PEMAHAMAN DIRI

13 July 2023 13:10:16 Dibaca : 10786

By: Jumadi Mori Salam Tuasikal

Pengertian Pemahaman Diri

Masa remaja merupakan  masa yang  paling indah sekaligus masa yang di anggap sebagai masa yang penuh dengan stress sebab pada masa ini remaja memiliki keinginan akan kebebasan dalam menentukan kehidupan mereka. Dalam masa ini remaja juga masih sangat labil dan mudah terpengaruh oleh kehidupan disekitarnya. Remaja sebagai generasi penerus diharapkan bisa menjadi individu yang bermakna di  kemudian hari, maka dari itu di perlukan pemahaman diri yang baik, hal ini sangat diperlukan bagi mereka dalam menjalani kehidupan sehingga diperoleh gambaran yang  jelas tentang dirinya. Menurut Sobur (2013 : 499) mengemukakan bahwa diri ialah komposisi pikiran dan perasaan yang menjadi kesadaran seseorang mengenai eksistensi individualitasnya, pengamatannya tentang apa yang merupakan miliknya, pengertiannya mengenai siapakah dia itu, dan perasaannya tentang sifat-sifatnya, kualitasnya, dan segala miliknya.

Walgito (2010 : 206) bahwa pemahaman diri dimaksudkan untuk membantu siswa agar dapat mengetahui dan memahami siapa sebenarnya dirinya. Para siswa diharapkan dapat mengetahui dan memahami potensi, kemampuan, minat, bakat, dan cita – citanya. Menurut Santrock (2007 : 177) Pemahaman diri (Self Understanding) adalah representatif kongnitif anak mengenai diri (self), dan merupakan substansi dan isi dari konsep diri anak.

Menurut Winkel (dalam Fitria 2013 : 44) pemahaman diri adalah mengenal diri sendiri secara lebih mendalam dan menetapkan tujuan – tujuan yang ingin dicapai, serta membentuk nilai –nilai (Valves) yang akan menjadi pegangan selama hidupnya. Desmita (2010:180) juga mengemukakan bahwa pemahaman diri (sense of self) adalah suatu struktur yang membantu individu mengorganisasikan dan memahami tentang siapa dirinya, yang didasarkan atas pandangan orang lain, pengalaman-pengalamannya sendiri, dan atas dasar penggolongan budaya, seperti gender, ras, dan sebagainya.

Dari beberapa uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pemahaman diri adalah gambaran individu tentang apa yang ada dalam dirinya, mencakup kelebihan dan kekurangan, minat dan bakat, serta nilai-nilai dalam diri, atau bisa dikatakan bahwa pemahaman diri merupakan cara individu menilai tentang siapa dirinya.

Faktor yang mempengaruhi pemahaman diri

Berdasarkan uraian tentang pemahaman diri yang telah di bahas di atas, maka dapat dikatakan bahwa setiap individu mempunyai tingkatan pemahaman diri yang berbeda-beda. Dalam hal ini terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi pemahaman diriseperti yang di kemukakan oleh Komang Seniawati,et al (2014) bahwa pemahaman diri (minat, abilitas, kepribadian, nilai dan sikap, kelebihan dan kekurangan) dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Kepribadian yang terbuka berkontribusi positif terhadap pemahaman  diri, sedangkan kepribadian tertutup adalah faktor penghambat dalam pemahaman diri. Faktor eksternal (lingkungan) yang mempengaruhi pemahaman diri antara lain lingkungan keluarga, teman sebaya, dan lingkungan sekolah. Kedua faktor ini tentu saja sangat berpengaruh terhadap pemahaman diri individu dimana dalam faktor internal terdapat dalam diri sendiri sehingga ketika seseorang yang memiliki kepribadian tertutup akan sangat sulit untuk berkomunikasi dengan orang lain, sesuatu yang ia rasakan baik itu senang ataupun sedih akan dia pendam sendiri. Sedangkan untuk faktor eksternal adalah tentang lingkungan dimana dirinya tinggal, belajar dan bergaul dengan orang-orang disekitarnya.

Tujuan pemahaman diri

Setiap individu harus bisa mengenali siapa diri mereka, memahami potensi yang ada dalam diri, serta mengetahui kelebihan dan kekurangan masing-masing, ini sangat dibutuhkan untuk mengembangkan kemampuan dalam diri individu. Hal ini dikarenakan agar individu tersebut mampu menjalani kehidupan mereka sesuai yang diharapkan.

