KATEGORI : KARAKTER

ASPEK PSIKOLOGI DALAM BERDEBAT

29 November 2023 13:28:25 Dibaca : 176

By: Jumadi Mori Salam Tuasikal

Psikologi memainkan peran penting dalam berdebat, baik dari perspektif debater maupun penonton atau juri. Berikut adalah beberapa aspek psikologi yang dapat memengaruhi proses berdebat:

1. Pemahaman Audiens:

Psikologi audiens menjadi faktor penting dalam menentukan strategi dan pendekatan berbicara. Debater perlu memahami preferensi, nilai-nilai, dan pengetahuan umum audiens untuk menyampaikan pesan dengan lebih efektif.

2. Pengaruh Emosi:

Emosi dapat memengaruhi cara informasi diterima dan diinterpretasi. Debater perlu memahami cara menggunakan emosi secara tepat untuk membangun koneksi dengan audiens dan memengaruhi persepsi mereka terhadap argumen.

3. Keseimbangan Logos, Pathos, dan Ethos:

Psikologi pendekatan berbicara dapat dipahami melalui konsep Logos (logika), Pathos (emosi), dan Ethos (etika). Sebuah argumen yang kuat menggabungkan elemen-elemen ini dengan seimbang untuk memengaruhi pikiran, perasaan, dan kepercayaan audiens.

4. Ketahanan terhadap Tekanan:

Psikologi debater dalam menghadapi tekanan menjadi kunci. Kemampuan untuk tetap tenang dan berpikir jernih bahkan dalam situasi tegang dapat memengaruhi kinerja secara signifikan.

5. Persepsi Keberhasilan dan Kegagalan:

Psikologi debater dapat dipengaruhi oleh persepsi mereka terhadap keberhasilan dan kegagalan. Rasa percaya diri dan motivasi yang tinggi dapat meningkatkan kinerja, sementara kecemasan atau keraguan dapat menjadi penghambat.

6. Kesadaran Diri:

Kesadaran diri menjadi kunci untuk mengenali kekuatan dan kelemahan dalam presentasi serta untuk menyesuaikan komunikasi dengan lebih baik. Debater yang sadar diri dapat merespons lebih baik terhadap audiens dan lawan.

7. Empati terhadap Lawan:

Psikologi debater juga melibatkan kemampuan untuk memahami dan meresapi perspektif lawan. Hal ini dapat membantu dalam merancang respons yang lebih efektif dan menciptakan kesan yang positif.

8. Pengaruh Kepribadian:

Kepribadian seorang debater dapat memainkan peran penting dalam bagaimana pesan disampaikan. Sifat-sifat seperti kepercayaan diri, kepemimpinan, dan kejujuran dapat memengaruhi cara debater diterima oleh audiens.

9. Penggunaan Bahasa Tubuh:

Psikologi bahasa tubuh dan ekspresi wajah memainkan peran penting dalam komunikasi non-verbal. Bahasa tubuh yang tepat dapat memperkuat pesan verbal dan meningkatkan daya tarik debater.

10. Faktor Motivasi:

Psikologi motivasi dapat mempengaruhi seberapa keras seorang debater berusaha untuk berhasil. Motivasi intrinsik dan ekstrinsik dapat memainkan peran dalam tingkat dedikasi dan konsistensi dalam berdebat.

11. Kemampuan Mengatasi Konflik:

Psikologi dalam mengatasi konflik menjadi penting, terutama saat berdebat dengan lawan yang memiliki pandangan berbeda. Kemampuan untuk tetap tenang dan mengatasi konflik dengan bijaksana dapat memengaruhi persepsi audiens.

12. Efek Sosial:

Psikologi kelompok dan efek sosial dapat memainkan peran dalam bagaimana audiens merespons argumen dan presentasi. Konsep seperti tekanan kelompok dan norma sosial dapat memengaruhi sikap dan pandangan audiens.

Pemahaman psikologi dalam berdebat membantu debater untuk lebih efektif berkomunikasi, memahami kebutuhan audiens, dan menyesuaikan strategi mereka dengan lebih baik. Selain itu, penonton dan juri juga dapat menggunakan pemahaman psikologi untuk menilai secara objektif dan merespons presentasi dengan lebih baik.

