By. Jumadi Mori Salam Tuasikal

          Novel Rindu karya Tere Liye adalah sebuah karya sastra yang sarat makna, sebuah eksplorasi mendalam tentang perjalanan spiritual dan pencarian makna hidup. Sebagai seorang dosen bimbingan dan konseling, saya melihat novel ini sebagai bahan refleksi yang kaya, tidak hanya untuk individu yang sedang mencari jati diri, tetapi juga untuk para pendidik, konselor, dan siapa saja yang berperan sebagai pendamping dalam proses perjalanan hidup orang lain. Dalam setiap babnya, Tere Liye membawa pembaca ke dalam perenungan yang tidak hanya menyentuh hati, tetapi juga menggugah akal sehat, membangkitkan kesadaran akan hal-hal yang sering kali terabaikan dalam keseharian.

          Novel ini mengambil latar waktu dan tempat yang unik, yaitu perjalanan panjang sebuah kapal haji dari Makassar menuju Mekkah pada awal abad ke-20. Dalam perjalanan itu, penulis dengan brilian menggambarkan dinamika yang terjadi di antara para penumpang, dari berbagai latar belakang, dengan segala konflik batin dan pertanyaan hidup yang mereka bawa. Dari sudut pandang konseling, perjalanan di kapal ini adalah metafora yang kuat tentang proses penyembuhan dan pencarian makna. Kapal menjadi ruang aman bagi para tokohnya untuk membuka diri, berbagi cerita, dan menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mereka yang terdalam. Karakter-karakter dalam Rindu tidak hanya kompleks, tetapi juga sangat manusiawi. Ada Daeng Andipati, seorang pemimpin yang dihantui rasa bersalah atas keputusannya di masa lalu; Gurutta Ahmad Karaeng, seorang ulama bijaksana yang selalu memiliki jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan sulit; hingga Anna, seorang perempuan muda yang terjebak dalam konflik batin tentang cinta dan harapan. Masing-masing karakter menghadirkan problematika yang begitu relevan dengan kehidupan nyata, terutama dalam konteks bimbingan dan konseling, di mana konflik-konflik semacam ini sering menjadi inti dari proses konseling.

          Sebagai konselor, saya terkesan dengan cara Tere Liye menempatkan Gurutta sebagai simbol dari seorang pembimbing yang ideal. Gurutta tidak pernah memberikan jawaban instan; ia mengarahkan tokoh-tokoh lain untuk menemukan jawaban mereka sendiri. Inilah esensi dari konseling yang baik: bukan memberikan solusi, tetapi menciptakan ruang bagi klien untuk menemukan solusi yang sesuai dengan dirinya. Gurutta menggunakan pendekatan reflektif, mendengarkan dengan penuh perhatian, dan menyampaikan hikmah yang dalam, sesuatu yang sangat inspiratif bagi seorang pendidik atau konselor. Salah satu tema sentral dalam novel ini adalah tentang kerinduan, sebuah emosi universal yang memiliki banyak dimensi. Kerinduan kepada Tuhan, kepada keluarga, kepada masa lalu, bahkan kepada diri sendiri. Dalam konteks konseling, kerinduan sering kali menjadi pemicu yang mendorong seseorang untuk mencari bantuan. Novel ini mengajarkan bahwa kerinduan bukanlah kelemahan, melainkan sebuah kekuatan yang jika dikelola dengan baik dapat menjadi pendorong perubahan positif.

          Selain itu, tema tentang memaafkan menjadi salah satu bagian yang paling menyentuh hati. Novel ini menggambarkan bagaimana memaafkan bukanlah proses yang mudah, terutama ketika luka yang ditinggalkan begitu dalam. Namun, Tere Liye menunjukkan bahwa memaafkan adalah jalan menuju kebebasan batin. Sebagai dosen bimbingan dan konseling, saya melihat ini sebagai pesan penting yang perlu diajarkan kepada mahasiswa dan klien: bahwa memaafkan adalah proses personal yang membutuhkan keberanian, waktu, dan kesadaran diri. Interaksi antar karakter dalam novel ini juga sangat menarik untuk dianalisis. Ada momen-momen di mana karakter saling berbagi cerita, dan di sinilah terlihat betapa pentingnya kehadiran orang lain dalam proses penyembuhan seseorang. Sebagai konselor, saya sering menekankan pentingnya hubungan interpersonal yang sehat sebagai salah satu faktor utama dalam mendukung kesejahteraan psikologis. Novel ini memperkuat pemahaman bahwa hubungan yang tulus dan penuh empati dapat membantu seseorang bangkit dari keterpurukan.

          Latar belakang budaya yang kuat dalam Rindu juga memberikan dimensi tambahan pada proses refleksi dan pencarian makna hidup. Tere Liye dengan cermat menggambarkan nilai-nilai tradisional yang masih sangat relevan dalam kehidupan modern, seperti pentingnya menjaga kehormatan, tanggung jawab, dan keikhlasan. Dari sudut pandang bimbingan dan konseling, hal ini menggarisbawahi pentingnya memahami konteks budaya klien dalam proses konseling, karena budaya memengaruhi cara seseorang memandang masalah dan solusi. Selain itu, novel ini juga menyinggung isu-isu sosial yang relevan, seperti ketidaksetaraan gender, ketidakadilan, dan perjuangan melawan stigma. Isu-isu ini sering kali menjadi sumber stres atau trauma bagi individu, dan novel ini menawarkan cara-cara untuk melihat isu-isu tersebut dari perspektif yang lebih luas dan penuh harapan. Bagi seorang konselor, ini adalah pengingat untuk selalu melihat klien dalam konteks sosialnya dan bekerja menuju pemberdayaan klien. Yang menarik, novel ini tidak memberikan jawaban pasti atau solusi akhir atas semua konflik yang dihadapi oleh para tokohnya. Sebaliknya, novel ini menekankan bahwa perjalanan mencari jawaban adalah bagian penting dari pertumbuhan manusia. Hal ini sejalan dengan filosofi konseling, di mana proses sering kali lebih penting daripada hasil akhir. Dalam proses itulah terjadi pembelajaran, refleksi, dan transformasi.

