MASYARAKAT PEGUNUNGAN DALAM KONTEKS KOMUNIKASI KONSELING
By: Jumadi Mori Salam Tuasikal
Masyarakat pegunungan memiliki paradigma berpikir dan karakteristik bahasa komunikasi yang unik, dibentuk oleh lingkungan alam yang menantang dan isolasi geografis. Pemahaman mendalam tentang aspek-aspek ini sangat penting dalam konteks konseling untuk memberikan layanan yang efektif dan kulturally sensitive.
A. Paradigma Berpikir Masyarakat Pegunungan
- Orientasi pada alam: Masyarakat pegunungan cenderung memiliki hubungan yang erat dengan alam dan melihat diri mereka sebagai bagian integral dari ekosistem pegunungan.
- Siklus dan ritme alami: Pemikiran mereka sering dipengaruhi oleh siklus musim dan ritme alam yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari.
- Resiliensi dan adaptabilitas: Hidup di lingkungan yang menantang telah membentuk pola pikir yang tangguh dan adaptif.
- Kolektivisme: Masyarakat pegunungan sering menekankan nilai-nilai komunal dan saling ketergantungan..
B. Karakteristik Bahasa Komunikasi
- Kaya akan istilah terkait topografi dan cuaca: Bahasa mereka sering memiliki kosakata yang luas untuk menggambarkan fitur lanskap dan kondisi cuaca.
- Metafora berbasis alam: Penggunaan metafora dan analogi yang berakar pada lingkungan pegunungan adalah umum.
- Tradisi oral yang kuat: Cerita rakyat, legenda, dan pengetahuan tradisional sering ditransmisikan secara lisan.
- Variasi dialek: Isolasi geografis sering menghasilkan variasi dialek yang signifikan bahkan dalam jarak yang relatif dekat.
C. Implementasi dalam Proses Konseling
- Pendekatan holistik: Mengintegrasikan pemahaman tentang hubungan klien dengan lingkungan alam ke dalam proses konseling.
- Penggunaan metafora alam: Memanfaatkan metafora berbasis alam untuk menjelaskan konsep psikologis dan strategi coping.
- Penghargaan terhadap pengetahuan tradisional: Mengakui dan menghargai kearifan lokal dalam proses penyembuhan.
- Adaptasi teknik: Menyesuaikan teknik konseling standar dengan paradigma berpikir lokal.
- Konseling komunitas: Mempertimbangkan pendekatan konseling yang melibatkan komunitas, mengingat orientasi kolektif masyarakat.
D. Dampak dalam Proses Konseling
- Peningkatan relevansi: Konseling menjadi lebih relevan dan bermakna bagi klien.
- Penguatan identitas budaya: Proses konseling dapat membantu memperkuat identitas budaya klien.
- Efektivitas yang lebih tinggi: Pendekatan yang disesuaikan dapat meningkatkan efektivitas intervensi.
- Pemberdayaan komunitas: Konseling yang sensitif secara budaya dapat berkontribusi pada pemberdayaan komunitas yang lebih luas.
E. Tantangan dalam Proses Konseling
- Risiko overgeneralisasi: Menganggap semua anggota masyarakat pegunungan memiliki karakteristik yang sama.
- Keterbatasan alat asesmen: Alat asesmen standar mungkin tidak sesuai atau valid untuk populasi ini.
- Potensi konflik nilai: Beberapa nilai tradisional mungkin bertentangan dengan prinsip-prinsip konseling modern.
- Keterbatasan bahasa: Konselor mungkin menghadapi hambatan bahasa, terutama dengan dialek lokal.
F. Tips untuk Praktisi Konseling
- Mengembangkan kompetensi budaya: Berinvestasi waktu untuk memahami budaya dan cara hidup masyarakat pegunungan.
- Belajar bahasa lokal: Setidaknya menguasai beberapa frasa dan istilah kunci dalam bahasa atau dialek lokal.
- Kolaborasi dengan tokoh masyarakat: Bekerja sama dengan pemimpin dan penyembuh tradisional untuk meningkatkan penerimaan dan efektivitas konseling.