 Adapun dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Anjanisari dan Asri (2013) mereka menyebutkan tujuan dari pemahaman diri adalah :

1. Pemahaman diri memberikan dasar identitas diri yang rasional.

2. Pemahaman diri membantu individu merencanakan karier dan menjalin hubungan yang lebih intim dengan orang lain.

3. Pemahaman diri membantu individu memberikan arah dan tujuan hidup.

4. Pemahaman diri membantu meningkatkan konsep diri individu dan membantu individu mencapai keberhasilan.

KEMAMPUAN ADAPTASI

13 July 2023 13:00:58 Dibaca : 47456

By: Jumadi Mori Salam Tuasikal

Pengertian Adaptasi

Adaptasi merupakan suatu proses yang dilakukan individu untuk menyesuaikan dirinya sesuai dengan keadaan lingkungan yang ada. Adaptasi ini diperlukan oleh makhluk hidup termaksud manusia dibumi, karena setiap lingkungan dibumi memiliki karakteristik sendiri. Seperti ketika seseorang yang belum terbiasa dengan lingkungan yang baru dengan gaya bahasa yag berbeda maka ia belajar untuk menyesuaikan dirinya sesuai dengan keadaan lingkungan sekitarnya. Adaptasi sangat diperlukan oleh individu untuk mempertahankan dirinya.

Menurut Gerungan “adaptasi adalah suatu penyesuaian pribadi terhadap lingkungan, penyesuaian ini dapat berarti mengubah diri pribadi sesuai dengan keadaan lingkungan, juga dapat berarti mengubah lingkungan sesuai dengan keinginan pribadi” (dalam Winata, 2014:13). Adaptasi menjadi salah satu hal penting bagi setiap indivudu karena dengan beradaptasi seorang individu dapat menyesuaikan dirinya dengan keadaan lingkungan, serta belajar menempatkan diri diantara individu-individu yang lain maupun kelompok masyarakat lainnya, agar ia dapat bertahan hidup. Setiap individu memiliki cara tersendiri untuk dapat beradaptasi.

Menurut Gerungan (dalam Ismawati, 2015:40) “kemampuan adaptasi adalah mengubah diri sendiri sesuai dengan lingkungan dan juga mengubah lingkungan sesuai dengan keinginannya tanpa menimbulkan konflik bagi diri sendiri dan tidak melanggar norma-norma masyarakat”. Individu yang mulai beradaptasi akan menyesuaikan dirinya sesuai dengan keadaan lingkungan tempat ia berada, ia mulai menyesuaikan dirinya ditengah-tengah masyarakat tanpa menimbulkan masalah pada lingkungan tersebut.  

Menurut Suparlan (dalam Sitepu, 2012:9), adaptasi itu sendiri pada hakekatnya adalah suatu proses untuk memenuhi syarat-syarat dasar untuk tetap melangsungkan kehidupan. Syarat-syarat dasar tersebut mencakup:

1. Syarat dasar alamiah-biologi (manusia harus makan dan minum untuk menjaga kesetabilan temperatur tubuhnya agar tetap berfungsi dalam hubungan harmonis secara menyeluruh dengan organ-organ tubuh lainya).

2. Syarat dasar kejiwaan (manusia membutuhkan perasaan tenang yang jauh dari perasaan takut, keterpencilan gelisah).

3. Syarat dasar sosial (manusia membutuhkan hubungan untuk dapat melangsungkan keturunan, tidak merasa dikucilkan, dapat belajar mengenai kebudayaanya, untuk dapat mempertahankan diri dari serangan musuh).

Adaptasi menjadi suatu hal yang sering dilakukan individu ketika memasuki lingkungan yang baru. Adaptasi sangat diperlukan agar tercipta suasana yang menyenangkan dan rasa nyaman dalam sebuah lingkungan, terutama apabila individu akan tinggal dalam jangka waktu yang lama dalam lingkungan tersebut. Mahasiswa yang dapat menyesuaikan diri dengan individu lain adalah mahasiswa yang mudah bergaul dan pandai membawa diri dengan lingkungan sosial yang baru. Penyesuaian diri terhadap individu antara satu sama lain merupakan keberhasilan mahasiswa dalam berinteraksi di masyarakat dan lingkungan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa adaptasi adalah usaha manusia atau makhluk hidup lainya untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan tertentu dalam mendayagunakan sumberdaya untuk menanggulangi atau menghadapi masalah yang mendesak.  Jadi adaptasi sangat penting karena adaptasi sangat berkaitan dengan kelangsungan hidup sebab, jika makin besar kemampuan beradaptasi, makin besar kemungkinan bertahan hidup.

Dengan kemampuan adaptasi yang besar, individu dapat menempati habitat yang beragam karena manusia merupakan contoh jenis makhluk hidup yang mempunyai kemampuan yang besar dalam beradaptasi. Jadi beradabtasi sangat penting untuk kelangsungan hidup setiap individu.

Kemampuan Beradaptasi

.Kemampuan beradaptasi merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari oleh setiap individu, adaptasi memerlukan kecakapan untuk mempertimbangkan apa yang akan dilakukannya agar dapat diterima dengan baik di lingkungan barunya. Setiap individu memiliki cara tersendiri untuk beraptasi.