          Bahasa yang digunakan Tere Liye dalam novel ini sangat indah dan puitis, namun tetap mudah dipahami. Sebagai seorang dosen, saya merasa gaya bahasa ini adalah cara yang efektif untuk menjembatani pembaca dari berbagai latar belakang, sehingga pesan-pesan dalam novel ini dapat diterima oleh siapa saja, dari mahasiswa hingga praktisi konseling yang sudah berpengalaman. Satu bagian yang sangat mengesankan adalah bagaimana novel ini menggambarkan perjalanan spiritual sebagai sesuatu yang personal dan unik bagi setiap individu. Tidak ada satu jalan yang benar untuk semua orang, dan hal ini sangat relevan dalam konseling, di mana pendekatan harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi klien. Perjalanan spiritual dalam novel ini mengajarkan tentang pentingnya keikhlasan dan penerimaan dalam menghadapi hidup. Ketegangan antara kewajiban dan keinginan pribadi juga menjadi tema yang sangat relevan, terutama bagi mereka yang bekerja di bidang bimbingan dan konseling. Konflik antara apa yang diinginkan dan apa yang harus dilakukan sering kali menjadi sumber stres yang besar bagi klien. Novel ini memberikan perspektif yang bijaksana tentang bagaimana menemukan keseimbangan di antara keduanya.

          Di akhir novel, pembaca diajak untuk merenungkan arti dari setiap perjalanan, baik perjalanan fisik maupun batin. Tere Liye menunjukkan bahwa setiap perjalanan memiliki tujuan, meskipun tujuannya mungkin tidak selalu terlihat jelas di awal. Sebagai dosen, saya merasa ini adalah pesan yang sangat penting untuk dibagikan kepada mahasiswa: bahwa perjalanan mereka, dengan segala tantangan dan kesulitan, adalah bagian penting dari pembentukan karakter dan pemahaman diri mereka. Keseluruhan novel ini adalah sebuah karya yang sangat relevan bagi siapa saja yang tertarik pada bidang bimbingan dan konseling. Ini bukan hanya tentang cerita, tetapi juga tentang proses pembelajaran yang mendalam. Rindu mengajarkan bahwa dalam setiap individu terdapat kekuatan untuk menyembuhkan dirinya sendiri, selama ia mau membuka hati dan pikirannya terhadap kemungkinan perubahan. Sebagai penutup, saya merekomendasikan novel ini tidak hanya sebagai bahan bacaan, tetapi juga sebagai referensi reflektif bagi mahasiswa, konselor, dan pendidik. Rindu adalah sebuah perjalanan yang akan membuat pembaca merenungkan kembali tujuan hidup mereka, dan sebagai seorang dosen, saya percaya ini adalah salah satu karya yang dapat memperkaya perspektif siapa saja yang membacanya.

SELAMAT ULANG TAHUN : REFLEKSI DI HARI KELAHIRAN

06 December 2024 23:27:53 Dibaca : 61

By. Jumadi Mori Salam Tuasikal

          Selamat ulang tahun, sebuah momen yang penuh makna untuk direnungkan. Ulang tahun bukan sekadar tentang bertambahnya usia, tetapi juga tentang perjalanan hidup yang telah dilalui dan perjalanan baru yang akan dimulai. Hari ini adalah hari yang istimewa, bukan hanya untuk merayakan keberadaan diri, tetapi juga untuk memberikan waktu sejenak bagi kita untuk melihat ke dalam diri, mengevaluasi langkah yang telah diambil, serta merencanakan langkah-langkah yang akan datang dengan lebih bijak. Dalam setiap langkah yang kita ambil, kita pasti menemui tantangan, ujian, dan cobaan. Semua itu adalah bagian dari proses menjadi lebih dewasa. Dewasa bukan hanya soal bertambahnya usia, tapi tentang bagaimana kita memahami hidup dengan lebih dalam, lebih sabar, dan lebih bijaksana. Setiap pengalaman, baik manis maupun pahit, adalah guru yang mengajarkan kita untuk lebih kuat dan lebih bijak dalam menghadapi dunia yang terus berubah.

          Kita sering kali terjebak dalam rutinitas, dalam kegelisahan tentang masa depan yang tidak pasti, dan dalam bayang-bayang masa lalu yang sulit untuk dilepaskan. Namun, pada akhirnya, kita harus menyadari bahwa hidup ini bukan tentang apa yang kita miliki atau apa yang telah kita capai, melainkan tentang bagaimana kita memberi makna pada setiap detik yang kita jalani. Bagaimana kita menjalani hidup dengan penuh rasa syukur, dengan memberi manfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Ulang tahun adalah waktu yang tepat untuk beristirahat sejenak, untuk melihat kembali ke belakang, dan bertanya pada diri sendiri: Apa yang telah saya pelajari? Apa yang telah saya capai? Apa yang masih saya impikan untuk saya raih? Pertanyaan-pertanyaan ini bukan untuk membuat kita merasa terbebani, tetapi untuk memberi kita ruang untuk bertumbuh, untuk menyadari bahwa perjalanan hidup ini adalah kesempatan untuk terus berkembang.

          Namun, perjalanan ini bukanlah perjalanan yang mudah. Terkadang kita harus menghadapi kenyataan bahwa kita tidak selalu berada di tempat yang kita inginkan. Namun, itu bukanlah alasan untuk menyerah. Setiap kali kita jatuh, kita punya pilihan untuk bangkit lagi, lebih kuat, lebih bijaksana, dan lebih siap untuk menghadapi tantangan yang baru. Kegagalan bukanlah akhir dari perjalanan kita, melainkan bagian dari proses yang membentuk karakter kita menjadi lebih matang. Pada titik tertentu, kita semua perlu berhenti sejenak dan merenung. Dalam kesibukan hidup yang kadang begitu menyita waktu dan perhatian, kita sering kali lupa untuk memberi perhatian pada diri kita sendiri. Kita lupa untuk memberikan waktu bagi tubuh dan pikiran untuk beristirahat, untuk memberi ruang bagi diri kita untuk merasakan kebahagiaan, dan untuk menikmati hidup dengan segala keindahannya. Keseimbangan antara kerja keras dan istirahat adalah kunci untuk hidup yang sehat dan bahagia.