- Fleksibilitas dalam setting: Mempertimbangkan melakukan sesi konseling di luar ruangan atau dalam konteks yang lebih alami.
- Menggunakan narasi dan storytelling: Memanfaatkan tradisi oral masyarakat dalam proses konseling.
- Refleksi diri yang berkelanjutan: Terus-menerus merefleksikan dan menantang asumsi pribadi tentang masyarakat pegunungan.
- Pendekatan interdisipliner: Berkolaborasi dengan ahli antropologi, lingkungan, dan ilmuwan sosial lainnya untuk pemahaman yang lebih komprehensif.
Memahami paradigma berpikir dan karakteristik bahasa komunikasi masyarakat pegunungan adalah kunci dalam menyediakan layanan konseling yang efektif dan etis. Meskipun ada tantangan, potensi untuk memberikan dukungan psikologis yang benar-benar bermakna dan transformatif sangat besar. Dengan pendekatan yang sensitif, reflektif, dan adaptif, konselor dapat membantu menjembatani kesenjangan antara praktik kesehatan mental modern dan kearifan tradisional masyarakat pegunungan.
MASYARAKAT MARITIM DALAM PERSPEKTIF KOMUNIKASI KONSELING
By. Jumadi Mori Salam Tuasikal
Masyarakat laut atau maritim memiliki karakteristik unik dalam hal bahasa dan komunikasi yang telah berkembang selama berabad-abad sebagai respons terhadap lingkungan dan gaya hidup mereka yang khas. Bahasa komunikasi ini tidak hanya mencerminkan identitas budaya mereka tetapi juga mempengaruhi cara mereka memandang dunia dan berinteraksi dengan orang lain. Dalam konteks konseling, pemahaman mendalam tentang bahasa dan pola komunikasi masyarakat laut menjadi krusial untuk membangun hubungan terapeutik yang efektif dan memberikan bantuan yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
A. Karakteristik Bahasa Komunikasi Masyarakat Laut
Kaya akan istilah maritim
Bahasa masyarakat laut sering kali dipenuhi dengan istilah-istilah teknis terkait kelautan, navigasi, dan penangkapan ikan.
Metafora berbasis laut
Masyarakat laut cenderung menggunakan metafora dan analogi yang berkaitan dengan laut dalam komunikasi sehari-hari. Hal ini dapat mempengaruhi cara mereka mengekspresikan emosi dan pengalaman hidup.
Ritme dan intonasi khas
Cara berbicara masyarakat laut sering kali mencerminkan ritme ombak dan suara laut, dengan intonasi yang khas dan kadang-kadang terdengar musikal.
Komunikasi non-verbal yang unik
Isyarat tangan dan bahasa tubuh yang digunakan oleh masyarakat laut sering kali terkait erat dengan aktivitas maritim mereka.
B. Implementasi dalam Proses Konseling
Membangun rapport
Pemahaman dan penggunaan istilah-istilah maritim dapat membantu konselor membangun hubungan yang lebih baik dengan klien dari masyarakat laut.
Adaptasi teknik konseling
Konselor perlu mengadaptasi teknik-teknik konseling standar untuk lebih sesuai dengan cara berpikir dan berkomunikasi masyarakat laut. Misalnya, menggunakan metafora berbasis laut dalam terapi naratif atau cognitive-behavioral therapy.
Sensitivitas budaya
Konselor harus sensitif terhadap nilai-nilai budaya dan norma sosial yang tercermin dalam bahasa komunikasi masyarakat laut.
Masyarakat laut sering menghadapi risiko tinggi dalam pekerjaan mereka. Bahasa yang mereka gunakan untuk menggambarkan pengalaman traumatis mungkin sangat spesifik dan perlu dipahami dalam konteks budaya mereka.
Pendekatan holistic
Konseling untuk masyarakat laut harus mempertimbangkan keterkaitan erat antara identitas mereka, pekerjaan, dan lingkungan laut. Bahasa komunikasi mereka mencerminkan perspektif holistik ini dan harus diintegrasikan ke dalam proses konseling.