Menurut Semiun (dalam Isnawati, 2014:41), kemampuan beradaptasi adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan kebutuhan internal, ketegangan, frustasi, konflik. Indikator untuk mengukur kemampuan beradaptasi adalah sebagai berikut:

a. Pengetahuan diri (Self Knowledge) adalah kemampuan mengetahui potensi-potensi dan kekurangan yang dimiliki.

b. Objektifitas diri (Self Objectivity) adalah kemampuan untuk berperilaku dan berpikir secara objektif.

c. Mengontrol diri (Self Control) adalah kemampuan untuk mengendalikan emosi, pikiran, kebiasaan, sikap dan tingkah laku saat mengatasi masalah yang dihadapi, serta mampu mengembangkan diri untuk menjadi lebih baik.

d. Hubungan interpersonal yang baik (Good Interpersonal Relationship), adalah kemampuan untuk menunjukkan hubungan interpersonal yang baik dengan orang lain.

e. Kepuasan kerja (Satisfaction in Work), adalah rasa puas yang diperoleh dari segala aktivitas belajar.

Menurut Fahmi (dalam Ismawati, 2015:40), “mendefinisikan kemampuan beradaptasi sebagai suatu proses dinamika yang berkesinambungan yang bertujuan untuk mengubah kelakuan guna mendapatkan hubungan yang lebih serasi antara diri dengan lingkungan”. Artinya dalam proses adaptasi seorang individu akan belajar untuk mengubah dirinya sesuai dengan lingkungan tempat ia berada agar dapat memiliki hubungan yang lebih baik.

Kemampuan beradaptasi pada manusia berbeda dengan kemampuan beradaptasi tumbuhan dan hewan. Kemampuan beradaptasi manusia lebih terlihat pada perubahan perilaku dan budayanya sebagai respons yang tepat terhadap tantangan dari lingkungannya. Kemampuan berdaptasi pada manusia di muka bumi dengan kondisi lingkungan yang berbeda akan menimbulkan bentuk adaptasi yang berbeda pula, misalnya cara berpakaian, intonasi suara, berbahasa, dan sebagainya.

Secara keseluruhan adaptasi itu akan membentuk pola-pola kebudayaan yang berbeda- beda yang tersebar di permukaan bumi, sehingga membentuk wilayah kebudayaan. Misalnya, mahasiswa yang menuntut ilmu di luar daerah, belajar beradaptasi dengan lingkungan yang ada. Seperti ketika seorang mahasiswa yang berasal dari luar daerah Gorontalo yang memutuskan untuk tinggal di daerah Gorontalo dengan rentang waktu yang cukup lama, mereka belajar menyesuaikan dirinya dengan kondisi lingkungan yang ada seperti, mereka  belajar untuk mengonsumsi makan yang belum pernah di makan sebelumnya, belajar menyesuaikan diri dengan kondisi alam yang tadinya di tempat mereka yang memiliki kondisi alam dengan suhu yang cukup dingin namun karena tinggal di daerah Gorontalo yang memiliki kondisi alam dengan suhu yang cukup panas sehingga mengakibatkan kulit mereka menjadi gelap dan kusam.

Kemampuan beradaptasi seorang individu dapat berjalan dengan baik apabila individu tersebut mampu menempatkan dirinya sesuai dengan keadaan lingkungan yang ada.

Lingkungan Sebagai Penentu Adaptasi

Adaptasi menjadi suatu hal yang sering dilakukan individu ketika memasuki lingkungan yang baru, adaptasi juga memerlukan kemampuan individu untuk memahami tingkah laku yang berbeda dari individu lainnya, dalam proses adaptasi ada beberapa lingkungan yang dapat menjadi penentu seseorang individu dapat beradaptasi dengan baik.

Menurut Gerungan (2010:215), ada beberapa  lingkungan yang menjadi penentu adaptasi yaitu:

a. Keluarga

Keluarga merupakan suatu unit terkecil dari masyarakat. Menurut Herabudin (2015:68), “keluarga merupakan kelompok primer yang paling penting didalam masyarakat”. Keluarga juga merupakan faktor terpenting dimana ia menjadi salah satu penentu proses adaptasi yang baik, seorang individu pertama kali melakukan interaksi sosialnya dengan keluarga, menyesuaikan dirinya dengan keadaan keluarganya yang nantinya akan ia bawah dan ia kembangkan dalam lingkungan masyarakat. Apabila dalam lingkungan keluarga antara anak dan orang tua yang memiliki hubungan kurang baik maka dapat menjadi hambatan dalam proses adaptasi dan apabila hubungan anak dan orang tua yang terbilang harmonis akan membuat anak tersebut mampu beradaptasi dengan baik.

b. Teman Sebaya

Teman sebaya adalah lingkungan sosial pertama dimana seorang anak belajar untuk hidup dengan orang lain yang bukan anggota keluarganya. Teman sebaya merupakan sekumpulan anak-anak atau individu yang berkumpul dan memiliki tingkat usia yang hampir sama serta memiliki kesamaan tujuan. Dalam kelompok teman sebaya seorang anak dapat belajar beradaptasi dengan teman-temannya. Mereka belajar memahami teman-temannya dan merasa senang apabila diterima dalam kelompok sebayanya, sebaliknya mereka juga akan merasa sangat tertekan dan cemas apabila dikeluarkan dan diremehkan oleh kawan-kawan sebayanya. Jadi teman sebaya juga menjadi salah satu penentu seorang individu untuk dapat beradaptasi dengan baik dalam lingkungan masyarakat setelah keluarga.