          Sebagai individu yang terus berkembang, kita harus mengingat bahwa tidak ada yang sempurna. Setiap orang punya kekurangan dan kelebihan masing-masing, dan itu adalah bagian dari keindahan hidup. Apa yang membuat kita unik bukanlah kesempurnaan kita, melainkan bagaimana kita menerima ketidaksempurnaan itu, bagaimana kita bisa belajar dari kekurangan kita dan terus berusaha menjadi versi terbaik dari diri kita. Selama hidup ini, kita pasti akan berjumpa dengan orang-orang yang memberi dampak besar dalam perjalanan kita. Mereka bisa jadi orang yang mendukung kita saat kita lemah, atau orang yang memberi tantangan yang membangkitkan semangat kita. Mereka adalah bagian dari proses yang membentuk siapa kita hari ini. Oleh karena itu, penting untuk menjaga hubungan yang baik dengan orang-orang di sekitar kita, untuk memberikan cinta dan perhatian kepada mereka yang mendukung kita, dan juga untuk memberikan pemahaman kepada mereka yang mungkin tidak sepenuhnya setuju dengan pilihan kita. Bersyukur atas setiap hal kecil yang kita miliki adalah langkah awal menuju kebahagiaan sejati. Terkadang, kita terfokus pada apa yang belum kita capai, pada apa yang belum kita miliki, sehingga kita lupa untuk menghargai apa yang ada di depan mata. Padahal, kebahagiaan bukanlah tentang memiliki lebih banyak, tetapi tentang mensyukuri apa yang sudah ada dan memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya.

          Pada hari ini, di momen ulang tahun ini, mari kita berkomitmen untuk lebih memperhatikan diri kita sendiri, lebih mencintai diri kita sendiri, dan lebih menghargai setiap detik yang diberikan. Mari kita mulai dengan lebih sadar dalam membuat keputusan, dengan lebih bijaksana dalam memilih arah hidup, dan dengan lebih berhati-hati dalam memperlakukan orang lain. Ketika kita memandang ke depan, kita akan selalu dihadapkan pada pilihan. Setiap pilihan memiliki konsekuensinya masing-masing. Namun, yang terpenting bukanlah seberapa banyak pilihan yang kita miliki, tetapi bagaimana kita menjalani pilihan yang sudah kita buat dengan penuh tanggung jawab dan kesungguhan. Dalam hidup, tidak ada yang bisa memprediksi dengan pasti masa depan, tetapi kita bisa mempersiapkan diri dengan baik untuk menghadapi segala kemungkinan.

          Penting untuk mengingat bahwa hidup ini bukanlah kompetisi. Kita tidak perlu selalu membandingkan diri kita dengan orang lain, karena setiap perjalanan hidup itu unik. Setiap orang memiliki jalan dan ritme masing-masing. Apa yang penting adalah berfokus pada perjalanan kita sendiri, berkembang dengan cara kita sendiri, dan merayakan setiap pencapaian kecil yang kita raih di sepanjang jalan. Selama kita hidup, kita akan selalu dihadapkan pada perubahan. Terkadang perubahan itu datang dengan tiba-tiba, dan kita merasa kesulitan untuk beradaptasi. Namun, kita harus belajar untuk melihat perubahan sebagai kesempatan, bukan sebagai ancaman. Perubahan membawa kita keluar dari zona nyaman, mendorong kita untuk berkembang, dan memberi kita kesempatan untuk melihat dunia dari perspektif yang baru.

          Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru, kepada ide-ide baru, dan kepada orang-orang baru adalah cara terbaik untuk terus berkembang. Jangan pernah takut untuk keluar dari zona nyaman dan mencoba hal-hal yang belum pernah kita coba sebelumnya. Terkadang, hal-hal terbaik dalam hidup datang dari keberanian untuk mengambil langkah pertama, meskipun itu penuh dengan ketidakpastian. Setiap orang memiliki potensi yang luar biasa, hanya saja seringkali kita tidak menyadari atau meragukan kemampuan diri kita. Jangan pernah meremehkan kekuatan yang ada dalam diri kita untuk mencapai hal-hal besar. Ketika kita percaya pada diri sendiri, ketika kita yakin bahwa kita mampu, kita akan menemukan kekuatan untuk melewati segala rintangan yang menghadang. Kepercayaan diri adalah kunci untuk membuka pintu kesempatan yang ada di depan kita. Saat kita merenungkan perjalanan hidup kita, kita harus selalu ingat bahwa kebahagiaan sejati datang dari dalam diri. Kebahagiaan bukanlah sesuatu yang bisa kita cari di luar diri kita, tetapi sesuatu yang bisa kita temukan dalam cara kita melihat hidup, dalam cara kita bersyukur atas apa yang sudah ada, dan dalam cara kita menjalani setiap hari dengan penuh semangat dan rasa syukur.

          Pada akhirnya, hidup ini adalah tentang menciptakan makna. Setiap tindakan, setiap keputusan, dan setiap langkah yang kita ambil adalah bagian dari cerita hidup kita yang lebih besar. Momen-momen kecil yang kita jalani, baik suka maupun duka, akan membentuk siapa kita sebagai individu. Oleh karena itu, mari kita pastikan bahwa setiap langkah yang kita ambil membawa kita lebih dekat kepada versi terbaik dari diri kita. Dalam perayaan hari ulang tahun ini, mari kita berjanji pada diri kita sendiri untuk terus berkembang, untuk terus berusaha menjadi lebih baik, dan untuk selalu memberi yang terbaik bagi diri kita dan orang lain. Semoga perjalanan hidup kita semakin penuh dengan kebahagiaan, kedamaian, dan pencapaian yang bermakna. Semoga kita selalu diberi kekuatan untuk melewati setiap rintangan dan diberi kebijaksanaan untuk menikmati setiap keindahan hidup.

