ARSIP BULANAN : June 2024

PERAN KOMUNIKASI KONSELING

13 June 2024 16:03:02 Dibaca : 168

By. Jumadi Mori Salam Tuasikal

Komunikasi merupakan elemen yang sangat penting dalam proses konseling. Konseling pada dasarnya adalah sebuah interaksi terapeutik yang bergantung pada komunikasi yang efektif antara konselor dan klien. Tanpa komunikasi yang baik, proses konseling tidak akan berjalan optimal dan tujuan terapeutik menjadi sulit dicapai. Dalam makalah ini, akan dibahas peran komunikasi dalam konseling serta berbagai aspek yang terkait dengannya. Konseling adalah sebuah hubungan interpersonal yang melibatkan pertukaran informasi, pemikiran, dan emosi antara konselor dan klien. Komunikasi menjadi media utama dalam proses ini. Melalui komunikasi, konselor dapat memahami masalah klien, menyampaikan pandangan dan strategi intervensi, serta membangun hubungan terapeutik yang erat. Di sisi lain, klien dapat mengekspresikan diri, menggali pemahaman baru, dan mengembangkan keterampilan untuk mengatasi masalah mereka.

 Aspek-aspek Komunikasi dalam Konseling

  • Komunikasi Verbal: Meliputi pemilihan kata, nada suara, dan gaya berbicara yang digunakan dalam interaksi konseling. Komunikasi verbal yang jelas, empatik, dan terstruktur dapat membantu membangun kepercayaan dan memfasilitasi keterbukaan dalam hubungan konselor-klien.
  • Komunikasi Nonverbal: Mencakup bahasa tubuh, kontak mata, ekspresi wajah, dan gerakan tubuh lainnya yang menyampaikan pesan tanpa kata-kata. Komunikasi nonverbal yang selaras dapat memperkuat pesan verbal dan menciptakan lingkungan yang nyaman bagi klien.
  • Keterampilan Mendengarkan: Kemampuan konselor untuk mendengarkan secara aktif, memahami, dan merespons dengan tepat terhadap apa yang disampaikan oleh klien. Mendengarkan dengan penuh perhatian dan empati dapat membuat klien merasa dihargai dan membantu membangun hubungan yang erat dalam proses konseling.
  • Umpan Balik: Konselor memberikan umpan balik yang konstruktif dan membantu klien memperoleh wawasan baru tentang diri mereka sendiri, pola pikir, dan perilaku mereka. Umpan balik yang efektif dapat mendorong perubahan positif dalam diri klien.
  • Manajemen Konflik: Dalam situasi ketegangan atau konflik, konselor harus mampu mengomunikasikan dengan cara yang dapat meredakan ketegangan dan memfasilitasi pemahaman bersama. Keterampilan komunikasi yang baik dapat membantu menyelesaikan konflik dengan konstruktif.

Jadi:

Komunikasi yang efektif merupakan inti dari proses konseling yang sukses. Konselor harus memiliki keterampilan komunikasi yang baik, baik secara verbal maupun nonverbal, serta kemampuan untuk mendengarkan dengan penuh perhatian dan memberikan umpan balik yang membangun. Melalui komunikasi yang efektif, konselor dapat membangun hubungan terapeutik yang erat, memfasilitasi pemahaman mendalam tentang masalah klien, dan mendorong perubahan positif dalam diri klien.

 

TINJAUAN KOMUNIKASI KONSELING

12 June 2024 00:41:08 Dibaca : 84

     By: Jumadi Mori Salam Tuasikal

       Komunikasi konseling adalah aspek penting dari interaksi profesional, yang melibatkan keterampilan komunikasi yang efektif untuk membangun kepercayaan dan pemahaman antara konselor dan klien. Ini mencakup bahasa verbal dan nonverbal, di mana bahasa verbal memungkinkan individu untuk mengekspresikan pikiran dan emosi, sementara isyarat nonverbal seperti bahasa tubuh, kontak mata, dan ekspresi wajah memainkan peran penting dalam menyampaikan empati dan menciptakan lingkungan yang mendukung. Model Calgary-Cambridge menguraikan tahapan terstruktur dari sesi konseling, menekankan pentingnya keterbukaan, pertukaran informasi, dan penghormatan terhadap otonomi klien dalam pengambilan keputusan. Komunikasi strategis dalam konseling bertujuan untuk mencapai tujuan konselor sambil membina hubungan yang bermanfaat dengan klien, dengan fokus pada empati, kompetensi budaya, dan komunikasi yang efektif untuk memfasilitasi hasil yang sukses dan pemulihan klien.

        Komunikasi konseling yang efektif melibatkan beberapa elemen kunci penting untuk interaksi yang sukses antara penyedia layanan kesehatan dan pasien. Elemen-elemen ini termasuk membangun kepercayaan dan hubungan dengan pasien, menghormati keragaman budaya, memanfaatkan teknik komunikasi yang tepat, memastikan kejelasan dan pemahaman informasi, dan mempromosikan perubahan perilaku melalui pengambilan keputusan bersama dan wawancara motivasi. Komunikasi yang efektif dalam konseling juga memerlukan penanganan kerugian psikososial dan masalah kesehatan mental yang dapat berdampak pada kesejahteraan pasien, seperti depresi pada pasien penyakit ginjal kronis. Dengan memasukkan elemen-elemen ini ke dalam proses konseling, penyedia layanan kesehatan dapat meningkatkan kualitas perawatan, meningkatkan keterlibatan pasien, dan memfasilitasi hasil kesehatan yang positif.