c. Masyarakat

Masyarakat merupakan sekumpulan orang-orang yang membentuk satu kelompok yang hidup bersama-sama dan saling membantu dalam satu wilayah. Masyarakat merupakan salah satu wadah untuk seorang individu dapat beradaptasi. Hidup dalam lingkungan masyarakat mengharuskan seorang individu untuk dapat belajar menyesuaikan dirinya, belajar mengikuti peraturan-peraturan yang ada, belajar menghargai norma-norma yang berlaku. Jadi, masyarakat merupakan salah satu lingkungan yang dapat menentu suatu proses adaptasi.

d. Lembaga Pendidikan ( Kampus )

Kampus adalah salah satu tempat pendidikan (universitas) dimana terdapat mahasiswa yang datang dari berbagai daerah untuk menuntut ilmu sesuai dengan jurusan yang diambil. Dalam lingkungan universitas setiap individu belajar menyesuaikan dirinya, belajar mengikuti peraturan-peraturan yang dibuat oleh universitas. Selain itu didalam universitas banyak pula terdapat mahasiswa yang berasal dari daerah yang berbeda-beda, dengan cara bicara yang terdengar asing, dengan logat yang berbeda, terutama untuk individu yang memilih untuk melanjutkan studinya diluar daerah, didaerah yang berbeda dengan daerah ia berasal. Maka sebagai seorang individu yang berada ditengah-tengah masyarakat yang masih terasa asing maka ia belajar beradaptasi dengan lingkungan tersebut. Jadi perguruan tinggi (kampus) merupakan salah satu lingkungan yang dapat menjadi penentu suatu proses adaptasi. Setiap orang yang belajar beradaptasi, selalu membutuhkan proses agar mereka mampu menyesuaikan dirinya ditengah-tengah lingkungan yang ada. Dalam proses adaptasi keluarga, teman sebaya, masyarakat serta kampus adalah lingkungan yang menjadi penentu suatu proses adaptasi. Apabila dalam proses adaptasi seorang individu memiliki hubungan yang baik antara keluarga, teman sebaya, masyarakat serta lingkungan kampus tempat ia menuntut ilmu yang baik,  maka akan menghasilkan suatu proses adaptasi yang baik. Begitupun sebaliknya jika individu tersebut memiliki hubungan yang kurang baik antara keluarga, teman sebaya, masyarakat serta lingkungan kampus yang kurang baik maka proses adaptasinya pun akan kurang baik.

Proses Adaptasi

Proses adaptasi merupakan tanggapan manusia untuk melangsungkan kehidupanya di masa sekarang dan masa depan sebagai kelanjutan dari kehidupanya di masa lalu, dan sebagai hasil interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya karena manusia merupakan makhluk sosial dimana ia membutuhkan pergaulan dengan orang lain, bergaul dengan teman-teman sebayanya, ia pun tidak lagi hanya memberi kontak sosial tetapi ia juga menerima kontak sosial. Ia mulai mengerti bahwa dalam kelompok sepermainanya terdapat peraturan-peraturan tertentu, norma-norma sosial yang seharusnya ia patuhi dengan rela guna dapat melanjutkan hubungannya dengan kelompok tersebut secara lancar. Proses adaptasi yang dilakukan mahasiswa yang berasal dari luar kota Gorontalo mereka belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman yang baru dengan cara mereka melakukan kegiatan-kegiatan seperti membuat tugas kelompok, jalan-jalan bersama, olahraga bersama dan melakukan sesuatu selalu bersama meski bahasa yang digunakan masi ada campuran bahasa dari daerah mereka berasal. Jadi proses adaptasi sangatlah penting untuk setiap individu yang memiliki keinginan untuk belajar menyesuaikan dirinya ditengah-tengah lingkungan yang baru ia kenal, selain itu ia juga dapat menempatkan dirinya diantara orang-orang yang terasa asing untuknya. Waktu tinggal yang lebih lama akan lebih mudah untuk beradaptasi dengan lingkungan fakultas dikarenakan dapat lebih banyak mempelajari tentang masyarakat, budaya serta kebiasaan orang Gorontalo, sementara yang waktu tinggalnya masih baru, tentunya akan mengalami proses yang lambat akan proses adaptasinya dengan masyarakat setempat. Sebagai mahasiswa yang baru mengenal dunia baru, teman baru, suasana baru, gaya bahasa yang baru serta budaya yang baru.