          Ulang tahun adalah tanda bahwa kita diberi kesempatan untuk memulai babak baru dalam hidup. Ini adalah kesempatan untuk merefleksikan diri, memperbaiki yang kurang, dan merencanakan langkah-langkah baru yang lebih bermakna. Di hari yang istimewa ini, mari kita rayakan hidup dengan penuh rasa syukur, dengan keyakinan bahwa setiap hari adalah anugerah yang harus kita manfaatkan sebaik-baiknya. Selamat ulang tahun. Semoga tahun ini menjadi tahun penuh berkah, penuh pencapaian, dan penuh kebahagiaan. Mari kita jalani hidup ini dengan penuh makna, dengan penuh cinta, dan dengan keyakinan bahwa kita mampu mengatasi apapun yang datang di hadapan kita.

By. Jumadi Mori Salam Tuasikal

          Sikap tegas dalam kehidupan sehari-hari bukanlah sekadar pilihan, melainkan keterampilan yang penting untuk dimiliki oleh setiap individu. Dalam buku "Bersikap Tegas dalam Segala Situasi" karya Sue Hadfield dan Gill Hasson, penulis menyajikan panduan lengkap mengenai bagaimana cara untuk bersikap tegas dengan penuh rasa hormat dan empati, tanpa harus menjadi agresif atau pasif. Buku ini memberikan wawasan yang mendalam tentang pentingnya membangun keberanian dalam menghadapi situasi sulit dan bagaimana menghadapi tekanan sosial serta profesional dengan percaya diri.

          Tegas, dalam konteks buku ini, bukan berarti keras atau tidak toleran. Sebaliknya, tegas adalah kemampuan untuk menyampaikan kebutuhan, keinginan, dan batasan dengan jelas dan tanpa rasa takut, sambil tetap mempertahankan rasa hormat terhadap orang lain. Hal ini sangat penting dalam menjaga hubungan yang sehat, baik dalam konteks pribadi maupun profesional. Dalam banyak situasi, kita sering kali merasa terjebak antara menjadi terlalu lembek atau terlalu dominan. Buku ini mengajarkan kita untuk menemukan keseimbangan di antara keduanya. Salah satu konsep utama yang dibahas adalah perbedaan antara bersikap tegas, pasif, dan agresif. Dalam banyak kesempatan, seseorang mungkin merasa tidak nyaman mengatakan "tidak" atau mengekspresikan pendapat karena takut menyinggung perasaan orang lain. Namun, jika kita terus mengabaikan kebutuhan dan keinginan kita sendiri, kita akan mengorbankan kebahagiaan dan kesejahteraan diri kita. Tegas, dalam hal ini, memberi kita kemampuan untuk mengekspresikan diri tanpa merugikan orang lain, sambil tetap menghargai diri sendiri.

          Buku ini menekankan pentingnya komunikasi yang jelas dan efektif sebagai inti dari sikap tegas. Saat kita mampu mengomunikasikan batasan dengan cara yang konstruktif, kita membuka ruang untuk pemahaman yang lebih baik antara kita dan orang lain. Penulis mengajak pembaca untuk lebih sadar terhadap bahasa tubuh dan nada suara yang digunakan, karena keduanya memainkan peran yang sangat penting dalam mengomunikasikan ketegasan. Salah satu topik menarik yang diangkat oleh Hadfield dan Hasson adalah pentingnya mengenali hak kita untuk mengatakan "tidak". Banyak orang merasa terpaksa untuk memenuhi harapan orang lain, terutama dalam situasi sosial atau profesional yang menuntut kesediaan untuk selalu membantu atau berkompromi. Buku ini menegaskan bahwa kita berhak untuk menetapkan batasan tanpa merasa bersalah. Kemampuan untuk mengatakan "tidak" dengan tegas akan membantu kita untuk mengelola waktu, energi, dan emosi dengan lebih baik.

          Penulis juga mengajak pembaca untuk menghadapi ketakutan yang sering muncul ketika berusaha untuk bersikap tegas. Rasa takut akan penolakan atau konflik bisa sangat menghalangi seseorang untuk berbicara dengan tegas. Namun, dengan latihan dan kesadaran, kita bisa mengurangi kecemasan tersebut dan mulai berbicara dengan lebih jelas dan lugas. Tegas bukan berarti agresif, melainkan menyampaikan kebutuhan kita dengan cara yang tidak merugikan orang lain. Selain itu, buku ini membahas tentang pentingnya rasa percaya diri dalam bersikap tegas. Ketika kita yakin dengan diri sendiri, kita lebih mudah untuk mengungkapkan pendapat dan kebutuhan kita tanpa takut dihukum atau ditolak. Kepercayaan diri ini bukan datang begitu saja, tetapi perlu dibangun melalui pemahaman diri yang lebih baik dan penguatan keyakinan akan hak kita untuk didengar. Konsep tegas juga sangat relevan dalam hubungan interpersonal. Dalam konteks hubungan pertemanan, keluarga, atau pasangan, sering kali kita dihadapkan pada situasi di mana kita perlu membicarakan masalah atau ketidaknyamanan. Menyelesaikan masalah ini dengan cara yang tegas dan tidak menyakiti perasaan orang lain memerlukan keterampilan komunikasi yang baik. Buku ini menawarkan pendekatan yang memungkinkan kita untuk mengungkapkan perasaan kita tanpa menyakiti orang lain, yang pada akhirnya membangun hubungan yang lebih sehat dan harmonis.

          Dalam lingkungan profesional, kemampuan untuk bersikap tegas juga sangat krusial. Banyak orang merasa tertekan untuk selalu menyetujui permintaan atau harapan dari atasan atau rekan kerja, padahal hal tersebut bisa berdampak negatif pada kualitas pekerjaan atau keseimbangan hidup. Buku ini mengajarkan cara untuk menegosiasikan permintaan dengan cara yang tegas namun tetap profesional, menjaga keseimbangan antara memenuhi kewajiban dan menjaga kesejahteraan pribadi. Tegas juga berarti mampu mengelola konflik dengan cara yang konstruktif. Konflik dalam hubungan atau tempat kerja tidak selalu buruk; yang penting adalah bagaimana kita menanggapi dan menyelesaikannya. Tegas mengajarkan kita untuk tetap tenang, mengungkapkan pandangan kita secara jujur, dan berusaha menemukan solusi yang saling menguntungkan. Dengan keterampilan ini, kita bisa mengurangi ketegangan dan meningkatkan kolaborasi dalam situasi yang penuh tekanan.