Penggunaan narasi dan cerita
Masyarakat laut sering memiliki tradisi bercerita yang kuat. Mengintegrasikan narasi dan cerita ke dalam sesi konseling dapat menjadi alat yang efektif untuk eksplorasi diri dan pemecahan masalah.
Adaptasi alat asesmen
Alat asesmen psikologis standar mungkin perlu diadaptasi untuk mencerminkan bahasa dan konteks budaya masyarakat laut.
Memahami dan mengintegrasikan bahasa komunikasi masyarakat laut ke dalam proses konseling adalah langkah penting dalam menyediakan layanan kesehatan mental yang efektif dan relevan secara budaya bagi komunitas maritim. Konselor yang bekerja dengan populasi ini perlu mengembangkan kompetensi budaya yang kuat dan kemampuan untuk beradaptasi dengan pola komunikasi unik klien mereka. Dengan pendekatan yang sensitif dan terinformasi, konseling dapat menjadi alat yang powerful untuk mendukung kesejahteraan mental dan emosional masyarakat laut, sambil tetap menghormati dan melestarikan kekayaan budaya mereka.
FENOMENA MIMPI BASAH
By: Jumadi Mori Salam Tuasikal
Kejadian mimpi basah dengan istilah medisnya nocturnal emission, merupakan fenomena alami yang umumnya dialami oleh laki-laki selama masa pubertas dan dewasa muda. Fenomena ini ditandai dengan keluarnya cairan sperma secara spontan selama tidur, seringkali disertai dengan mimpi yang bersifat erotis. Meskipun umum terjadi, mimpi basah masih sering dianggap sebagai topik yang tabu dan jarang didiskusikan secara terbuka dalam banyak masyarakat. Dari perspektif perkembangan, mimpi basah dipandang sebagai penanda penting dalam proses kematangan seksual. Fenomena ini biasanya mulai terjadi pada awal masa pubertas, bersamaan dengan perubahan hormonal yang signifikan dalam tubuh. Bagi banyak remaja laki-laki, pengalaman mimpi basah pertama dapat menjadi momen yang membingungkan atau bahkan menakutkan, terutama jika mereka tidak memiliki informasi yang cukup tentang perubahan tubuh yang normal terjadi selama masa pubertas. Secara fisiologis, mimpi basah merupakan mekanisme alami tubuh untuk melepaskan kelebihan sperma yang telah diproduksi. Proses ini penting untuk menjaga kesehatan sistem reproduksi pria dan memastikan produksi sperma yang optimal. Namun, frekuensi dan intensitas mimpi basah dapat bervariasi secara signifikan antar individu, dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti usia, tingkat aktivitas seksual, dan kondisi kesehatan umum.
Meskipun mimpi basah lebih sering dikaitkan dengan laki-laki, penting untuk dicatat bahwa perempuan juga dapat mengalami fenomena serupa, meskipun dengan manifestasi yang berbeda. Pada perempuan, mimpi basah mungkin melibatkan lubrikasi vagina dan kontraksi otot pelvis, namun tanpa ejakulasi seperti yang terjadi pada laki-laki. Penelitian tentang mimpi basah pada perempuan masih relatif terbatas dibandingkan dengan laki-laki, mencerminkan kesenjangan dalam pemahaman kita tentang seksualitas dan fungsi reproduksi perempuan. Dalam konteks sosial dan budaya, persepsi dan sikap terhadap mimpi basah dapat sangat bervariasi. Di beberapa masyarakat, fenomena ini dianggap sebagai bagian normal dari perkembangan seksual dan dibicarakan secara terbuka dalam pendidikan seks. Sementara di masyarakat lain, mimpi basah mungkin masih dianggap sebagai hal yang memalukan atau bahkan dikaitkan dengan dosa atau perilaku tidak bermoral. Perbedaan persepsi ini dapat mempengaruhi bagaimana individu memahami dan merespons pengalaman mimpi basah mereka sendiri.