Faktor Penghambat dan Pendukung Proses Adaptasi

Adaptasi atau yang lebih sering dikenal dengan penyesuaian diri merupakan hal yang harus dilakukan ketika seorang individu memasuki lingkungan dan situasi baru, setiap individu akan mengalami masalah dalam suatu proses adaptasi, baik yang menjadi penghambat maupun pendukung dalam proses adaptasi tersebut. Menurut Gerungan (dalam Winata, 2014:15), faktor yang menjadi penghambat dan pendukung proses adaptasi yaitu:

a. Faktor Penghambat dalam Proses Adaptasi

Proses adaptasi antarbudaya melibatkan perubahan identitas dan hambatan bagi para mahasiswa pendatang. Hamabatan yang dimaksud adalah sebagai berikut: (1) Perbedaan-perbedaan dalam keyakinan inti, nilai-nilai, dan norma-norma situasional antara di tempat asal dan di tempat baru, (2) Hilangnya gambaran-gambaran budaya asal yang dipegang dan semua citra dan simbol yang familiar yang menandakan bahwa identitas yang dulu familiar dari para pendatang baru telah hilang, (3) Rasa ketidakmampuan para pendatang dalam merespons peraturan baru secara tepat dan efektif.

b. Faktor Pendukung dalam Proses Adaptasi

Proses adaptasi antarbudaya melibatkan perubahan identitas dan dukungan bagi para mahasiswa pendatang. Dukungan yang dimaksud adalah sebagai berikut: (1) Rasa tenteram dan meningkatnya harga diri, (2) Fleksibilitas dan keterbukaan kognitif, (3) Kompetensi dalam interaksi sosial dan meningkatnya kepercayaan diri dan rasa percaya pada orang lain. Manusia sebagai makhluk sosial seringkali tidak dapat menghindari keadaan yang memaksa mereka untuk memasuki sebuah lingkungan atau budaya yang baru serta berinteraksi dengan orang-orang dari lingkungan dan budaya baru tersebut. Padahal untuk memasuki dan memahami lingkungan dari budaya yang baru merupakan hal yang tidak mudah. Banyak kendala dan hambatan yang akan timbul dalam proses adaptasi yang terjadi. Dalam proses awal terjadinya adaptasi tentunya akan dihadapi beberapa hambatan-hambatan, hambatan-hambatan tersebut sangat wajar, karena dalam penyesuaian-penyesuaian itu terjadi pertimbangan-pertimbangan yang sering dihadapi, hambatan disini antara lain hambatan dalam segi pola hidup sehari-hari, seperti cara makan, bahasa, interaksi social, fasilitas umum, seni budaya dan tradisi. Selain itu dalam proses adaptasi dibutuhkan komunikasi yang baik antara sesama individu karena dengan berkomunikasi dapat terjalinnya suatu proses adaptasi yang baik. Baik komunikasi secara langsung atau komunikasi secara tidak langsung. Menurut Herabudin (2015:213), “ada dua cara menyampaikan komunikasi yaitu: 1). Komunikasi secara langsung, pihak komunikator menyampaikan pesannya secara langsung kepada pihak komunikan. 2). Komunikasi secara tidak langsung, pihak komunikator menyampaikan pesannya kepada pihak komunikan melalui perantara pihak ketiga”.  Dengan menjalin komunikasi yang baik antara sesama mahasiswa yang berasal dari daerah yang berbeda akan  menciptakan suatu proses adaptasi yang baik dan merekapun dapat mengenal seperti apa bahasa yang mereka pelajari dengan teman-teman yang berasal dari daerah lain, yang memiliki bahasa yang berbeda dengan mereka. Jadi, komunikasi sangat penting untuk menunjang seorang individu dalam melakukan suatu proses adaptasi dengan lingkungan yang baru ia kenal, dengan berkomunikasi ia mampu memahami seperti apa kehidupan didaerah Gorontalo yang mungkin sangat jauh berbeda dengan kehidupan yang ada didaerah mereka berasal.

 

TEKNIK RELAKSASI PROGRESIF

13 July 2023 12:51:21 Dibaca : 314

By: Jumadi Mori Salam Tuasikal

Duduk dengan posisi bersandar agar nyaman, tutuplah mata anda, coba berkosentrasi untuk menenangkan pikiran anda

Relaksasi tangan

  • Letakkan tangan dan lengan dipangkuan dan buka lebar ruas jari
  • Rapatkan tangan dan lengan pada bagian badan sekeras mungkin dan tegakkan tangan kanan anda kemudian lemaskan
  • Ulangi kegiatan tersebut sebanyak 3 kali dengan pola yang sama tegakkan dan lemaskan kembali
  • Hal yang sama dilakukakan pada tangan kiri

Relaksasi kaki

  • Tekankan tumit kaki pada lantai sekeras mungkin dan buka lebar jari-jari kaki dan tegakanlah keatas kemudian lemaskan dengan rileks
  • Lakukan kegiatan tersebut sebnyak 3 kali dan lakukan hal yang sama pada kaki kiri

Relaksasi otot dahi

  • Kerutkan dahi sambil menarik alis ke atas, tegangkan kemudian lemaskan dan rileks
  • Ulangi kegiatan 3 kali dengan pola yang sama

Relaksasi otot mata

  • Pejamkan kedua kemudian arahkan kedua bola mata keatas sambil menegangkan otot-otot mata kemudian lemaskan
  • Ulangi kegiatan sampai 3 kali dengan pola yang sama

Relaksasi otot rahang

  • Tekan gigi bagian atas dan bagian bawah kemudian dorong lidah ke langit-langit mulut dengan posisi bibir terkatup kuat kemudian lemaskan
  • Ulangi kegiatan sampai 3 kali dengan pola yang sama