          Dalam konteks kehidupan sosial, buku ini juga mengingatkan kita untuk menjadi tegas dalam menetapkan batasan terhadap perilaku orang lain yang mungkin tidak kita sukai. Banyak kali kita merasa terjebak dalam interaksi sosial karena tidak tahu bagaimana cara untuk berkata "tidak" tanpa merasa bersalah. Sue Hadfield dan Gill Hasson mengajarkan kita bahwa kita berhak untuk melindungi diri sendiri dan menuntut rasa hormat dari orang lain. Kemampuan untuk bersikap tegas juga mendukung perkembangan pribadi kita. Dengan sering berlatih untuk menyatakan pendapat dan keinginan kita, kita secara tidak langsung memperkuat rasa percaya diri dan mengasah kemampuan kita untuk mengambil keputusan yang lebih baik. Ini adalah langkah penting dalam menuju kehidupan yang lebih seimbang dan bahagia.

          Buku ini juga menekankan pentingnya latihan dalam mengembangkan sikap tegas. Seperti halnya keterampilan lainnya, ketegasan bukan sesuatu yang datang dengan sendirinya, melainkan perlu dipraktikkan secara konsisten. Setiap orang bisa belajar untuk lebih tegas dalam menghadapi situasi yang menantang, dan semakin sering kita melakukannya, semakin alami pula sikap tegas itu dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, penulis juga menyarankan untuk memperhatikan dampak dari keputusan kita terhadap orang lain. Bersikap tegas tidak berarti mengabaikan perasaan orang lain, tetapi lebih kepada menemukan cara untuk menyampaikan pesan kita tanpa menyakiti atau merugikan mereka. Dengan demikian, kita dapat membangun hubungan yang saling mendukung dan saling menghormati.

          Buku ini juga mengingatkan kita tentang pentingnya mengetahui kapan kita harus berbicara dan kapan kita harus diam. Dalam beberapa situasi, berbicara dengan tegas bisa menjadi sangat penting, tetapi dalam situasi lain, diam dan mendengarkan bisa lebih bijaksana. Kemampuan untuk menilai situasi dan mengambil keputusan yang tepat tentang kapan harus bersikap tegas atau tidak berbicara adalah keterampilan yang perlu diasah dalam kehidupan. Menerapkan sikap tegas dalam kehidupan sehari-hari juga berarti berani untuk tidak selalu mengikuti arus atau harapan orang lain. Buku ini mengajarkan bahwa kita memiliki kebebasan untuk membuat keputusan sendiri dan hidup sesuai dengan nilai-nilai yang kita pegang. Tegas bukan berarti melawan, tetapi memilih untuk mengikuti jalan yang benar bagi diri kita.

          Sebagai penutup, "Bersikap Tegas dalam Segala Situasi" mengajak pembaca untuk lebih sadar akan kekuatan mereka dalam mengendalikan hidup mereka sendiri melalui komunikasi yang tegas. Dengan menerapkan prinsip-prinsip yang diajarkan dalam buku ini, kita bisa menjadi individu yang lebih percaya diri, lebih mandiri, dan lebih mampu menjaga hubungan yang sehat dengan orang lain. Ketegasan bukan hanya tentang mengungkapkan pendapat, tetapi tentang menghargai diri sendiri dan orang lain dalam setiap interaksi yang kita lakukan.

RELATIVITAS MORAL

05 October 2024 22:25:03 Dibaca : 445

By. Jumadi Mori Salam Tuasikal

               Relativitas dalam berbagai konteks sering kali dipahami sebagai konsep yang menegaskan bahwa pandangan kebenaran atau nilai-nilai dapat berubah berdasarkan sudut pandang atau situasi tertentu. Salah satu pertanyaan yang muncul adalah apakah relativitas itu dapat dilihat secara objektif? Untuk menjawab ini, kita harus memeriksa definisi objektivitas itu sendiri, yang berarti pandangan yang tidak dipengaruhi oleh bias, prasangka, atau faktor subyektif tertentu. Jika relativitas dikaitkan dengan situasi dan perspektif yang berbeda-beda, maka muncul keraguan apakah mungkin relativitas dapat dipahami secara objektif. Dalam filsafat, relativitas sering kali dibahas dalam konteks teori relativisme yang menyatakan bahwa kebenaran atau moralitas bergantung pada perspektif individu atau kelompok bukan pada standar universal. Jika kita menganggap bahwa setiap perspektif atau budaya memiliki pandangan yang berbeda tentang apa yang benar atau salah maka relativitas pada dasarnya menolak adanya satu pandangan yang objektif. Ini karena pandangan yang objektif memerlukan pengabaian terhadap perbedaan individu atau konteks tertentu yang justru menjadi inti dari relativitas. Disamping itu, meski relativitas bersifat subyektif, kita dapat mendekatinya secara objektif melalui analisis ilmiah atau sosiologis. Sebagai contoh, kita bisa mempelajari berbagai pandangan moral dari berbagai budaya atau kelompok dan mencoba untuk memahami alasan di balik perbedaan tersebut. Ini akan memungkinkan kita untuk melihat pola-pola atau prinsip-prinsip umum yang mendasari pandangan-pandangan yang berbeda meskipun pada akhirnya kita tetap harus menerima bahwa setiap budaya memiliki standar yang berbeda.

              Dalam konteks ilmiah, relativitas dapat dipahami sebagai konsep yang objektif dalam artian bahwa ia merupakan prinsip yang dapat diuji dan diprediksi. Teori relativitas Einstein, misalnya, adalah konsep yang secara ilmiah dapat diukur dan dibuktikan meskipun melibatkan perspektif yang berbeda-beda tergantung pada kecepatan dan posisi pengamat. Dalam hal ini, relativitas menjadi sesuatu yang dapat dipahami secara objektif karena melibatkan pengamatan empiris dan pengukuran. Di sisi lain, relativitas dalam konteks nilai-nilai atau moralitas jauh lebih sulit untuk diukur secara objektif. Tidak ada alat ilmiah yang dapat mengukur apakah suatu tindakan benar atau salah berdasarkan relativitas moral. Ini karena moralitas sangat dipengaruhi oleh faktor budaya, agama, sosial, dan individu, yang semuanya bersifat subyektif. Maka, meskipun kita dapat menganalisis perbedaan moral secara ilmiah, kesimpulan yang diambil akan tetap subyektif.  Dari konsep tersebut relativitas bisa dipahami dari dua sisi yang berbeda. Dalam konteks ilmiah, ia dapat didekati secara objektif melalui metode empiris. Namun, dalam konteks moral atau nilai, relativitas cenderung bersifat subyektif, sehingga sulit untuk ditelaah secara objektif tanpa melibatkan bias perspektif tertentu.