         Kepekaan budaya memainkan peran penting dalam komunikasi konseling dengan mempengaruhi metode, pendekatan, dan teknik yang digunakan untuk secara efektif terlibat dengan individu dari latar belakang budaya yang beragam. Memahami perbedaan budaya dan persamaan sangat penting untuk komunikasi yang sukses dalam pengaturan konseling. Komunikasi konseling lintas budaya melibatkan penggunaan pendekatan yang tepat berdasarkan latar belakang budaya individu yang terlibat, seperti menggunakan pendekatan rasional-emotif untuk satu kelompok dan pendekatan non-direktif untuk kelompok lain. Selain itu, elemen budaya yang melekat pada latar belakang seseorang memengaruhi gaya dan interaksi komunikasi mereka, menyoroti pentingnya mempertimbangkan pengaruh budaya awal dalam proses konseling. Selain itu, menyadari nilai-nilai tradisional, akulturasi, dan faktor-faktor penting lainnya yang spesifik untuk kelompok budaya yang berbeda, seperti klien Asia-Amerika/Kepulauan Pasifik, sangat penting untuk memberikan konseling yang sensitif secara budaya dan menyesuaikan proses untuk memenuhi beragam kebutuhan populasi ini.

        Stereotip dapat secara signifikan menghambat komunikasi dalam konseling dengan mempengaruhi persepsi dan interaksi konselor dengan klien. Stereotip gender, seperti yang dibahas dalam berbagai kajian, dapat menyebabkan asumsi bias tentang gaya dan kemampuan komunikasi berdasarkan gender, berdampak pada proses konseling. Selain itu, stereotip tentang kelompok etnis tertentu dapat mempengaruhi bagaimana konselor terlibat dengan klien dari latar belakang ini, berpotensi menyebabkan kesalahpahaman atau salah tafsir. Selanjutnya, stereotip yang terkait dengan disabilitas dapat menciptakan hambatan dalam komunikasi dengan membatasi kemampuan konselor untuk melihat individu di luar stereotip, menghambat pengembangan hubungan terapeutik yang saling percaya dan efektif. Mengatasi dan menantang stereotip sangat penting dalam konseling untuk memastikan komunikasi yang terbuka, hormat, dan tidak bias antara konselor dan klien.

SURVEY: FENOMENA PELECEHAN SEKSUAL

03 June 2024 05:22:50 Dibaca : 107

Kepada Yth.

Saudara/Saudari Mahasiswa Universitas Negeri Gorontalo

Salam Hormat,

Kita semua menginginkan lingkungan kampus yang aman, nyaman, dan bebas dari segala bentuk pelecehan seksual. Dalam upaya berkontribusi untuk mewujudkan hal tersebut, kami dari Laboratorium Jurusan Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Gorontalo sedang mengadakan survei penting untuk mengidentifikasi dan memahami tingkat serta bentuk-bentuk pelecehan seksual yang mungkin terjadi di kampus kita. Kami mengajak Saudara/Saudari Mahasiswa untuk berpartisipasi dalam survey ini dengan mengisi angket yang telah kami sediakan. Partisipasi Saudara/Saudari Mahasiswa sangat berarti dan dapat memberikan dampak besar dalam menciptakan lingkungan kampus yang lebih aman dan lebih baik. Berikut alasan mengapa partisipasi Saudara/Saudari Mahasiswa  sangat penting:

  • Mewakili Suara Anda: Dengan mengisi angket ini, Anda memberikan suara untuk memperjuangkan hak-hak Anda dan teman-teman Anda di kampus. Setiap jawaban membantu kami memahami pengalaman dan kebutuhan Anda.
  • Menciptakan Perubahan Positif: Data yang Anda berikan akan digunakan untuk merancang kebijakan dan layanan bimbingan serta konseling yang lebih efektif dalam menangani pelecehan seksual. Ini adalah langkah nyata untuk menciptakan perubahan positif di kampus kita.
  • Menjaga Anonimitas dan Keamanan: Kami memastikan bahwa semua jawaban bersifat anonim dan rahasia. Identitas Anda tidak akan diungkapkan, sehingga Anda dapat mengisi angket ini dengan jujur dan terbuka tanpa khawatir.
  • Mendukung Teman Sejawat: Dengan berpartisipasi, Anda juga membantu teman-teman sejawat yang mungkin mengalami pelecehan seksual namun merasa kesulitan untuk berbicara. Anda menjadi bagian dari solusi dan mendukung mereka yang membutuhkan.
  • Membangun Kesadaran: Partisipasi Anda membantu meningkatkan kesadaran akan masalah pelecehan seksual di kampus. Semakin banyak yang berpartisipasi, semakin kuat pesan kita untuk melawan pelecehan seksual.

Kami ingin menegaskan bahwa semua data yang kami peroleh akan ditindaklanjuti secara profesional. Informasi yang Saudara/Saudari Mahasiswa berikan akan digunakan untuk merancang dan menyediakan layanan bimbingan dan konseling yang lebih efektif dan tepat sasaran. Jika Saudara/Saudari Mahasiswa merasa tidak nyaman atau membutuhkan dukungan lebih lanjut, jangan ragu untuk menghubungi tim kami di Laboratorium Bimbingan dan Konseling.

Terima kasih atas partisipasi dan kontribusi Saudara/Saudari Mahasiswa dalam survey ini. Dengan kerjasama dan dukungannya kami berharap dapat menciptakan lingkungan kampus yang lebih baik dan lebih aman untuk kita semua.

Hormat kami,

Tim Laboratorium Jurusan Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Gorontalo

Kontak email: lab_bk@ung.ac.id