Relaksasi otot dada

  • Tarik nafas sedalam mungkin rasakan oksigen masuk ke dalam paru-paru anda, tahan sebentar dan hembuskan perlahan
  • Ulangi kegiatan sampai 3 kali dengan pola yang sama

Relaksasi otot leher

  • Gerakan kepala anda ke belakang secara perlahan kemudian tundukkan kedepan secara perlahan rasakan otot leher anda meregang saat digerakan ke belakang dan melemas saat ditundukan di belakang
  • Ulangi kegiatan sampai 3 kali dengan pola yang sama

Penutup

  • Tutuplah mata nada dan rasakan otot-otot anda lebih rileks
  • Hitung sampai 3 dan rasakan secara bertahap tubuh anda

PERUNDUNGAN

13 July 2023 12:43:20 Dibaca : 5579

By: Jumadi Mori Salam Tuasikal

Pengertian Perundungan

Bullying berasal dari bahasa Inggris, yaitu kata bull yang berarti banteng yang senang menyerunduk kesana kemari, istilah ini akhirnya diambil menguraikan suatu tindakan destruktif. Sedangkan dalam bahasa Indonesia secara etimologi kata perundungan berarti penggertak, orang yang mengganggu orang lemah (Novan.2012;11). “Bullying is a repeated aggressive behavior where one person (or group of people) in a position of power deliberately intimidates, abuses, or coerces an individual with the intention to hurt that person physically or emotionally(EDC learning trasform live)”

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,Anies Baswedan lebih cenderung menggunakan kata “perundungan” atau “rundung” bagi padanan istilah bullying. Perkataan perundungan atau rundung dapat mewakili istilah bullying yang bermakna mengganggu korbannya atau mengusik secara terus-menerus seperti melakukan intimidasi, penghinaan, pemalakkan, pemukulan, penindas atau penganggu orang lain yang lebih lemah sehingga korban terlukan atau depresi(Baswedan.2016;1).

Olweus (1993;34) mendefinisikan perundungan mengandung 3 unsur mendasar yaitu bersifat menyerang (agresif), dilakukan secara berualang kali dan adanya ketidakseimbang kekuatan antar pihak yang terlibat.Contoh perilaku perundungan antara lain: mengejek, menyebarkan rumor, menghasut, mengucilkan, menakut- nakuti (intimidasi), mengancam, menindas, memalak, atau menyerang secara fisik. Sebagian orang berpendapat bahwa perilaku perundungan tersebut merupakan hal sepele atau normal dalam tahap kehidupan manusia atau dalam kehidupan sehari-hari.

Namun faktanya, perilakumerupakan learned behaviors karena manusia tidak terlahir sebagai penggertak dan pengganggu yang lemah. Perundungan merupakan perilaku tidak normal, tidak sehat, dan secara sosial tidak bisa diterima. Hal yang sepelepun kalau dilakukan secara berulang kali pada akhirnya dapat menimbulkan dampak serius dan fatal.

Menurut Olweus (1993;43) perundunganatau Bullying diindentifikasikan dua subtipe perundungan yaitu perilaku secara langsung (Direct Bullying) misalnya penyerangan secara fisik dan perilaku secara tidak langsung (Inderect bullying) seperti pengucilan secara sosial atau sosial aggression

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa perundungan adalah perilaku agresif dan negatif seseorang atau sekelompok orang secara berulang kali yang menyalanggunakan ketidakseimbangan kekuatan dengan tujuan menakuti targetnya (korban) secara mental atau secara fisik.  Ketidakseimbangan antara pelaku dan korban bisa bersifat nyata maupun bersifat perasaan. Perundungan dapat terjadi dimana saja. Adapun tempat-tempat terjadinya antara lain: sekolah, tempat kerja, internet, lingkungan politik, lingkungan militer dan perpoloncoan.

Dalam kasus perundungan ketidakseimbangan kekuatan antara pelaku dan korbannya menghalangi kedua untuk menyelesaikan konflik mereka sendiri sehingga perlu kehadiran pihak ketiga. Sebagai contoh anak kecil mendapat perlakuan perundungan dari teman sebayanya, perlu bantuan orang dewasa. Apabila perilaku perundungan dilakukan disekolah maka pihak ketiga yang menyelesaikan masalahnya adalah guru bimbingan konseling sebagai orang tua atau dewasa yang sedang mebimbing pertumbuhan fisik dan psikis mereka.

Perundungan adalah perilaku negatif berulang yang bermaksud menyebabkan ketidaksenangan atau menyakitkan oleh orang lain, baik satu atau beberapa orang secara langsung terhadap seseorang yang tidak mampu melawannya (Olweus, 2006;35). Menurut Coloroso (2007;64) perundungan merupakan tindakan intimidasi yang dilakukan secara berulangulang oleh pihak yang lebih kuat terhadap pihak yang lebih lemah, dilakukan dengan sengaja dan bertujuan untuk melukai korbannya secara fisik maupun emosional. Sullivan, Cleary & Sullivan (2005;342) perundungan adalah tindakan agresi atau manipulasi atau pengucilan yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan berulang-ulang oleh individu atau kelompok kepada individu atau kelompok lain. Berdasarkan pengertian perundungan dapat disimpulkan bahwa perundungan merupakan tindakan agresi yang dilakukan oleh pelaku secara sadar dan berulang-ulang kepada individu atau kelompok lain yang bertujuan untuk melukai secara verbal, fisik dan emosional. Tindakan yang dilakukan melalui perundungan akan menyisakan dampak trauma bagi korban dan mengakibatkan perilaku-perilaku baru yang dapat merugikan korban.