             Relativisme moral adalah pandangan bahwa tidak ada prinsip moral yang berlaku universal melainkan nilai-nilai moral bergantung pada budaya masyarakat atau situasi tertentu. Artinya, sesuatu yang dianggap benar dalam satu budaya mungkin dianggap salah dalam budaya lain. Ini membawa kita pada pemahaman bahwa moralitas bisa bervariasi sesuai dengan konteks sosial, budaya, dan bahkan individu. Pendukung relativisme moral sering kali berargumen bahwa moralitas adalah produk dari konstruksi sosial. Nilai-nilai moral dibentuk oleh norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat tertentu. Sebagai contoh, praktik poligami dianggap sah di beberapa budaya namun ditolak di banyak negara lain. Jika moralitas bersifat universal kita tidak akan melihat perbedaan drastis dalam praktik-praktik seperti ini. Relativis moral percaya bahwa tidak ada standar universal untuk menilai praktik tersebut melainkan harus dilihat dalam konteks budaya masing-masing.

              Kritik terhadap relativisme moral datang dari pandangan universalitas moral yang menyatakan bahwa ada prinsip-prinsip moral yang berlaku untuk semua orang di semua tempat. Misalnya, sebagian besar masyarakat di seluruh dunia sepakat bahwa pembunuhan yang tidak dibenarkan adalah salah. Dalam hal ini pembela universalitas moral akan berargumen bahwa ada aturan dasar yang mengatur perilaku manusia yang melampaui batasan budaya dan waktu. Mereka menolak gagasan bahwa moralitas hanya bergantung pada konteks atau budaya tertentu. Sebagai contoh nyata dari relativisme moral kita dapat melihat bagaimana isu hak asasi manusia diperdebatkan di berbagai negara. Di negara-negara Barat, hak asasi manusia dianggap sebagai hak yang melekat pada setiap individu tanpa memandang latar belakang mereka. Namun, di beberapa negara Asia atau Afrika, hak asasi manusia sering kali ditafsirkan dalam konteks norma-norma budaya setempat. Ini menimbulkan pertanyaan, apakah nilai-nilai hak asasi manusia bersifat universal ataukah harus disesuaikan dengan budaya lokal?

              Relativisme moral juga menimbulkan dilema etis. Jika kita sepenuhnya menerima bahwa moralitas adalah relatif, maka tidak ada dasar untuk mengkritik praktik-praktik yang dianggap tidak bermoral oleh standar budaya tertentu. Misalnya, jika suatu masyarakat mengizinkan perbudakan, maka menurut pandangan relativis, kita tidak memiliki dasar moral yang kuat untuk mengutuk praktik tersebut karena itu adalah bagian dari norma budaya mereka. Ini dapat menyebabkan relativisme moral bertabrakan dengan konsep keadilan dan hak asasi manusia. Namun, relativisme moral juga memiliki kelebihan dalam hal toleransi budaya. Dengan menerima bahwa moralitas itu relatif, kita dapat lebih mudah memahami dan menerima perbedaan antarbudaya. Ini juga memungkinkan kita untuk menghindari sikap etnosentrisme di mana kita memaksakan nilai-nilai moral kita kepada orang lain. Relativisme moral mendorong dialog antarbudaya dan penghargaan terhadap keanekaragaman moral di dunia.

              Meskipun begitu, relativisme moral menghadapi tantangan besar dalam situasi di mana praktik-praktik tertentu secara luas dianggap melanggar hak asasi manusia. Misalnya, praktik mutilasi alat kelamin perempuan (female genital mutilation) yang dianggap sebagai tradisi budaya di beberapa masyarakat Afrika dan Timur Tengah. Banyak yang berargumen bahwa praktik ini melanggar hak asasi manusia dan tidak dapat diterima meskipun itu adalah bagian dari tradisi budaya mereka. Dalam kasus seperti ini, pertanyaan tentang moralitas menjadi sangat kompleks.

              Jika ditelaah secara seksama dapat dipahami bahwa moralitas memang memiliki elemen relatif, terutama dalam hal budaya dan norma-norma sosial. Namun, ada juga nilai-nilai moral yang tampaknya bersifat universal seperti larangan terhadap pembunuhan dan penindasan. Perdebatan antara relativisme dan universalitas moral tetap menjadi topik yang belum terselesaikan dalam filsafat. Yang jelas, moralitas tidak bisa dilihat secara hitam-putih, tetapi lebih sebagai spektrum yang melibatkan berbagai faktor mulai dari konteks budaya hingga nilai-nilai dasar kemanusiaan. Dengan demikian, meskipun moralitas dapat dianggap relatif dalam beberapa kasus ada batas-batas di mana moralitas tetap dianggap universal, terutama ketika berhubungan dengan isu-isu seperti hak asasi manusia. Ini menunjukkan bahwa moralitas bukanlah sesuatu yang mutlak, melainkan sebuah konsep yang terus berkembang dan bergantung pada pemahaman kita tentang nilai-nilai manusia.

TEORI PSIKOANALISIS FREUD SUDAH BASI?

05 October 2024 22:04:01 Dibaca : 498

By. Jumadi Mori Salam Tuasikal

             Dalam sebuah forum diskusi yang berlangsung baru-baru ini, seorang peserta menyampaikan pandangan yang cukup menarik untuk dibahas "Teori psikoanalisis Freud sudah basi." Pandangan ini tampaknya muncul dari persepsi bahwa teori-teori yang dikemukakan oleh Sigmund Freud lebih dari satu abad yang lalu tidak lagi relevan dengan kondisi masyarakat dan ilmu psikologi modern. Apakah benar demikian?