TIPS MENJAWAB PERTANYAAN SETELAH PRESENTASI

29 November 2023 13:16:11 Dibaca : 1179

By: Jumadi Mori Salam Tuasikal

Menjawab pertanyaan saat presentasi memerlukan keterampilan komunikasi yang baik dan ketenangan diri. Berikut adalah beberapa tips untuk memberikan jawaban yang efektif:

1. Dengarkan Pertanyaan dengan Penuh Perhatian:

Dengarkan pertanyaan secara cermat dan penuh perhatian. Pastikan Anda benar-benar memahami pertanyaan sebelum memberikan jawaban.

2. Tunjukkan Sikap Tubuh Positif:

Tunjukkan sikap tubuh yang positif dan percaya diri. Pertahankan kontak mata dengan penanya dan tersenyumlah. Ini menunjukkan bahwa Anda siap dan percaya diri dalam menjawab.

3. Beri Dirimu Waktu untuk Berpikir:

Jangan takut untuk memberi diri Anda beberapa saat untuk memproses pertanyaan sebelum memberikan jawaban. Ini memungkinkan Anda memberikan respons yang lebih terencana.

4. Ulang Pertanyaan untuk Klarifikasi:

Jika Anda tidak yakin tentang arti atau detail pertanyaan, tanyakan kembali untuk klarifikasi. Ini memastikan bahwa Anda memberikan jawaban yang sesuai dengan yang dimaksudkan oleh penanya.

5. Pentingkan Keterbukaan dan Kejujuran:

Jika Anda tidak tahu jawaban suatu pertanyaan, lebih baik mengakui dengan jujur daripada memberikan informasi yang tidak akurat. Anda dapat berkata, "Saya akan mencari informasi lebih lanjut untuk Anda."

6. Jangan Menunjukkan Kebingungan atau Nervous:

Meskipun mungkin Anda merasa gugup atau bingung, hindari menunjukkan perasaan tersebut secara terbuka. Pertahankan ketenangan dan jawab pertanyaan dengan sebaik mungkin.

7. Fokus pada Inti Pertanyaan:

Saat menjawab, fokus pada inti pertanyaan. Jangan terlalu panjang lebar atau menyimpang dari topik yang sebenarnya. Berikan jawaban yang langsung dan relevan.

8. Gunakan Ilustrasi atau Contoh:

Jika memungkinkan, dukung jawaban Anda dengan ilustrasi atau contoh konkret. Ini dapat membantu penonton memahami jawaban Anda dengan lebih baik.

9. Pertahankan Profesionalisme:

Pertahankan tingkat profesionalisme dalam menjawab pertanyaan, bahkan jika pertanyaan tersebut terasa sulit atau menantang. Hindari menjawab dengan nada defensif atau mengambil pertanyaan secara pribadi.

10. Hindari Terlalu Banyak Jargon atau Istilah Teknis:

Sesuaikan tingkat bahasa Anda dengan audiens. Hindari penggunaan terlalu banyak jargon atau istilah teknis yang mungkin tidak dipahami oleh semua orang.

11. Berikan Kesempatan untuk Pertanyaan Tambahan:

Setelah memberikan jawaban, berikan kesempatan untuk pertanyaan tambahan atau klarifikasi. Ini menunjukkan keterbukaan dan kesediaan Anda untuk berkomunikasi lebih lanjut.

12. Berterima Kasih:

Setelah menjawab, sampaikan terima kasih kepada penanya. Ini menunjukkan apresiasi Anda terhadap partisipasi mereka dalam sesi tanya jawab.

Ingatlah bahwa menjawab pertanyaan dengan tenang, jelas, dan dengan sikap positif adalah kunci untuk kesuksesan dalam sesi tanya jawab. Praktikkan keterampilan ini sebanyak mungkin untuk meningkatkan kepercayaan diri dan kenyamanan Anda dalam menghadapi pertanyaan dari audiens.

