling tak terbatas untuk ABK

d.      Mengurangi tekanan pengembangan layanan lokal

 7.      Model Sekolah dalam Panti/Rumah Sakit

Kekuatan model:

  1. Menyediakan Latihan motorik teratur
  2. Perhatian khusus pada gizi
  3. Kesempatan menghayati Pendidikan sekolah
  4. Menunjukkan prosedur diagnosis dan mengajar dengan tepat

Kelemahan model:

  1. Terpisah dari kehidupan biasa
  2. Biaya tinggi
  3. Sering kekurangan staf
  4. Kualitas pelayanan tidak terkendali

 E.  Pendekatan Kolaboratif dalam Pelayanan Pendidikan ABK

Kolaboratif berarti bekerja sama. Karena pada hakikatnya pendikan anak berkebutuhan khusus tidak mungkin dilakukan 1 orang. Berikut tim kerjasamanya:

  1. Guru sekolah biasa
  2. Guru Pendidikan khusus
  3. Pengawas sekolah
  4. Kepala sekolah
  5. Orang tua ABK
  6. ABK sendiri
  7. Psikolog sekolah
  8. Guru bina wicara dan persepsi bunyi
  9. Dokter dari berbagai keahlian
  10. Perawat sekolah
  11. Guru PJOK yang sudah mendapat pelatihan khusus
  12. Ahli terapi fisik
  13. Pekerja sosial dan konselor
  14. Personel lain sesuai kebutuhan

 Hal yang diharapkan dilakukan guru adalah:

  1. Memberikan supervisi kepada orang tua
  2. Menilai kemajuan siswa, serta melaporkan dan menginterpretasikan hasil kepada orang tua siswa
  3. Bekerja sama dengan orang tua siswa membuat perencanaan dan pengambilan keputusan
  4. Berkonsultasi dengan orang tua ssiwa tentang situasi sekolah dan rumah yang mempengaruhi anak
  5. Jika dianggap perlu, guru bertindak sebagai orang tua terhadap siswa asuhannya