            Banyak orang yang menganggap bahwa teori psikoanalisis, yang sangat berfokus pada alam bawah sadar dan pengalaman masa kecil, kini telah digantikan oleh teori-teori yang lebih mutakhir. Pendekatan ilmiah dalam psikologi, yang kini lebih berbasis data dan riset empiris, seringkali dianggap lebih kredibel daripada metode introspektif dan spekulatif yang diajukan oleh Freud. Konsep seperti kompleks Oedipus, yang mendominasi teori Freud, kerap kali dipandang tidak sesuai lagi dengan realitas sosial yang lebih kompleks saat ini. Dalam konteks perkembangan psikologi modern, pendekatan psikoanalisis kerap dianggap tidak lagi memadai dalam menjelaskan perilaku manusia secara menyeluruh. Beberapa menganggap bahwa Freud terlalu fokus pada faktor-faktor seksual dan insting dasar manusia, sehingga mengabaikan dimensi sosial, budaya, dan politik yang juga mempengaruhi perilaku individu. Hal inilah yang menyebabkan teori psikoanalisis sering kali disebut sebagai sesuatu yang "basi."

            Selain itu ada juga argumen bahwa psikoanalisis tidak lagi banyak digunakan dalam praktek klinis modern. Terapis kini lebih banyak menggunakan terapi kognitif-behavioral, yang dinilai lebih efektif karena berfokus pada modifikasi pikiran dan perilaku yang dapat diamati, alih-alih menggali alam bawah sadar yang abstrak dan sulit dibuktikan secara ilmiah, sehingga pernyataan bahwa teori Freud sudah basi mencerminkan pandangan bahwa dunia psikologi telah mengalami perubahan besar, dan banyak teori Freud yang dianggap tidak lagi sesuai dengan kebutuhan dan harapan manusia modern yang lebih menginginkan penjelasan yang rasional dan empiris.

            Meskipun kritik terhadap teori psikoanalisis Freud sering kali muncul, tidak adil jika kita langsung menganggap teori ini sepenuhnya usang. Banyak kontribusi penting Freud yang masih relevan hingga saat ini, khususnya dalam pemahaman tentang alam bawah sadar dan pengaruh masa kecil terhadap perkembangan psikologis seseorang. Freud adalah pionir dalam membuka tabir tentang bagaimana pikiran tidak sepenuhnya berada di bawah kendali kesadaran kita. Teori ini terus menjadi fondasi penting dalam dunia psikologi. Freud memperkenalkan konsep bahwa pengalaman masa kecil sangat mempengaruhi bagaimana seseorang berperilaku di masa dewasa. Ide bahwa trauma masa kecil dapat membentuk kepribadian, pola pikir, dan perilaku seseorang adalah sesuatu yang masih diakui dan digunakan dalam banyak pendekatan psikoterapi saat ini. Dalam terapi psikoanalitik modern, masih ada fokus pada bagaimana pengalaman-pengalaman di masa lalu membentuk pola hubungan interpersonal seseorang.

            Selain itu, konsep alam bawah sadar yang diperkenalkan Freud juga telah melahirkan banyak penelitian baru dalam bidang psikologi, neurosains, dan psikiatri. Meskipun cara Freud menggambarkan alam bawah sadar mungkin dianggap terlalu spekulatif, esensinya tetap penting. Psikoanalisis mendorong penelitian tentang mekanisme otak yang mengendalikan perilaku manusia tanpa disadari, yang kemudian berkembang menjadi teori-teori baru dalam bidang psikologi kognitif dan neurosains. Tidak hanya itu, teori psikoanalisis Freud juga menjadi inspirasi bagi berbagai pendekatan baru dalam psikoterapi, seperti psikoterapi psikoanalitik yang lebih modern dan pendekatan terapi berbasis hubungan. Psikoanalisis menjadi dasar dari pendekatan terapeutik yang berfokus pada dinamika hubungan antarpribadi dan konflik internal yang sering kali tidak disadari oleh klien.

            Seiring waktu, beberapa teori psikoanalisis telah diadaptasi dan disempurnakan oleh para penerus Freud. Teori objek-relasi, misalnya, menawarkan pemahaman yang lebih luas tentang bagaimana hubungan antara individu dengan objek (orang lain) di masa kecil membentuk dinamika hubungan dewasa. Ini menunjukkan bahwa meski teori Freud mungkin telah berkembang, ide dasarnya tetap relevan. Pendekatan psikoanalisis juga masih dipakai untuk menangani kasus-kasus klinis tertentu yang tidak bisa ditangani dengan terapi kognitif-behavioral.

            Psikoanalisis memberi ruang bagi pasien untuk memahami konflik-konflik internal yang mendalam, yang mungkin tidak bisa dijelaskan hanya dengan modifikasi perilaku saja. Dalam banyak kasus, terutama yang berkaitan dengan trauma berat atau gangguan kepribadian, psikoanalisis masih sangat efektif. Jadi, meski ada berbagai kritik, psikoanalisis tidak bisa dianggap sepenuhnya basi. Teori ini terus berkontribusi dalam memahami kompleksitas jiwa manusia, dan memberikan landasan bagi berbagai penelitian dan terapi modern yang terus berkembang hingga kini.

            Banyak kritik tajam yang diarahkan pada teori Freud, salah satunya adalah kecenderungan Freud untuk terlalu menekankan aspek seksual dalam perkembangan manusia. Kritik ini sering kali muncul dari para ilmuwan yang berpendapat bahwa Freud terlalu obsesi pada seksualitas, hingga mengabaikan faktor-faktor lain yang juga penting dalam membentuk kepribadian, seperti aspek sosial dan lingkungan. Selain itu, metode Freud yang subjektif, seperti analisis mimpi dan asosiasi bebas, juga kerap dikritik karena kurangnya validasi ilmiah. Psikologi modern lebih mengutamakan pendekatan berbasis bukti, yang menuntut penelitian yang dapat direplikasi dan diukur secara objektif. Dalam hal ini, psikoanalisis kerap kali dianggap lebih sebagai ilmu spekulatif daripada sains empiris.