 

CARA MEMBUAT PERTANYAAN SAAT DISKUSI

29 November 2023 12:55:23 Dibaca : 3659

By: Jumadi Mori Salam Tuasikal

Membuat pertanyaan yang baik saat diskusi adalah keterampilan penting untuk membangun dialog yang produktif dan mendalam. Berikut adalah beberapa tips untuk membuat pertanyaan yang efektif:

1. Buat Pertanyaan Terbuka:

Pertanyaan terbuka mendorong orang untuk memberikan jawaban yang lebih rinci dan mendalam. Hindari pertanyaan yang hanya memerlukan jawaban ya atau tidak. Contoh: "Bagaimana pendapatmu tentang..."

2. Hindari Pertanyaan Ganda:

Hindari menggabungkan dua pertanyaan dalam satu kalimat. Ini dapat membuat respons menjadi ambigu. Lebih baik memisahkan pertanyaan menjadi dua untuk mendapatkan jawaban yang lebih jelas.

3. Gunakan Kata-Kata yang Jelas:

Pilih kata-kata yang jelas dan mudah dimengerti. Hindari penggunaan frasa yang rumit atau berbelit-belit. Pertanyaan yang sederhana dan jelas lebih mungkin memicu diskusi yang produktif.

4. Fokus pada Subyek Utama:

Pastikan pertanyaan Anda terkait dengan subyek utama diskusi. Hal ini membantu menjaga fokus dan membangun dialog yang konsisten.

5. Hindari Pertanyaan Rhetorik Jika Tidak Diperlukan:

Jika tujuan Anda adalah mendapatkan tanggapan konkret, hindari pertanyaan retoris yang tidak memerlukan jawaban. Pilih pertanyaan yang mengundang partisipasi aktif.

6. Gunakan Pertanyaan Pemicu Pikiran:

Pertanyaan yang merangsang pikiran dapat meningkatkan tingkat refleksi dan keterlibatan peserta dalam diskusi. Contoh: "Apa pendapat Anda tentang solusi alternatif yang mungkin?"

7. Berikan Konteks Sebelum Bertanya:

Sisipkan sedikit konteks sebelum mengajukan pertanyaan. Ini membantu peserta memahami lebih baik dan memberikan jawaban yang lebih relevan.

8. Variasi Jenis Pertanyaan:

Gunakan variasi dalam jenis pertanyaan yang diajukan. Campur pertanyaan terbuka, tertutup, dan pertanyaan yang meminta tanggapan reflektif. Ini menciptakan dinamika yang lebih menarik dalam diskusi.

9. Dengarkan dan Sesuaikan:

Dengarkan tanggapan peserta sebelumnya dan sesuaikan pertanyaan berikutnya berdasarkan pada apa yang telah dikatakan. Ini menunjukkan perhatian Anda terhadap diskusi dan membangun kelanjutan yang alami.

10. Hormati Pendapat yang Berbeda:

Ketika membuat pertanyaan, pastikan untuk memberikan kesan bahwa Anda membuka diri terhadap berbagai pandangan. Ini dapat mendorong orang untuk berbicara lebih terbuka.

11. Hindari Pertanyaan yang Menyalahkan atau Menghakimi:

Pastikan pertanyaan Anda tidak bersifat menyalahkan atau menghakimi. Tujuannya adalah untuk membangun pemahaman bersama dan mendukung dialog positif.

12. Ajukan Pertanyaan yang Memerlukan Refleksi:

Pertanyaan yang memerlukan refleksi lebih mendalam dapat memotivasi orang untuk membagikan pengalaman dan pandangan mereka dengan lebih detail.

Ingatlah bahwa setiap diskusi adalah unik, dan kemampuan untuk membaca situasi dan merespons dengan pertanyaan yang sesuai sangat penting. Praktik terus-menerus akan membantu Anda mengasah keterampilan ini seiring waktu.