Dalam memahami perundungan ada beberapa hal yang harus dikenal sebagai tanda-tanda perundungan. Menurut Coloroso (2007;75) perundungan mengandung tiga elemen yaitu kekuatan yang tidak seimbang, bertujuan untuk menyakiti, dan adanya ancaman akan dilakukannya agresi. Olweus (2006;57) perundungan memiliki tiga unsur yaitu menyerang dan negatif, dilakukan secara berulang kali, dan adanya ketidakseimbangan kekuatan antara pihak yang terlibat. Tanda-tanda perundungan akan membantu dalam mengenal pelaku sebelum melakukan perundungan hal ini akan dapat mencegah lebih awal proses terjadinya perundungan.

Ada beberapa bentuk perundungan yang sering terjadi pada korban sehingga menimbulkan trauma. Menurut Sullivan, Cleary & Sullivan (2005; 354) yaitu perundungan fisik merupakan tindakan yang yang dilakukan pelaku melalui tindakan fisik atau menyentuh korban seperti memukul, menendang, meninju, meludahi dan mendorong, perundungan psikologis berupa perundungan verbal dan non verbal. Perundungan verbal yaitu tindakan yang dilakukan pelaku perundungan seperti menghina, mengejek bahkan berbicara kasar, perundungan non verbal yaitu tindakan pelaku perundungan seperti merusak persahabatan melalui fitnah.

Perundungan merupakan tindakan yang agresif, merugikan dan dapat mengakibatkan ketidak nyamanan dan trauma bagi korban. Dampak perundungan menurut Coloroso (2007;80) yaitu mengakibatkan depresi dan kemarahan. Swearer, dkk (2010;197) korban perundungan juga merasa sakit, menjauhi sekolah, prestasi akademik menurun, rasa takut dan kecemasan meningkat, adanya keinginan bunuh diri, serta dalam jangka panjang akan mengalami kesulitan-kesulitan internal yang meliputi rendahnya self esteem, kecemasan, dan depresi. Dampak perundungan berakibat sangat mengerikan apabila korban tidak dibantu dalam menyelesaikan masalahnya. Proses pencegahan menjadi hal mutlak yang harus dilakukan tetapi bagi korban yang sudah mengalami maka diperlukan solusi sehingga masalah yang di hadapinya dapat terselesaikan dan korban dapat keluar dari masalah yang dihadapinya

Bentuk-Bentuk Perilaku Perundungan

Perundungan dapat juga diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan dengan tujuan untuk merendahkan, memojokkan, menghina orang lain, hingga membuat korbannya tertekan dan tidak berdaya. Bentuk perundungan itu sendiri bisa bermacam-macam. Sejiwa (2008:2) menjelaskan bahwa perundungan dapat dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu:

a.    Perundungan fisik,

yaitu segala bentuk kekerasan yang menggunakan fisik atau melibatkan serangan fisik. Contoh perundungan fisik antara lain memukul, mendorong, menjambak, menampar, mencubit, menendang, mengunci seseorang dalam ruangan, dan melempari dengan barang.

b.  Perundungan verbal,

yaitu penggunaan kata-kata yang tidak baik untuk menyakiti orang lain sehingga membuat seseorang berada dalam tekanan. Contoh perundungan verbal antara lain menghina, mengejek, mencela, memfitnah, mencemooh atau menyindir, menuduh, dan memaki.

c.  Perundungan psikologis,

yaitu perundungan paling berbahaya karena langsung menyerang mental atau psikologis korban, sehingga meninggalkan luka psikis yang mendalam. Contohnya antara lain memandang sinis, memelototi, menjulurkan lidah, memperlihatkan tatapan yang merendahkan, mempermalukan, mengabaikan, mengucilkan, meneror lewat media sosial, dan lain sebagainya.

Faktor Penyebab Perilaku Perundungan

Akar masalah dan sumber perundungan itu berasal dari lingkungan yang ditempati. Menurut Priyatna (2010:5) bahwa perundungan bisa terjadi karena disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain faktor pribadi, keluarga, dan pergaulan sosial.

1.  Faktor pribadi

Dilihat dari faktor pribadi, perundungan dapat terjadi karena:

a.  Rasa kurang percaya diri dan mencari perhatian. Seseorang yang kurang percaya diri sering kali ingin diperhatikan (salah satunya adalah dengan melakukan perundungan). Dengan melakukan itu, mereka merasa puas, lebih kuat dan dominan.

b.  Perasaan dendam. Seseorang yang pernah disakiti atau ditindas biasanya akan menyimpan rasa dendam yang ingin disalurkan kepada orang lain sehingga orang lain merasakan hal yang sama, salah satunya adalah dengan melakukan perundungan.