Perspektif Endokrinologi
Dari sudut pandang endokrinologi, mimpi basah erat kaitannya dengan perubahan hormonal selama pubertas. Penelitiannmenunjukkan bahwa peningkatan kadar testosteron memainkan peran kunci dalam memicu mimpi basah.
Perspektif Neurobiologi
Neurobiologi mimpi basah melibatkan interaksi kompleks antara sistem saraf pusat dan perifer. Studi terbaru menggunakan pencitraan otak fungsional untuk mengidentifikasi pola aktivasi neural selama episode mimpi basah.
Perspektif Psikologi
Dalam konteks psikologi, mimpi basah sering dikaitkan dengan perkembangan psikoseksual. Sebuah studi longitudinal mengeksplorasi dampak psikologis mimpi basah pada remaja laki-laki.
Perspektif Urologi
Ahli urologi memandang mimpi basah sebagai fungsi normal sistem reproduksi pria. Penelitian terbaru menyelidiki hubungan antara frekuensi mimpi basah dan kesehatan prostat pada pria dewasa muda.
Perspektif Antropologi
Antropolog telah mengeksplorasi variasi budaya dalam pemahaman dan respons terhadap mimpi basah. Studi komparatif juga menganalisis perbedaan persepsi mimpi basah di berbagai budaya.
Perspektif Kesehatan Reproduksi
Dalam konteks kesehatan reproduksi, mimpi basah dipandang sebagai indikator fungsi reproduksi yang normal.
Penjelasan multidisiplin ini menggambarkan kompleksitas fenomena mimpi basah dan pentingnya pendekatan holistik dalam memahami dan menangani topik ini. Integrasi perspektif dari berbagai disiplin ilmu tidak hanya memperdalam pemahaman kita tentang mekanisme yang mendasari mimpi basah, tetapi juga membuka jalan bagi pengembangan pendekatan yang lebih komprehensif dalam pendidikan seks dan kesehatan reproduksi.
FENOMENA KETINDISAN
By: Jumadi Mori Salam Tuasikal
Ketindisan, atau yang dikenal dalam bahasa Inggris sebagai "sleep paralysis," merupakan fenomena tidur yang telah lama menarik perhatian manusia di berbagai budaya. Kondisi ini ditandai oleh ketidakmampuan sementara untuk bergerak atau berbicara saat seseorang berada dalam fase transisi antara tidur dan bangun. Meskipun pengalaman ini umumnya singkat, berlangsung hanya beberapa detik hingga beberapa menit, dampaknya pada individu dapat sangat signifikan dan mengganggu. Dalam berbagai budaya di seluruh dunia, ketindisan sering dikaitkan dengan kepercayaan supernatural atau mistis. Di Indonesia, misalnya, fenomena ini sering dianggap sebagai gangguan roh atau makhluk halus. Sementara di beberapa negara Barat, ketindisan kadang digambarkan sebagai "penculikan alien" atau "kunjungan setan." Namun, di balik interpretasi budaya yang beragam ini, terdapat penjelasan ilmiah yang kompleks dan multifaset. Penelitian modern telah mengungkapkan bahwa ketindisan bukanlah fenomena supernatural, melainkan gangguan tidur yang dapat dijelaskan melalui mekanisme neurobiologis.
Kondisi ini terjadi ketika terdapat ketidakselarasan antara aktivasi sistem saraf motorik dan transisi dari fase tidur REM (Rapid Eye Movement) ke keadaan terjaga. Akibatnya, seseorang mungkin mengalami kesadaran parsial namun tidak mampu menggerakkan tubuhnya. Meskipun pemahaman ilmiah tentang ketindisan telah berkembang pesat dalam beberapa dekade terakhir, fenomena ini tetap menjadi subjek penelitian yang menarik di berbagai bidang, termasuk neurologi, psikologi, antropologi, dan bahkan studi budaya. Kompleksitas ketindisan, yang melibatkan aspek fisiologis, psikologis, dan sosiokultural, menjadikannya topik yang kaya untuk eksplorasi interdisipliner.