DOSEN (ASN) BERAMBUT GONDRONG

27 November 2023 17:25:57 Dibaca : 43

By: Jumadi Mori Salam Tuasikal

Pendahuluan:

Dalam lingkungan akademis, dosen berperan penting sebagai penyampai ilmu pengetahuan dan pemimpin dalam proses pendidikan. Sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN), dosen diharapkan tidak hanya mematuhi aturan hukum, tetapi juga menjunjung tinggi nilai-nilai etika dan budaya yang berkaitan dengan lingkungan kerjanya. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan adalah penampilan fisik, termasuk gaya rambut. Dalam beberapa konteks, aturan terkait penampilan ini dapat membatasi opsi tertentu, termasuk larangan terhadap rambut gondrong. Artikel ini akan membahas mengapa dosen sebagai ASN perlu mematuhi aturan ini dan bagaimana hal tersebut berkaitan dengan nilai etika dan budaya.

(Sumber Foto: https://cermin-dunia.github.io/denah/post/gambar-rambut-gondrong/)

I. Aturan Hukum:

Sebagai ASN, dosen tunduk pada berbagai peraturan dan aturan hukum yang diatur oleh pemerintah. Salah satu aspek yang diatur adalah penampilan fisik, termasuk gaya rambut. Aturan ini biasanya ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur ASN, seperti Peraturan Pemerintah tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Diantara aturan tersebut yaitu Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 025/10770/SJ Tahun 2018 tentang Tertib Penggunaan Pakaian Dinas dan Kerapihan Aparatur Sipil Negara (ASN) di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan Badan Nasional Pengelola Perbatasan, yang melarang PNS pria berambut gondrong. Berikut rincian Inmendagri yang diteken pada 4 Desember 2018. Dimana ASN Laki-laki: a. Rambut rapi, tidak gondrong, dan tidak dicat warna-warni;b. Menjaga kerapian kumis, jambang, dan jenggot; dan c. Penggunaan celana panjang sampai dengan mata kaki. Dan yang terbaru adalah Permendagri Nomor 11 Tahun 2020 tentang Pakaian Dinas Aparatur Sipil Negara (ASN) di Lingkungan Kementerian dalam Negeri dan Pemerintah Daerah. Dalam aturan tersebut diatur mengenai jenis pakaian ASN, atribut, termasuk masalah rambut. Adapun dalam pasal 24 Permendagri poin b berbunyi, “Rambut dipotong pendek rapi dan sesuai etika bagi pria." Artinya, merujuk aturan tersebut, PNS tidak diperkenankan untuk berambut panjang/gondrong. Adanya larangan terhadap rambut gondrong dapat dipandang sebagai bagian dari upaya untuk menciptakan tatanan kerja yang profesional dan representatif.

II. Etika Profesional:

Selain mematuhi aturan hukum, dosen sebagai ASN juga diharapkan menjunjung tinggi nilai-nilai etika profesional. Penampilan yang bersih, rapi, dan sesuai dengan norma-norma sosial adalah bagian dari citra seorang profesional. Rambut gondrong, dalam konteks tertentu, dapat dianggap sebagai pernyataan pribadi yang mungkin tidak selaras dengan ekspektasi etika profesional. Oleh karena itu, kepatuhan terhadap aturan penampilan dapat dianggap sebagai bentuk ketaatan terhadap etika kerja.

III. Budaya Organisasi dan Akademis:

Lingkungan akademis memiliki norma-norma budaya tersendiri. Dosen seringkali menjadi figur otoritatif yang memberikan contoh bagi mahasiswa dan anggota staf lainnya. Oleh karena itu, penampilan dosen dapat mempengaruhi budaya organisasi secara keseluruhan. Dalam beberapa kasus, penampilan yang mematuhi aturan dapat menciptakan lingkungan yang lebih harmonis dan kohesif.

IV. Penutup:

Sebagai dosen yang merupakan ASN, kepatuhan terhadap aturan penampilan, termasuk larangan terhadap rambut gondrong, bukan hanya sekadar kewajiban hukum, tetapi juga mencerminkan komitmen terhadap etika dan budaya kerja yang sesuai dengan lingkungan akademis. Dalam mengembangkan diri sebagai ASN, dosen perlu memahami bahwa penampilan juga dapat menjadi bagian dari tanggung jawab profesional mereka. Dengan mematuhi aturan, dosen dapat memberikan kontribusi positif terhadap citra institusi dan mendukung pengembangan lingkungan kerja yang kondusif untuk pembelajaran dan pengembangan ilmu pengetahuan.