2.  Faktor Keluarga

Dilihat dari sisi keluarga, perundungan dapat terjadi karena:

a.  Kurangnya kehangatan, kurangnya pengawasan dan rendahnya tingkat kepedulian orang tua terhadap anaknya.

b.  Pola asuh orang tua yang terlalu permisif (serba membolehkan) sehingga anak pun bebas melakukan tindakan apapun yang dia mau, atau sebaliknya.

c.  Pola asuh orang tua yang terlalu keras sehingga anak menjadi akrab dengan suasana yang membuatnya tertekan dan mengancam.

d.  Sikap orang tua yang suka memberi contoh perilaku perundungan, baik disengaja ataupun tidak. Dan pengaruh dari perilaku saudara-saudara kandung di rumah.

3.  Faktor Pergaulan Sosial

Dilihat dari sisi pergaulan sosial, penyebab perundungan di antaranya:

a.  Suka bergaul dengan anak yang biasa melakukan bullying dan bergaul dengan anak yang suka dengan tindak kekerasan.

b.  Anak agresif yang berasal dari status sosial tinggi dapat saja menjadi pelaku perundungan demi mendapatkan penghargaan dari kawan-kawan sepergaulannya, atau sebaliknya. Anak yang berasal dari status sosial yang rendah pun dapat saja menjadi pelaku tindakan perundungan demi mendapatkan penghargaan dari kawan-kawan di lingkungannya.

c.  Permusuhan dan rasa kesal di antara pertemanan bisa memicu seseorang melakukan tindakan perundungan.

Selain itu, perundungan bisa disebabkan oleh pengaruh negatif dari media, yaitu semakin banyaknya gambaran kekerasan di media baik televisi, internet, dapat menjadi contoh buruk yang bisa menginspirasi seseorang untuk melakukan kekerasan tanpa alasan yang jelas.

Dampak/Bahaya Perilaku Perundungan

Perundungan memberi rasa tidak aman, membuat para korban perundungan merasa takut, mengurung diri sendiri, tidak tergerak untuk bersosialisasi dengan lingkungannya, enggan bersekolah, menjadi pribadi yang tak percaya diri, sulit berkomunikasi, serta sulit berkonsentrasi dalam belajar sehingga prestasi akademisnya dapat terancam merosot. Para korban  perundungan akan mengalami berbagai macam gangguan yang meliputi kesejahteraan psikologis yang rendah di mana korban akan merasa tidak nyaman, merasa takut, rendah diri, menarik diri dari pergaulan, bahkan berkeinginan untuk bunuh diri. Secara fisik, korban akan mengalami goresan, memar, lebam  atau pun luka fisik lainnya.

Fenomena Perundungan di Sekolah (School Bullying)

Salah satu fenomena yang menyita perhatian dunia pendidikan zaman sekarang adalah kekerasan di sekolah. Baik yang dilakukan oleh guru terhadap siswa maupun oleh siswa terhadap siswa lainnya. Maraknya aksi tawuran dan kekerasan yang dilakukan siswa di sekolah yang semakain banyak menghiasi deretan berita dihalaman media cetak maupun elektronik menjadi bukti telah tercabutnya nilai-nilai kemanusiaan. Tentunya kasus-kasus kekerasan tesebut tidak saja mencoreng citra pendidikan yang selama ini dipercaya oleh banyak kalangan sebagai sebuah tempat dimana proses humanisasi berlangsung tetapi juga menimbulkan sejumlah pertanyaan. Bahkan gugatan  dari berbagai pihak yang semakin kritis mempertanyakan esensi pendidikan di sekolah dewasa ini.

Setiap perilaku agresif, apapun bentuknya, pasti  memilki dampak buruk bagi korbannya. Para ahli menyatakan bahwa perundungan mungkin merupakan bentuk agresivitas antar siswa yang memilk dampak paling negatif bagi korbannya. Hal ini disebabkan adanya ketidakseimbangan kekuasaan dimana pelaku yang berasal dari kalangan siswa/siswi yang merasa lebih senior melakukan tindakan tertentu kepada korban, yaitu siswa/siswi yang lebih junior dan mereka merasa tidak berdaya karena tidak dapat melakukan perlawanan.

Dampak lain yang dialami oleh korban perundungan adalah mengalami berbagai macam gangguan yang meliputi kesejahteraan psikologi yang rendah atau low psychological well-being dimana korban merasa tidak nyaman, takut, rendah diri, serta tidak berharga, penyesuaian sosial yang buruk, korban tidak mau pergi ke sekolah, menark diri dari pergaulan, prestasi akademik yang menurun karena mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi dalam belajar, bahkan berkeinginan untuk bunuh diri daripada harus menghadapi tekanan-tekanan berupa hinaan dan hukuman. Menurut Priyatna (2010;10) bahwa selain berakibat buruk bagi korban, saksi dan pelaku, efek dari perundungan ini terkadang membekas sampai anak ini menginjak dewasa.

Banner: Anak Dengan Ketidakmatangan Emosional

23 June 2023 17:34:56 Dibaca : 90