Perspektif Neurobiologi
Dari sudut pandang neurobiologi, ketindisan dipahami sebagai hasil dari ketidakselarasan dalam proses bangun tidur. Penelitian terbaru oleh Jalal et al. (2020) menunjukkan bahwa ketindisan terjadi ketika otak secara parsial "terbangun" dari tidur REM, sementara atonia otot (kelumpuhan otot yang normal terjadi selama tidur REM) masih berlanjut. Studi ini menggunakan pencitraan otak fungsional untuk menggambarkan aktivitas neural selama episode ketindisan, memberikan wawasan baru tentang mekanisme saraf yang mendasarinya.
Perspektif Psikologi
Dalam konteks psikologi, ketindisan sering dikaitkan dengan gangguan kecemasan dan stres. Sebuah studi meta-analisis oleh Denis et al. (2021) menemukan korelasi signifikan antara tingkat stres, kecemasan, dan frekuensi episode ketindisan. Para peneliti menyarankan bahwa intervensi psikologis yang berfokus pada manajemen stres dan kecemasan mungkin efektif dalam mengurangi frekuensi dan intensitas pengalaman ketindisan.
Perspektif Antropologi dan Studi Budaya
Antropolog dan peneliti budaya telah lama tertarik pada variasi interpretasi budaya terhadap ketindisan. Sebuah studi komparatif oleh Solomonova et al. (2022) mengeksplorasi bagaimana berbagai budaya memahami dan merespons fenomena ketindisan. Penelitian ini menemukan bahwa interpretasi budaya dapat mempengaruhi pengalaman subjektif dan strategi koping individu yang mengalami ketindisan.
Perspektif Kedokteran Tidur
Dalam bidang kedokteran tidur, ketindisan dianggap sebagai bagian dari spektrum gangguan tidur narkolepsi. Penelitian oleh Baumann et al. (2023) menggunakan polisomnografi untuk menganalisis pola tidur individu yang sering mengalami ketindisan. Mereka menemukan bahwa gangguan dalam siklus tidur REM mungkin berkontribusi pada frekuensi episode ketindisan.
Perspektif Neurofarmakologi
Pendekatan neurofarmakologis terhadap ketindisan telah mengeksplorasi potensi intervensi farmakologis. Sebuah studi oleh Rodriguez et al. (2022) menyelidiki efektivitas obat-obatan yang memodulasi neurotransmiter seperti serotonin dan norepinefrin dalam mengurangi frekuensi episode ketindisan.
Penjelasan multidisiplin ini menggambarkan kompleksitas fenomena ketindisan dan pentingnya pendekatan holistik dalam memahami dan menangani kondisi ini. Integrasi perspektif dari berbagai disiplin ilmu tidak hanya memperdalam pemahaman kita tentang mekanisme yang mendasari ketindisan, tetapi juga membuka jalan bagi pengembangan strategi intervensi yang lebih efektif dan sensitif secara budaya.
CERITA GURU BK: MEYAKINKAN KEPALA SEKOLAH TENTANG PENTINGNYA BIMBINGAN DAN KONSELING
By. Jumadi Mori Salam Tuasikal
Hari itu, cuaca cerah di SMA Negeri Konoha. Saya Sarada, guru Bimbingan dan Konseling (BK) yang baru saja bergabung, sedang menyusun rencana untuk meyakinkan kepala sekolah, Pak Iruka, tentang pentingnya BK di sekolah ini. Selama beberapa minggu terakhir, saya merasakan kurangnya pemahaman dan dukungan terhadap peran BK. Ini membuat saya bertekad untuk mengubah pandangan tersebut demi kesejahteraan siswa. Pertemuan saya dengan Pak Iruka dijadwalkan setelah jam pelajaran berakhir. Dengan berkas-berkas dan data yang telah saya siapkan, saya melangkah menuju ruangannya. Saya merasa gugup, namun semangat untuk memperjuangkan peran BK membuat saya tetap teguh.
"Selamat sore, Pak Iruka. Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk bertemu," sapa saya ketika memasuki ruangannya.
"Selamat sore, Sarada. Silakan duduk. Apa yang ingin kamu bicarakan?" jawabnya dengan ramah namun sedikit terburu-buru.