            Di sisi lain juga, banyak pula yang memberikan komentar positif terhadap psikoanalisis. Teori Freud dihargai karena menggugah kesadaran tentang pentingnya alam bawah sadar, serta membuka jalan bagi pemikiran yang lebih mendalam tentang perilaku manusia. Freud juga berjasa dalam memperkenalkan konsep-konsep penting seperti mekanisme pertahanan diri, yang kini digunakan secara luas dalam berbagai pendekatan psikologi. Di bidang klinis, beberapa terapis masih menggunakan psikoanalisis untuk membantu pasien memahami konflik batin mereka, terutama dalam kasus-kasus yang melibatkan trauma atau gangguan kepribadian. Bagi beberapa pasien, terapi psikoanalitik memberikan wawasan yang mendalam tentang konflik internal yang tidak dapat dipecahkan dengan terapi lain. Bisa dibilang teori psikoanalisis adalah teori yang kontroversial. Meskipun ada kritik yang tajam, banyak juga yang mengakui kontribusinya terhadap perkembangan psikologi. Pandangan terhadap teori ini tergantung pada bagaimana orang memahami esensi psikoanalisis dan bagaimana mereka menilainya dalam konteks ilmu psikologi modern.

            Seiring berjalannya waktu, psikoanalisis terus beradaptasi dengan perubahan zaman. Meskipun beberapa elemen dari teori Freud tampak ketinggalan zaman, banyak ide-ide dasar yang tetap relevan dan terus digunakan dalam pendekatan psikoterapi modern. Salah satu kontribusi terbesarnya adalah konsep alam bawah sadar yang masih menjadi dasar bagi banyak penelitian psikologis kontemporer. Dalam dunia modern, konsep tentang peran pengalaman masa kecil yang diperkenalkan Freud tetap menjadi bahan diskusi yang penting. Banyak pendekatan terapi yang digunakan saat ini, termasuk terapi kognitif-behavioral, masih memanfaatkan gagasan bahwa pengalaman masa lalu dapat memengaruhi pola pikir dan perilaku di masa depan.

            Selain itu, psikoanalisis juga berkontribusi dalam pemahaman tentang mekanisme pertahanan diri, seperti represi, proyeksi, dan sublimasi. Mekanisme ini masih menjadi bagian penting dalam psikologi modern dan digunakan untuk menjelaskan bagaimana individu menghadapi stres, konflik internal, dan emosi negatif. Meskipun konsep seperti kompleks Oedipus mungkin tidak lagi dianggap relevan, fokus Freud pada dinamika keluarga dan hubungan antarpribadi tetap menjadi pusat dalam berbagai pendekatan terapi saat ini. Psikoanalisis membuka pintu untuk pendekatan berbasis hubungan, seperti terapi objek-relasi dan terapi sistem keluarga.

            Psikoanalisis juga memberi kontribusi besar pada ilmu-ilmu sosial dan humaniora. Banyak karya sastra, seni, dan film yang terinspirasi oleh gagasan Freud tentang alam bawah sadar dan konflik internal. Ini menunjukkan bahwa meskipun psikoanalisis mungkin tidak lagi menjadi arus utama dalam psikologi klinis, pengaruhnya terhadap budaya tetap kuat. Pendekatan psikoanalisis juga terus digunakan di berbagai institusi akademik dan lembaga kesehatan mental, terutama dalam menangani kasus-kasus klinis yang kompleks. Meskipun bukan pilihan pertama untuk terapi singkat, psikoanalisis tetap memberikan wawasan yang mendalam dan mendasar dalam penanganan masalah psikologis yang lebih kompleks.

            Menyambung sedikit persoalan diskusi yang dibicarakan karena konteks diskusinya adalah persoalan moral, maka salah satu kontribusi psikoanalisis yang paling penting hingga saat ini adalah dalam memahami konflik moral yang dialami individu. Psikoanalisis memberikan wawasan tentang bagaimana alam bawah sadar dan mekanisme pertahanan diri berperan dalam membentuk pandangan moral seseorang. Freud percaya bahwa banyak konflik moral berasal dari ketidaksesuaian antara dorongan insting dan tuntutan sosial, yang masih relevan dalam konteks modern.

            Misalnya, dalam kasus permasalahan moral, psikoanalisis dapat membantu individu memahami sumber-sumber kecemasan moral yang mereka alami, seperti rasa bersalah yang berlebihan atau dorongan yang bertentangan dengan nilai-nilai yang mereka pegang. Psikoanalisis menawarkan cara untuk mengeksplorasi asal-usul dari konflik tersebut dan bagaimana mereka memengaruhi perilaku seseorang. Selain itu, konsep tentang super-ego, yang dikembangkan oleh Freud, memberikan pemahaman tentang bagaimana nilai-nilai moral internal terbentuk dan berfungsi. Super-ego berperan sebagai pengawas moral yang mengatur perilaku seseorang berdasarkan norma-norma sosial yang diinternalisasi. Ini membantu menjelaskan mengapa orang sering kali merasa bersalah atau malu meskipun tidak ada hukuman eksternal yang nyata.

            Psikoanalisis juga memberikan wawasan tentang bagaimana individu dapat terjebak dalam konflik moral yang tidak disadari. Dorongan bawah sadar yang bertentangan dengan keyakinan moral sadar sering kali menyebabkan stres dan kecemasan, yang kemudian diatasi dengan mekanisme pertahanan seperti rasionalisasi atau represi. Dalam konteks permasalahan moral yang lebih luas, psikoanalisis juga membantu menjelaskan dinamika moral dalam masyarakat. Misalnya, bagaimana norma sosial tertentu diinternalisasi oleh individu dan bagaimana mereka dapat menyebabkan konflik batin jika bertentangan dengan keinginan bawah sadar. Psikoanalisis membuka peluang untuk memahami bahwa moralitas bukan hanya produk dari rasionalitas, tetapi juga dari proses psikologis yang lebih mendalam.

            So, menghadiri diskusi bisa membuat kita banyak belajar dari beragam perspektif isi otak yang mengalirkan ide dan gagasan yang datang dari anak-anak muda yang cerdas-cerdas yang masih peduli terhadap masa depan bangsa ini. Senang rasanya bisa mendapatkan banyak hal baru dalam sebuah diskusi, Terimakasih