"Pak, saya ingin membicarakan tentang peran dan pentingnya Bimbingan dan Konseling di sekolah kita. Saya merasa bahwa banyak potensi siswa yang bisa kita kembangkan lebih jauh dengan dukungan BK yang lebih baik," saya memulai dengan hati-hati.
Pak Iruka mengangkat alisnya. "Bukankah sudah cukup dengan memberikan mereka pendidikan akademik yang baik? Apa lagi yang mereka butuhkan?"
Saya mengambil napas dalam-dalam. "Pak, banyak siswa yang mengalami masalah di luar akademik yang mempengaruhi prestasi mereka. Contohnya, ada siswa bernama Shikamaru yang mengalami tekanan hebat dari orang tuanya untuk selalu mendapatkan nilai tertinggi. Dengan konseling, kita bisa membantu siswa seperti Shikamaru untuk mengatasi stres dan meningkatkan kinerja mereka."
Saya kemudian menunjukkan beberapa data dan penelitian yang mendukung pentingnya BK, seperti peningkatan kesejahteraan emosional siswa yang berdampak positif pada prestasi akademik mereka. Saya juga menunjukkan contoh dari sekolah lain yang berhasil meningkatkan performa keseluruhan berkat program BK yang efektif.
Pak Iruka tampak mulai tertarik. "Baiklah, tapi bagaimana kita bisa memastikan program ini berjalan efektif dan tidak hanya menjadi beban tambahan?"
Saya tersenyum. "Pak, kita bisa mulai dengan membentuk tim kecil yang terdiri dari beberapa guru yang tertarik untuk bekerja sama. Kita bisa merancang program BK yang terstruktur dengan tujuan yang jelas dan evaluasi berkala untuk melihat efektivitasnya. Selain itu, kita juga bisa mengadakan pelatihan bagi guru untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang peran BK."
Pak Iruka mengangguk pelan. "Hmm, ide yang menarik. Tapi bagaimana dengan waktu dan biaya?"
"Saya sudah memikirkan itu, Pak. Kita bisa memanfaatkan jam istirahat atau waktu setelah jam pelajaran untuk sesi konseling. Mengenai biaya, kita bisa mencari dukungan dari pihak luar seperti sponsor atau bekerja sama dengan instansi yang peduli terhadap pendidikan dan kesejahteraan siswa," jawab saya dengan penuh keyakinan.
Pak Iruka tersenyum tipis. "Baiklah, Sarada. Saya akan memberi kesempatan untuk melihat bagaimana program ini bisa berjalan. Tapi ingat, ini adalah tanggung jawab besar. Pastikan kamu bisa membuktikan hasilnya."
"Saya siap, Pak. Terima kasih atas kesempatannya," jawab saya dengan semangat.
Hari-hari berikutnya diisi dengan pertemuan dan diskusi dengan rekan-rekan guru. Beberapa dari mereka mulai terbuka dan bersedia bekerja sama setelah mendengar penjelasan dan melihat antusiasme saya. Kami merancang program BK yang mencakup konseling individual, kelompok, dan pelatihan keterampilan hidup.
Bulan demi bulan, perubahan mulai terlihat. Siswa-siswa yang sebelumnya bermasalah mulai menunjukkan kemajuan. Shikamaru, contohnya, menjadi lebih tenang dan nilainya meningkat. Orang tua pun mulai memberikan umpan balik positif tentang dampak konseling terhadap anak-anak mereka.
Pak Iruka yang awalnya skeptis kini mulai mendukung penuh. "Saya akui, saya sempat meragukan pentingnya BK, tapi melihat perubahan ini, saya sadar bahwa kita memang membutuhkannya. Terima kasih, Sarada, atas dedikasimu."
Dengan dukungan penuh dari kepala sekolah dan rekan-rekan guru, saya yakin bahwa BK akan terus berkembang dan memberikan dampak positif bagi seluruh siswa di SMA Negeri Konoha. Ini adalah awal dari perjalanan panjang, tetapi saya percaya bahwa dengan kerja sama dan komitmen, kita bisa menciptakan lingkungan sekolah yang lebih baik bagi semua siswa.
Sebuah Cerita Imajiner yang Menginspirasi
Kategori
- ADAT
- ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
- BERITA.MOLAMETO.ID
- BK ARTISTIK
- BK MULTIKULTURAL
- BOOK CHAPTER
- BUDAYA
- CERITA FIKSI
- CINTA
- DEFENISI KONSELOR
- DOSEN BK UNG
- HIPNOKONSELING
- HKI/PATEN
- HMJ BK
- JURNAL PUBLIKASI
- KAMPUS
- KARAKTER
- KARYA
- KATA BANG JUM
- KEGIATAN MAHASISWA
- KENAKALAN REMAJA
- KETERAMPILAN KONSELING
- KOMUNIKASI KONSELING
- KONSELING LINTAS BUDAYA
- KONSELING PERGURUAN TINGGI
- KONSELOR SEBAYA
- KULIAH
- LABORATORIUM
- MAHASISWA
- OPINI
- ORIENTASI PERKULIAHAN
- OUTBOUND
- PENDEKATAN KONSELING
- PENGEMBANGAN DIRI
- PRAKTIKUM KULIAH
- PROSIDING
- PUISI
- PUSPENDIR
- REPOST BERITA ONLINE
- RINGKASAN BUKU
- SEKOLAH
- SISWA
- TEORI DAN TEKNIK KONSELING
- WAWASAN BUDAYA
Arsip
- August 2025 (3)
- April 2025 (11)
- March 2025 (1)
- January 2025 (11)
- December 2024 (18)
- October 2024 (2)
- September 2024 (15)
- August 2024 (5)
- July 2024 (28)
- June 2024 (28)
- May 2024 (8)
- April 2024 (2)
- March 2024 (2)
- February 2024 (15)
- December 2023 (12)
- November 2023 (37)
- July 2023 (6)
- June 2023 (14)
- January 2023 (4)
- September 2022 (2)
- August 2022 (4)
- July 2022 (4)
- February 2022 (3)
- December 2021 (1)
- November 2021 (1)
- October 2021 (1)
- June 2021 (1)
- February 2021 (1)
- October 2020 (4)
- September 2020 (4)
- March 2020 (7)
- January 2020 (4)
Blogroll
- AKUN ACADEMIA EDU JUMADI
- AKUN GARUDA JUMADI
- AKUN ONESEARCH JUMADI
- AKUN ORCID JUMADI
- AKUN PABLON JUMADI
- AKUN PDDIKTI JUMADI
- AKUN RESEARCH GATE JUMADI
- AKUN SCHOLER JUMADI
- AKUN SINTA DIKTI JUMADI
- AKUN YOUTUBE JUMADI
- BERITA BEASISWA KEMDIKBUD
- BERITA KEMDIKBUD
- BLOG DOSEN JUMADI
- BLOG MATERI KONSELING JUMADI
- BLOG SAJAK JUMADI
- BOOK LIBRARY GENESIS - KUMPULAN REFERENSI
- BOOK PDF DRIVE - KUMPULAN BUKU
- FIP UNG BUDAYA KERJA CHAMPION
- FIP UNG WEBSITE
- FIP YOUTUBE PEDAGOGIKA TV
- JURNAL EBSCO HOST
- JURNAL JGCJ BK UNG
- JURNAL OJS FIP UNG
- KBBI
- LABORATORIUM
- LEMBAGA LLDIKTI WILAYAH 6
- LEMBAGA PDDikti BK UNG
- LEMBAGA PENELITIAN UNG
- LEMBAGA PENGABDIAN UNG
- LEMBAGA PERPUSTAKAAN NASIONAL
- LEMBAGA PUSAT LAYANAN TES (PLTI)
- ORGANISASI PROFESI ABKIN
- ORGANISASI PROFESI PGRI
- UNG KODE ETIK PNS - PERATURAN REKTOR
- UNG PERPUSTAKAAN
- UNG PLANET
- UNG SAHABAT
- UNG SIAT
- UNG SISTER
- WEBSITE BK UNG